Bodyguard Nona Muda Kaya

Akin merasa tidur nyenyaknya terganggu akibat cahaya matahari yang masuk menembus jendela didalam ruangan yang dia tempati. Membuatnya mengerjapkan matanya berkali kali untuk menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya yang masuk. Akin bangkit dari posisi tidurnya. Matanya memandangi seluruh bagian ruangan itu.

Sampai Akin menyadari suatu hal.

Dimana Aku???

Batinnya berteriak kebingungan dengan keadaannya sekarang. Dia memperhatikan dirinya yang sudah berganti pakaian. Kebingungan melanda dirinya. Membuatnya berusaha mengingat kejadian apa yang sudah terjadi. Kejadian yang terlintas hanyalah keadaanya sebelum dia pingsan,selebihnya dia benar benar tidak ingat.

"Uyy...kenapa aku tidak bisa mengingatnya?"

Pekiknya kesal dengan dirinya yang belum mengingat apapun.

Ditengah kebingungan Akin dengan kejadian semalam,terdengar seseorang membuka pintu.

Ceklekk....

Bunyi pintu itu mengalihkan atensi Akin dari pikirannya sendiri. Akin menoleh dan melihat siapa yang masuk. Orang yang baru saja masuk dapat membuat Akin melotot terdiam ditempatnya.

Seketika banyak pertanyaan yang terlintas dibenaknya.

"Nona... anda tau saya disini???" Tanyanya penuh rasa heran. Dari banyaknya pertanyaan,hanya itu yang bisa dia keluarkan.

Gabriella berjalan kehadapan Akin yang benar benar heran dengan kedatangan nonanya. Dia membawa sebuah paper bag ditangannya. Saat matahari baru mengeluarkan wujudnya,Gabriella terbangun dan berpikir untuk pergi sebelum Akin terbangun. Dia pergi meninggalkan kamar untuk mengisi perutnya dan membeli pakaian untuk dipakai Akin.

Kalau kalian tanya apa yang akan dilakukannya ketika bertemu Akin. Jawabannya adalah dia akan bersikap...

BIASA SAJA.

Itulah yang sedang dia usahakan sejak menikmati sarapannya. Berusaha bersikap biasa seperti tidak terjadi apa apa diantara mereka.

Seperti saat ini. Dia berdiri dihadapan Akin dengan gaya angkuhnya. Menatap Akin yang sedang kebingungan dengan keadaannya sekarang.

Gabriella memperhatikan ekspresi Akin.

Malu. Tidak.

Canggung. Tidak.

Heran. Iya.

Gabriella menangkap bahwa Akin tidak mengingat kejadian semalam. Membuatnya menghela napas. Lega karena Akin tidak ingat apapun.

"Baguslah...sepertinya kau tidak mengingat apapun."

Ucapannya membuat Akin mengerutkan keningnya bingung. Dia merasa seperti orang bodoh yang tidak tahu apa apa.

Gabriella melemparkan paper bag yang dia bawa keatas pangkuan Akin.

"Ganti pakaianmu! Kutunggu kau di basement 15 menit lagi." Setelah mengucapkan kalimat yang membuat Akin bingung dan melemparkan sebuah paper bag kehadapan Akin. Gabriella langsung melenggang pergi meninggalkan Akin yang diliputi berbagai macam pertanyaan.

Akin menatap paper bag yang berada dipangkuannya dan mengeluarkan isinya.

Sebuah pakaian kerja. Atasan putih dan celana hitam. Membuatnya bergegas beranjak pergi kedalam kamar mandi. Waktu yaang diberikan hanya 15 menit. Dan nona mudanya tidak suka keterlambatan.

15 menit berlalu.

Akin sudah berada di basement hotel. Dia pergi mencari mobil nona mudanya. Terlihat mobil yang dia pakai semalam masih berada ditempat yang sama. Akin berjalan kearah mobil itu. Membuka pintu mobil. Didapatinya Gabriella yang sedang sibuk dengan pekerjaanya melalui sebuah ipad ditangannya.

Gabriella tidak menoleh sama sekali ketika Akin masuk kedalam mobil dibagian kursi sopir. Dia memperhatikan nonanya melewati kaca spion yang ada didalam mobil. Terlihat nona mudanya acuh dengan keberadaannya.

Akin berdehem sebelum mengucapakan sesuatu.

"Nona..." ucapannya menggantung ditengah tenggorokannya akibat Gabriella menyelanya terlebih dahulu.

"Kita langsung pulang saja." Gabriella menjawab seakan tau apa yang ingin ditanyakan Akin. Saat ini dia masih fokus dengan pekerjaannya.

Akin mengangguk saja. Dia menyalakan mesin mobil dan menjalankannya keluar dari basement hotel. Dia merasa nona mudanya agak sedikit lebih jutek dari biasanya.

Selama perjalanan hanya ada keheningan diatara 2 orang yang berbeda genre itu. Yang satu fokus menyetir. Yang satu fokus bekerja. Meskipun terlihat tenang diantara keduannya tapi nyatanya otak mereka sama sama bising denganhal yang mereka pikirkan. Akin merasa udara didalam mobil sekarang lebih dingin dari biasannya.

"Apa aku saja yang merasa kedinginan?" Dia bergumam sendiri sambil melirik kearah kaca spion yang menunjukkan langsung keberadaan nonanya. Dia berharap kalau nonanya akan meresponnya.

Ya,Gabriella melirik sekilas kearah Akin yang sedang menyetir. "kalau kau kedinginan bisa kecilkan saja AC nya." Ucapnya tanpa menatap Akin. Dia masih tetap fokus dengan ipadnya.

Akin tersenyum kecil karena nonanya mulai merespon. "Ohh.... tidak papa nona,mungkin aku yang terlalu berlebihan." Akin memang niatnya hanya memancing nona mudanya untuk berbicara. Dia tidak suka keadaan diam didalam mobil.

Mobil berhenti akibat lampu rambu berubah menjadi merah. Akin terdiam ditempatnya sedang menimbang nimbang sesuatu. Akhirnya dia memilih untuk bertanya pada nona mudanya.

"Nona Ella..."

"Kalau boleh tau...apa yang sudah terjadi semalam?"

Tanyanya hati hati. Jujur saja dia sangat penasaran.

Gabriella melirik sekilas dan kembali menatap ipadnya. "Apa kau sama sekali tidak mengingat apapun?"

Akin menggeleng. "Tidak Nona,yang kuingat hanya kejadian sebelum saya pingsan. Selebihnya saya tidak mengingat apapun." Akin memberitahu apa yang dia ingat saja.

"Apa kau melihat wajah orang yang menangkapmu??" Gabriella bertanya sambil menatap Akin. Akin hanya menggeleng tidak tau.

"Setau saya,saya tidak memiliki musuh dengan siapapun,jadi kenapa mereka menangkapku?" Tanyanya heran.

Gabriella membeberkan suatu hal. "Asal kau tau Akin,ketika seseorang masuk kedalam rumah utama,maka dia harus siap dengan segala ancaman apapun." Ungkap Gabriella.

Akin mengerutkan keningnya masih heran.

"Kenapa harus,Aku??" Masih tidak percaya dengan keadaanya. Apa salahnya sampai ada seseorang yang ingin menangkapnya.

"Sebagai seorang pengawal,kau harus dapat lebih waspada untuk dirimu ditimbang orang lain. Harus dapat mengawasi dengan benar. Jika saja aku tidak menemukanmu,maka kita tidak akan dapat berada dalam satu mobil yang sama.

Ucapan Gabriella membuat Akin berpikir lebih keras.

Entah pilihan benar atau salah dia memilih untuk bekerja dirumah utama.

Lampu rambu berubah menjadi hijau. Semua kendaraan langsung melesat untuk pergi ketujuan mereka masing masing.

Akin kembali mengendarai mobil. Membawa Gabriella pulang kerumah. Dari akhir obrolan tidak ada lagi sebuah pembicaraan antara keduannya.

Mereka hanyut dengan pikiran masing masing.

Ditengah keadaan jalan yang ramai oleh berbagai macam kendaraan.