zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh enam
Zahra mengunyah makanannya dengan perlahan, tak ada suara, tak ada kata-kata. Pria di hadapannya itu juga makan dengan tenang, zahra dengan menatap piringnya yang berisi hidangan yang lengkap, tanpa protes walau sedang tak berselera melanjutkan makannya.
Ethan mengusap ujung bibirnya dengan kain yang ada di pangkuannya, pria itu menyambar gelas air putih dan meneguk isinya perlahan.
Zahra yang memang sedang cemas, rasa seleranya terganggu karena kecemasan itu. Ikut menyudahi makanannya, ia meletakkan sendok dan garpu di atas piringnya.
Zahra meneguk air putih dengan perlahan, ethan yang menatapnya mengernyitkan keningnya heran, melihat gadis itu menyudahi makannya, hidangan di piring zahra terlihat masih utuh.
"sudah makannya?" suara pria itu menyentakkan zahra, terlihat keterkejutan di wajah cantiknya itu.
"sudah tuan.." jawabnya dengan suara lirih, ia mendongak, menatap lekat mata ethan yang memicing.
"baiklah.." ujar pria itu bangkit dari duduknya,
"ikut aku!"
"ke..kemana tuan?" tanya zahra gugup dengan wajah memias, kedua tangannya saling meremas gelisah.
Ethan mengamati wajah ketakutan zahra, terdengar helaan nafasnya yang berat, pria itu tahu kalau zahra takut padanya, dan pasti zahra masih teringat kejadian di malam itu.
"aku ingin mendengar kisahmu sampai kamu terjerat ke dalam human traficking, ikut aku ke ruang kerjaku"
Ethan berlalu meninggalkan zahra tanpa menunggu jawaban gadis itu, raut wajah zahra masih terlihat cemas, namun tak urung ia mengikuti langkah panjang ethan menuju ruang kerjanya.
"duduklah..." perintah pria itu, matanya memerintahkan zahra untuk duduk di sofa di ruang kerjanya, sementara dirinya berdiri bersandar di meja kerja dengan tangan bersidekap.
Zahra mematuhi perintah pria itu, ia duduk di sofa paling ujung dekat dengan pintu masuk tadi.
Debar jantung zahra berdebar tak karuan, masih segar melintas di benaknya perlakuan pria itu kepadanya di ruangan ini dua hari yang lalu, sesaat zahra memejamkan kelopak matanya rapat, seakan ingin mengusir kenangan itu dari kepalanya.
"bisa kamu ceritakan kenapa sampai kamu terjebak dalam human traficking?, kenapa kamu bisa sampai berada di tempat itu?"
Zahra menelan salivanya, pertanyaan ethan barusan mengusik ingatannya hampir sebulan yang lalu. Ia menarik nafasnya yang terasa berat, matanya menatap nanar pria yang berdiri bersandar di meja itu.
"saya di jual oleh seorang wanita yang cemburu!"
Ethan mengernyitkan keningnya penasaran, mata elangnya menatap tajam. Namun ia hanya diam, menunggu zahra menjelaskan lebih detail.
"saya sedang kuliah di sebuah universitas di dubai, saya mengambil program magister di sana, ada seorang pria yang menyukaiku, dan istrinya tidak terima" jelas zahra dengan raut wajah sedih, sorot matanya terlihat kecewa dan sakit hati.
Beringsut ethan melangkah, duduk di sofa terdekat tempatnya berdiri. Mata elangnya menatap zahra lekat, benar dugaannya gadis di hadapannya ini bukan gadis kebanyakan, ternyata zahra adalah mahasiswi pasca sarjana.
"apakah kamu ingin menuntut keadilan?ataukah kamu mau membalasnya?, aku bisa menolongmu?" tanya ethan dengan suara datarnya,
Zahra terkesima, tawaran dari ethan terdengar mengiurkan. Ia menatap pria yang sedang menatapnya juga, zahra mencari keseriusan di mata pria itu dan ia menemukannya. Ethan terlihat serius dengan tawarannya.
Namun zahra menggelengkan kepalanya lemah, binar matanya tadi kembali meredup,
"tuan sudah menolong saya dari pria yang ingin menjadikan saya seorang pelacur, tuan juga sudah membayar saya mahal, saya tidak akan sanggup membayarnya lagi, jika tuan menolong saya dengan tawaran tuan tadi"
Sorot mata ethan sangat tajam, ucapan zahra barusan menyentil harga dirinya.
"apakah tawaranku tadi menyebutkan bayaran?"
Zahra tersentak, suara dingin dan datar ethan membuatnya gugup, rasa takut kembali menghinggapinya.
"ma..maaf tuan" ujar zahra gugup, wajahnya memias seketika.
Terdengar helaan nafas ethan berat, ia menekan rasa tersinggung yang sempat hadir di hatinya. Pria itu sadar, saat ini ia bukan sedang berhadapan dengan perempuan biasa. Gadis di hadapannya ini pasti gadis yang pintar, sorot matanya masih tajam.
"aku hanya ingin menolongmu, kalau kamu merasa keberatan, apa boleh buat?"
Wajah zahra berubah, rasa tak enak hati menghampirinya.
"saya minta maaf tuan, saya terlalu cepat menyimpulkan, maafkan saya"
Ethan berdiri,kepalanya mengangguk.
"kalau kamu berubah pikiran, kamu bisa jumpai aku kapan saja. Pikirkanlah baik-baik"
Ethan hendak melangkah pergi, namun kakinya berhenti tepat di sisi zahra yang menengadah menatap ke arahnya.
Ethan terheran-heran akan dirinya, ada yang berdebar aneh di dalam dadanya, ditatap seperti itu oleh zahra. Sorot mata gadis itu, binar matanya saat menatapnya seperti ini, menghasilkan denyutan dan desir aneh dalam hatinya.
"ehemmm.." dehem pria itu menghilangkan keterpanaannya,
"aku minta maaf zahra!"
Zahra terbelalak tak percaya, suara parau ethan yang meminta maaf, menghadirkan kehangatan di hatinya. Ia tahu sebenarnya ethan itu pria yang baik, zahra tersenyum lembut, kepalanya mengangguk.
Ethan kembali berdehem, keterpanaannya akan senyum manis zahra, membuat pria itu tercekat.
'oh..god, senyumnya indah sekali'
"pergilah.." perintah ethan dengan suara parau, pria itu melengos, membuang pandangannya ke arah lain. Desiran di hatinya semakin menjadi-jadi, melihat senyum manis nan tulus dari wajah zahra.
Zahra beranjak dari duduknya, ia mengangguk sopan sebelum memutar tubuhnya. Saat tangannya meraih handle pintu suara pria itu menahannya.
"kalau kamu berubah pikiran, kamu tahu harus bagaimana kan?"
"ya tuan..terima kasih banyak" angguk zahra sopan, sekali lagi ia mengangguk hormat pada ethan sebelum ia menutup pintu ruangan itu, di iringi mata pria itu yang menatapnya lekat.
Zahra melangkah dengan perasaan yang berbeda, ada rasa bahagia yang menyelinap ke dalam hatinya, dari awal zahra tahu kalau pria bernama ethan itu adalah laki-laki yang baik.
Senyum indah mengembang di bibirnya, mendengar pria itu tadi meminta maaf, jujur hatinya menghangat. Zahra berharap, semoga saja ethan mengampuninya dan tak lagi memperlakukannya seperti tempo hari.
Kini dalam benaknya, zahra sedang merancang bagaimana cara membalas hutang budi dan hutang uang yang cukup besar pada pria itu.
'aku harus meminta pekerjaan pada tuan ethan, aku harus bisa membayar hutangku pada pria baik itu' bisiknya dalam hati.
Zahra melangkahkan kakinya dengan mantap, menuju ke kamarnya.
Bersambung..