Menaklukkan Iblis

Simon menyesali perbuatannya. Ia tahu ia akan mendapat masalah saat Tuan Muda William mengetahui bahwa Nalyssa jatuh sakit karena kelalaiannya.

William bisa menjadi malaikat kecil sekaligus iblis kecil, tergantung situasinya. Namun, satu hal yang pasti... tidak ada seorang pun yang mampu membuat William kecil marah dan menyinggung perasaannya. Membuatnya marah sama saja dengan membuat Richard dan Pak Tua Chad marah!

'Aku seharusnya tidak mendengarkan Dr. Isabella,' pikir Simon dalam hati sambil menggigit bibir bawahnya.

Sementara itu, Isabella hanya berdiri di sana, tak bergerak. Ia terdiam setelah dipermalukan di depan dokter dan perawat lain saat Richard menegurnya.

Ia selalu bersikap sombong di depan rekan kerja dan bawahannya, seolah-olah ia adalah wanita Richard, calon istri dari keluarga itu. Ia membuat mereka percaya bahwa ia istimewa bagi Richard dan sangat dekat di hatinya.

Dan sekarang, ia dipermalukan karena wanita bernama Nalyssa itu. Selain masih muda dan cantik, Isabella tidak menemukan hal yang dapat membuat wanita itu menonjol. Jadi ia bertanya-tanya mengapa Richard lebih memperhatikannya.

Bangsal itu diliputi ketegangan yang hebat. Dokter dan perawat yang merawat dan memeriksa Nalyssa tidak dapat menahan rasa cemas dan gelisah karena berada di bawah pengawasan Richard dan Isabella. Kehadiran mereka yang sombong dapat mengintimidasi semua orang di dalam ruangan itu, kecuali Nalyssa.

Nalyssa hanya bersorak gembira dalam hati setelah mendengar Richard berbicara kasar kepada Isabella. Kata-kata Richard seperti tamparan di wajahnya. Isabella pantas menerimanya karena bertindak seperti Ratu, mendambakan Richard ebagai suaminya.

'Itu Karma, Jalang! Haha.'

Nalyssa merasa lega dari rasa sakitnya dan di saat yang sama, dia telah menyaksikan sebuah adegan tampar wajah yang indah di mana Richard dan Isabella berperan sebagai aktor dan aktris.

"Kurasa dia sudah baik-baik saja sekarang. Dia sudah bisa tersenyum," suara Richard yang dalam terdengar memecah keheningan.

"Uhuk! Uhuk!" Nalyssa berdeham, mengalihkan pandangan untuk berpura-pura tidak bersalah. Dia tidak tahu apakah Richard sedang menyindir atau tidak ketika mengucapkan kata-kata itu.

'Sialan! Dia memergokiku sedang tersenyum. Aku tahu itu. Matanya setajam mata Elang.'

Dokter masih meresepkan obat untuk Nalyssa ketika perawat dari bangsal lain bergegas masuk.

"Dokter Isabella! Dokter Isabella!" Dia memanggil namanya dengan nada yang sangat mendesak.

Perhatian semua orang beralih ke perawat yang tiba-tiba menerobos masuk ke bangsal Nalyssa. Apa yang terjadi? Perawat itu bahkan terengah-engah dan butiran keringat terlihat di wajahnya. Jika tebakan Nalyssa benar, perawat itu berlari beberapa meter hanya untuk sampai di sana. Dan dia sedang terburu-buru!

Keadaan Darurat?!

“Ada apa, Suster Anne?” Isabella bertanya padanya.

"Pasien VIP…" perawat itu belum menyelesaikan kalimatnya ketika Richard berlari keluar. Dia tidak menoleh ke belakang. Dia meninggalkan ruangan secepat kilat!

Simon dan Isabella juga segera mengikutinya, tidak menunggu perawat mengatakan sepatah kata pun.

"Pasien VIP? Mungkin…" Mata Nalyssa membelalak saat menyadari sesuatu. Ia punya firasat bahwa Pasien VIP yang dimaksud perawat itu adalah dirinya—Rosemonde!

Dia juga dirawat di fasilitas medis itu. Dan dia masih koma. Apa yang terjadi padanya? Apakah kondisinya memburuk? Dia harus mencari tahu.

Mengabaikan fakta bahwa dia juga seorang pasien di sana, Nalyssa turun dari ranjangnya untuk mengikuti Richard dan yang lainnya. Ini adalah kesempatannya untuk melihat tubuh aslinya dan mengetahui status kesehatannya.

Dokter dan perawat mencoba menghentikannya meninggalkan bangsal tetapi Nalyssa mengancamnya.

"Jangan berani-beraninya kau menghentikanku. Kalau tidak, aku akan memberi tahu Tuan Muda Kecilmu William, bagaimana kau menindasku di sini."

Saat nama William disebut, dokter dan perawat langsung mundur, memberi jalan bagi Nalyssa.

Nalyssa tidak membuang waktu lagi dan berlari secepat yang dia bisa untuk mengejar mereka. Ketika dia sampai di pintu masuk Bangsal VIP, seorang dokter pria sudah menjelaskan sesuatu kepada Richard, Simon dan Isabella berdiri di sampingnya.

"Setelah sekian lama, pasien akhirnya menunjukkan tanda-tanda aktivitas otak. Seperti yang Anda lihat, tadi malam, kami mencatat adanya perubahan pada gelombang otaknya." Dokter itu menunjukkan bagan Rosemonde kepada Richard, rekaman aktivitas gelombang otaknya.

"Ini berarti… ada peningkatan aktivitas otaknya. Dan ada kemungkinan dia bisa bangun."

"Berapa lama lagi waktu yang dibutuhkan?" Richard bertanya kepada dokter dengan penuh semangat.

"Sulit untuk memastikannya. Untuk saat ini, yang bisa kami lakukan hanyalah menunggu dan terus memantau kondisinya. Kami harus melihat bagaimana gelombang otaknya membaik." Dokter menjelaskan lebih lanjut kepada Richard.

"Apa yang menyebabkan perubahan pada gelombang otaknya?" Richard terus bertanya kepadanya.

Dokter itu menggelengkan kepalanya dan berkata, "Bidang medis tidak dapat memberikan penjelasan pasti mengenai hal ini. Namun, peneliti lain menyebutnya sebagai Hormon Bahagia."

"Ini bukan penjelasan medis, tetapi teori bahwa stimulasi otak positif membantu pasien." Dokter menambahkan.

Nalyssa, yang mendengarkan dari pintu masuk, terkesiap, menutup mulutnya. Matanya terbelalak karena tak percaya.

'Hormon Bahagia???'

Lalu tiba-tiba ingatan tentang momen intim tadi malam bersama Richard terlintas di benaknya. 'Tidak mungkin!' Ia menggelengkan kepala, mengabaikan gagasan itu.

Sementara itu, Richard hanya bisa mengepalkan tangannya mendengar penjelasan sang dokter. Ia tidak sabar menunggu wanita ini bangun. Ia tidak akan bisa meredakan dendam dan kemarahannya jika wanita itu tidak pernah bangun dari komanya.

Dokter itu ingin mengatakan hal lain kepada Richard dan Isabella, tetapi ia ragu sejenak. Sebuah fenomena aneh yang tidak dapat dijelaskan dengan istilah medis juga terjadi pada tubuh Rosemonde.

"Dokter Isabella dan Tuan Richard, jangan kaget, tapi kalian harus melihat ini." Setelah mengatakan itu, dokter itu memberi isyarat kepada perawat untuk membiarkan mereka melihat kulit Rosemonde.

Perawat yang berjaga dengan cemas meraih baju pasien Rosemonde. Ia menarik kerah bajunya ke bawah, cukup agar Richard dan Isabella dapat melihat bekas merah di lehernya.

Richard sempat bingung. Sebagai orang dewasa, bekas-bekas itu sudah tidak asing lagi bagi mereka. Kelihatannya seperti gigitan cinta!

"Apakah itu bekas ciuman?" Isabella bertanya dengan bingung.

"Siapa yang melakukan ini padanya?" Richard tiba-tiba bertanya dengan nada dingin seperti biasanya. Ia menatap dokter pria itu, menatapnya tajam sambil menatapnya curiga.

Dokter laki-laki itu segera melambaikan tangannya, menggelengkan kepalanya dengan panik. "Tuan, kami tidak tahu. Tanda-tanda itu tiba-tiba muncul pagi ini."

'Sial! Bodoh! Itu kau! Dasar iblis mesum!' Nalyssa berteriak dalam hatinya.