NovelToon NovelToon
DOSEN CANTIK YANG JUTEK

DOSEN CANTIK YANG JUTEK

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Romansa-Tata susila / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Chicklit / Tamat
Popularitas:535k
Nilai: 5
Nama Author: RADISYA

Asti seorang gadis yang berusia 28 tahun, dan memiliki wajah yang baby face, banyak orang yang mengira bahwa Asti seperti gadis belia.
Asti memiliki otak yang cerdas, piawai dalam berkomunikasi dan mempunyai sifat penyayang.
Berjalannya waktu, Asti mengenal sosok pria bernama Tomi.
Asti terkenal dengan sifatnya yang cuek dan jutek.
Apakah sosok Tomi Berhasil meruntuhkan hati sang dosen cantik yang jutek?
Di balik sikap Asti yang cuek dan jutek, ia bersama-sama temannya memiliki wadah untuk saling bertukar informasi, berbanding terbalik keseruan pada saat dia bersama sama di geng bucin.
Keseruan apa yang ada di geng bucin?
mari kita bersama membaca keseruannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RADISYA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Syarat Dari Asti

“Ibu Asti selalu menganggap saya ini hanya tahu segala hal yang serba mudah saja,” gumamnya.

“Padahal saya pun mau dan bisa memiliki daya juang!”

Asti ingin membantah. Tetapi tiba-tiba ia teringat bagaimana usaha Tomi untuk menguasai materi kuliah yang diajarnya. Setiap kali ada pertanyaan di ruang kuliah, ia selalu lebih dulu menjawabnya dan dengan jawaban yang betul.

Kalau ujian, lelaki itu juga memperlihatkan prestasi di atas lumayan. Padahal itu tidak mudah. Belajar filsafat perlu pikiran kritis, logis dan memiliki cara menganalisa yang tajam dan mendalam.

Tidak banyak orang yang mau melakukan hal itu dan toh Tomi mampu untuk itu. Setelah berpikir panjang Asti menjawab Tomi…

“Ya, saya sudah melihatnya….” dengan terpaksa Asti mengakui kenyataan itu.

“Mudah-mudahan itu bukan hanya semusim belaka. Tetapi sungguh-sungguh menyatu dengan kepribadian Saudara!”

“Ibu doakan saja supaya saya menjadi orang yang lebih baik!” Tomi melirik Asti lagi.

Asti terdiam… Ia mengerti, Tomi agak tersinggung oleh ucapan-ucapannya. Susahnya, gadis itu tidak mau mengakui kesalahannya.

Bahkan ia menyalahkan Tomi di dalam hatinya. Sebab, kehadiran lelaki itu telah membuatnya jadi kacau-balau.

Emosinya teraduk-aduk. Jadi bukan salahnyalah kalau setiap ia berbicara dengan lelaki itu, emosinya meledak-ledah dan ingin melampiaskannya dengan perkataan-perkataan yang menyakitkan.

Toh bagaimana pun juga jahatnya ia kepada lelaki itu, terhadap orang lain ia tidak pernah bersikap demikian.

Bahkan juga terhadap Pak Eko kendati ia merasa risih oleh usaha pendekatan lelaki itu terhadapnya.

Melihat Asti terdiam, Tomi berusaha mencairkan suasana kurang enak itu dengan merubah pembicaraan.

“Ibu tadi mengatakan kepada Pak Eko, akan dijemput oleh Ayah nya Ibu!” katanya.

“Kok malah mau naik kendaraan umum.”

Asti mengetatkan gerahamnya sesaat. Ah, lelaki itu tahu saja apa yang terjadi pada dirinya. Ia harus bisa menjawab agar dia jangan menjadi besar kepala.

“Mungkin ada halangan. Jadi saya memutuskan untuk pulang saja!” sahutnya kemudian dengan perasaan kesal.

Ah, kenapa Tomi mengurusi sesuatu yang bukan urusannya sih! gumam Asti dalam hati.

“Apakah itu tidak terburu-buru, Bu?” kata Tomi lagi dengan suara kalem.

“Ibu kan baru saja keluar kampus.

Begitu tidak melihat Ayah Ibu menjemput, sudah langsung memutuskan untuk naik kendaraan umum. Bagaimana kalau Ayah Ibu datang terlambat? Jakarta pada siang hari begini selalu macet, lho Bu.”

“Saya kira tidak,”

dalil Asti masih dengan perasaan kesal. “Ayah saya paling menghargai waktu dan sudah memikirkan hal seperti itu sebelumnya.

Jadi kalau beliau tidak ada di tempat sebagaimana yang sudah dijanjikannya, itu artinya ia memang tidak akan datang. Apalagi tadi saya sudah menunggu selama hampir sepuluh menit lamanya.”

“Tetapi siapa tahu ada halangan yang tidak terhindarkan di jalan. Dan lalu Ayah Ibu terjebak kemacetan total.”

“Saudara Tomi!” Asti menoleh sambil memenggal perkataan Tomi. “Apa pun itu, biarkan sajalah. Bukan urusan Saudara!”

“Maaf…. Saya Cuma ingin mengingatkan saja. Niat saya baik!”

Asti mendengus. Kalau memang begitu niatnya, kenapa ia bertanya dan berkata seperti seorang hakim menanyai terdakwa saja, pikirnya gemes.

“Ah, niat baik apa!” semburnya.

“Lho, apakah tidak terpikirkan oleh Ibu bagaimana perasaan Pak Eko kalau melihat Ibu tidak di jemput oleh Ayah Ibu dan sekarang malahan ikut mobil saya?”

“Saya tidak perduli, Saudara Tomi!” Asti menyemburkan kejengkelannya lagi.

“Bagaimana pun juga ada baiknya, supaya dia tahu bahwa tidak setiap gadis dengan mudahnya mau dibawa oleh seorang pria. Kendati, itu hanya mengantarkannya sampai ke rumah saja!”

“Oh begitu.

Baru sekarang saya sedikit mengerti hati seorang wanita!” Tomi tersenyum.

“Apakah itu juga termasuk kejadian tadi ketika saya mengajak Bu Asti ikut mobil saya?”

“Tentu saja tidak!” Asti melotot.

“Saya tidak memasukkan Saudara kedalam lingkungan kaum pria yang saya maksud!”

“Karena saya adalah mahasiswa Ibu…?”

“Bukan. Karena saya memang tidak suka ikut mobil Ayah Saudara!” sahut Asti ketus.

“Bukankah ini mobil beliau?”

“Ibu membenci saya rupanya?”

“Tidak. Saya tidak pernah membenci seseorang.”

Asti terpaksa berkata seperti itu. Ia sadar, dirinya terlalu keras menghadapi Tomi hanya karena lelaki itu selalu membuatnya merasa tersudut.

“Kalau begitu, Ibu masih merasa dendam oleh kesalahan saya karena meminta bantuan teman memalsukan tanda tangan saya pada semester lalu ya Bu?”

“Jangan memakai kata dendam, Saudara. Sebab bobotnya adalah kekecewaan. Bayangkanlah saja mahasiswa seusia Saudara yang semestinya bisa diharapkan untuk mempunyai rasa tanggung jawab dan kesadaran moral yang tinggi, ternyata mampu berbuat semacam itu. Apalagi, mereka jauh lebih muda!” sahut Asti terus terang.

“Mau dibawa kemana bangsa kita ini kalau begitu?”

“Saya sungguh menyesali hal itu, Bu Asti. Percayalah! Dan saya dalam hal ini sungguh sangat berterimakasih bahwa Bu Asti menegur saya dan menunjukkan kesalahan saya!” kata Tomi tulus.

“Saya tidak akan pernah lagi melakukan hal itu meskipun alasannya bisa diterima dan dimengerti. Ibu belum tahu apa alasannya, kan?”

“Ini bukan masalah alasan itu bisa dimengerti atau diterima, Saudara Tomi. Tetapi ini adalah alasan kesadaran moral atau suara hati kita sebagai manusia yang seharusnya tahu mana yang baik dan mana yang buruk secara moral.

Kalau suara hati Saudara sungguh berfungsi baik, pasti Saudara akan mengambil prioritas yang paling bisa diterima secara moral.”

“Untuk itu sekarang saya menyadarinya, Bu.”

“Tetapi saya harapkan pada semester mendatang Saudara mengikuti kuliah saya Etika Dasar di samping Filsafat Manusia bagian kedua!” kata Asti menganjurkan.

“Terimakasih atas anjuran Ibu” Saya akan melakukan apa saran Ibu!” Tomi menganggukkan kepalanya. “Jadi, Filsafat Manusia masih akan diberikan pada semester mendatang, Bu?”

“Ya.”

“Kalau masalah pengetahuannya, saya justru merasa senang bisa mengikutinya. Tetapi masalah waktu… wah, ini yang agak sulit dihindari.

Barangkali saya hanya bisa mengikuti kuliah-kuliah Ibu selama setengah semester saja. Sebab, saya harus keluar kota untuk suatu urusan yang sangat mendesak!”

“Seperti sudah saya katakan waktu Saudara ke rumah saya tempo hari, asalkan persyaratannya di penuhi dan Saudara membicarakannya dengan dosen yang bersangkutan, hal itu bisa diatur!”

“Iya, saya ingat itu.” Tomi menganggukkan kepalanya. “Apa saja syaratnya Bu?”

“Itu tergantung bagaimana pendekatannya. Kalau mata kuliah saya, Saudara saya minta untuk separuh semester yang bisa Saudara ikuti itu benar-benar diisi sepenuhnya. Artinya, Saudara Tomi sedapat-dapatnya harus hadir penuh!”

“Saya sanggupi, Bu Asti!” janji Tomi. Gembira ia mendapat pencerahan semacam ini.

Gembira pula ia siang ini berani nekat mengambil Asti di tepi jalan agar ikut mobilnya. Gembira ia bahwa Asti sengaja menghindari ajakan Pak Eko untuk diantar pulang oleh lelaki ganteng itu.

“Jangan senang dulu,” Asti menyela. “Masih ada persyaratan lain. Saudara harus mengerti, meraih gelar kesarjanaan itu tidak mudah!”

“Oh, ya. Syarat lainnya apa Bu?”

“Pada ujian tengah semester, sedikitnya nilai Saudara baik untuk mata kuliah Etika maupun mata kuliah Filsafat Manusia, harus B !”

“Oh, itu pun akan saya sanggupi Bu Asti!”

“Masih ada lagi!” tegas Asti.

“Apa itu Bu Asti?”

“Saudara harus menyerahkan paper untuk kedua mata kuliah itu sebagai pengganti yang setengah semester tidak Saudara hadiri. Bagaimana?"

1
vera tri
terlalu bertele-tele ceritanya....
Okta Rahayu
Lumayan
Karate Cat 🐈
seru
SalsaDCArmy
bagus ceritanya 🥰
Allessha Nayyaka
terhanyut oleh cerita nya
sangat keren
༄༅⃟𝐐𝗧𝗶𝘁𝗶𝗻 Arianto🇵🇸
akhirnya sah jg asti ma tomi..Alhamdulillah
🍭ͪ ͩSIT SUM❤❤
belah duren di pending nyampe selesai resepsi di hotel ya
🍁FAIZ❣️💋🄽🄸🅃🄰👻ᴸᴷ
kisah cinta author nih😊
🍭ͪ ͩSIT SUM❤❤
alhamdulillah sah....
Elisabeth Ratna Susanti
top 👍
🦋⃟ℛ🍾⃝ᴅͩʀᷞɪͧᴇᷠᴀͣʀ♕ᴬ∙ᴴ࿐
alhamdulillah... akhirnya sudah sah juga☺
🦋⃟ℛ🍾⃝ᴅͩʀᷞɪͧᴇᷠᴀͣʀ♕ᴬ∙ᴴ࿐
waah tinggal menunggu selangkah lagi, sehabis ini Asti dan Tomi ijab kabul, dan akhirnya mereka sah, trus tunggu launching Asti dan Tomi junior 🤭🤭
Elisabeth Ratna Susanti
like plus 🌹
Elisabeth Ratna Susanti
maaf baru sempat mampir di karya keren ini 😍
🦋⃟ℛ🍾⃝ᴅͩʀᷞɪͧᴇᷠᴀͣʀ♕ᴬ∙ᴴ࿐
mama Laras jangan capek2 yaa, biar saat hari H tetap fit, moga aja semuanya lancar, Tomi dan Rasti segera halal dan segera memberikan cucu
🍭ͪ ͩSIT SUM❤❤
tinggal ijab kabul.... moga lancar
Elisabeth Ratna Susanti
asyik nih 😍😍😍
jhon teyeng
enak pacaran hbs nikah mau apapun jg sdh halal. nikmat lhoh😁
🦋⃟ℛ🍾⃝ᴅͩʀᷞɪͧᴇᷠᴀͣʀ♕ᴬ∙ᴴ࿐
bener banget itu eyang, mangkanya lebih baik pacarannya setelah menikah, kan enak sudah halal, karena kebanyakan orang-orang jaman sekarang, gaya pacarannya sudah gak sehat
🦋⃟ℛ🍾⃝ᴅͩʀᷞɪͧᴇᷠᴀͣʀ♕ᴬ∙ᴴ࿐
hihihi sabar Ry, mangkanya abis ini Maryam segera kamu lamar terus secepatnya kamu nikahi biar bisa sama Maryam terus🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!