NovelToon NovelToon
BERTUKAR NASIB

BERTUKAR NASIB

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Mengubah Takdir / Si Mujur
Popularitas:39.1k
Nilai: 5
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

Kisah ini bercerita tantang dua orang gadis yang memiliki kehidupan jauh berbeda sekali satu sama lainnya.

Valeria dan Gisela yang merupakan anggota academy musik di Soleram Internasional dan sama-sama menimba ilmu sebagai seorang murid disana untuk menjadi penyanyi terkenal.

Sayangnya nasib mujur bukan berpihak pada Gisela namun pada Valeria karena karya lagunya menjadi viral dan hits hingga mancanegara dan mengantarkannya sebagai penyanyi populer.

Penasaran mengikuti kelanjutan serial dua gadis yang berseteru itu !

Mari ikuti setiap serialnya, ya... 😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14 SELAMA PENERBANGAN GISELA

Gisela termenung sesaat setelah mendengar permintaan seorang penumpang.

"Bagaimana bisa dia meminta camilan ringan kepadaku, memangnya aku toko oleh-oleh ???"

Gisela bergumam dalam hatinya sedangkan ekspresi wajahnya berubah heran.

Penumpang itu bicara lagi pada Gisela.

"Apakah kau menyediakan camilan ringan untuk para penumpang pesawat ?" tanyanya.

Gisela bergumam kembali dalam hatinya, dengan sorot mata serius.

"Kenapa aku berada di kabin pesawat dan menjadi pramugari ???"

Dipandanginya penumpang di dekatnya seperti dia sedang berpikir serius.

"Nona pramugari...", panggil penumpang itu sambil mencolek lengan Gisela yang tertegun diam.

"Oh, iya... ?!" ucapnya gugup setelah tersadar lalu mendekat.

"Kami minta camilan ringan, bisakah kau menyediakannya ?" tanya penumpang.

"Camilan ringan, se-sebentar aku akan melihatnya di pantry pesawat", kata Gisela canggung.

"Baiklah, aku menunggunya", kata penumpang itu.

"Saya akan datang sekitar lima menit, tolong tunggulah sebentar", kata Gisela sembari berjalan ke arah pantry pesawat.

Setibanya di ruangan pantry, terlihat Gisela kebingungan dengan permintaan penumpang.

Gisela membuka lemari di pantry dengan tergesa-gesa.

"Apa yang kau cari disini ?" tanya seorang pramugari pada Gisela ketika dia masuk ke ruangan pantry pesawat.

"Oh, ehk, aku mencari camilan ringan", sahut Gisela gugup.

"Ada dirak kedua kolom empat, disana tersedia berbagai camilan ringan, kau bisa mendapatkannya", kata pramugari itu.

"Terimakasih...", sahut Gisela segera membuka laci lemari pantry.

"Bagaimana kau bisa lupa tempat camilan ringan disimpan, seharusnya semua pramugari pendamping di pesawat ini sudah memahami tugas-tugas mereka, kenapa kau terlihat bingung ?" tanya pramugari itu.

"Ya, aku lupa karena aku sibuk membersihkan kursi tadi dan pikiranku terfokus pada keluargaku", sahut Gisela.

Gisela mengambil beberapa camilan dari rak lemari lalu meletakkannya ke sebuah nampan alumunium khusus penumpang.

"Tidak diijinkan pikiran terpecah pada urusan yang lainnya, semestinya kamu tahu kode etik kerja sebagai pramugari", kata pramugari berlipstik tebal itu.

"Ya, aku tahu itu, dan aku tak seharusnya bersikap ceroboh dalam tugas", kata Gisela.

Gisela beranjak berdiri sambil memegangi nampan berisi berbagai camilan ringan ditangannya yang mengenakan sarung tangan.

"Jangan kau ulangi lagi karena itu akan membuatku diberhentikan secara tidak terhormat", kata pramugari berlipstik tebal.

"Ya, baik, aku akan mengingatnya", sahut Gisela seraya beranjak berjalan keluar pantry.

"Tunggu !" tahan pramugari berlipstik tebal ketika Gisela hendak keluar dari ruangan pantry pesawat.

"Ya, ada apa ?" tanya Gisela lalu menghentikan langkah kakinya seraya terdiam.

"Siapa namamu ?" tanya rekan sesama pramugari.

Pramugari berlipstik tebal meraih kartu tanda pengenal milik Gisela yang dikalungkan kelehernya.

Dibacanya kartu tanda pengenal pramugari kepunyaan Gisela dengan seksama.

"Oh, ternyata namamu Gisela, ya...", ucapnya.

"Ya, benar, kenapa ?" tanya Gisela lalu menolehkan pandangannya ke arah rekan sesama pramugarinya.

"Sepertinya ini nama baru, jarang terdengar, apa kau baru selesai pelatihan", kata pramugari berlipstik tebal.

"Mungkin saja kita tidak pernah satu team kerja selama penerbangan, itu sebabnya kau jarang mendengar namuku", kata Gisela.

"Benarkah itu ?" tanya pramugari berlipstik tebal.

"Ya...", sahut Gisela datar.

"Hmmm..., aneh sekali...", kata pramugari itu seperti berpikir serius.

"Maaf, aku harus memberikan camilan ringan ini kepada penumpang karena mereka memesannya, tidak baik kalau mereka harus menunggu lama", kata Gisela.

"Oh..., baiklah..., silahkan...", sahut rekan pramugari.

"Permisi...", kata Gisela seraya melangkah keluar ruangan pantry dengan membawa senampan camilan ringan yang dipesan oleh penumpang pesawat.

Detak jantung Gisela berdetak kencang seusai rekan pramugarinya menanyai tentang tanda pengenal miliknya.

Jujur saja, Gisela sangat ketakutan tadi, dia tahu ini adalah kali pertamanya, dia bertugas sebagai seorang pramugari hanya untuk menyelesaikan tugas sistem dari Amur.

Gisela berjalan cepat menuju kursi penumpang sedangkan kedua tangannya gemetaran tak menentu saat dia membawa nampan berisi camilan ringan.

"Kletek... Kletek... Kletek... !"

Tampak kedua tangan Gisela terus bergetar keras ketika dia mendekat ke arah kursi penumpang yang memesan camilan ringan kepadanya.

"Permisi..., saya bawakan camilan ringan pesanan anda, silahkan dinikmati...", sapa Gisela ramah.

"Oh, iya, terimakasih telah mengantarkannya untuk kami", kata penumpang itu lalu mengambil nampan berisi camilan ringan dari tangan Gisela.

"Ada yang diperlukan lagi selain ini, mungkin saya bisa membantu anda ?" tanya Gisela.

"Tidak, cukup ini saja", sahut penumpang seraya tersenyum puas.

"Baiklah, saya pamit pergi dulu, jika ada sesuatu yang anda butuhkan, anda tinggal mencari pramugari di ruangan sana", kata Gisela sembari menunjuk ke arah samping kanan.

"Ya, saya mengerti", kata penumpang itu dengan anggukkan kepala cepat.

Gisela tersenyum manis pada penumpang itu, dia merasa sangat lega ketika dia melihat senyum puas pada wajah penumpang pesawat ini yang senang dengan pelayanannya.

Dengan sikap cekatan, Gisela berjalan kembali ke arah tempat duduk di dekat pintu darurat dan dia duduk disana, untuk menjaga segala kemungkinan yang akan terjadi pada pesawat ini.

Suasana di dalam kabin pesawat menjadi tenang, keheningan tercipta di ruangan ini.

Seluruh penumpang duduk sangat tertib sesuai anjuran yang diperintahkan oleh para pramugari supaya mereka mematuhi peraturan yang berlaku selama penerbangan.

Terdengar suara pemberitahuan dari pramugari saat penerbangan di pesawat menggema keras, dalam bahasa Italia.

"Gentili passeggeri, l'aereo atterrerà tra pochi istanti.

Assicuratevi che le cinture di sicurezza siano allacciate saldamente, che i tavolini pieghevoli e gli schienali dei sedili siano in posizione verticale e che tutti i dispositivi elettronici siano spenti.

Grazie per aver volato con noi oggi. Ci auguriamo che abbiate apprezzato il viaggio e siate arrivati ​​sani e salvi a destinazione"

Gisela mengumumkan pemberitahuan kepada seluruh penumpang yang ada di dalam kabin pesawat, untuk bersiap-siap karena pesawat akan landing di negara tujuan yaitu Italia.

Pekerjaan selama penerbangan pesawat dilakukan oleh Gisela dengan sangat cemerlang.

"Fuih..., sungguh mendebarkan pekerjaan ini...", kata Gisela sembari menepuk dadanya pelan.

Diletakkannya alat pemberitahuan ke tempatnya lagi lalu berjalan ke arah kursi penumpang.

Gisela memeriksa sekali lagi kesiapan para penumpang ketika pesawat akan landing.

Tampak Gisela dan pramugari lainnya bekerja dengan terampil serta melayani sangat ramah, setiap detil yang dibutuhkan oleh para penumpang di pesawat benar-benar diperhatikan oleh mereka dengan cermatnya.

"Vi preghiamo di prestare attenzione alle cinture di sicurezza, tra poco atterreremo in Italia", ucap seorang pramugari saat dia memeriksa kondisi penumpang di dalam kabin pesawat ini.

"Grazie per avermelo ricordato...", sahut penumpang sembari tersenyum.

Gisela melakukan hal yang sama kepada penumpang lainnya.

Setelah itu, Gisela dan pramugari lainnya kembali ke kursi mereka masing-masing dan duduk sampai pesawat landing di bandara tujuan.

...

Sejam kemudian...

Pesawat yang diawaki oleh Gisela dan petugas lainnya telah mendarat di bandara dengan selamat.

Seluruh penumpang berhasil sampai di negara tujuan tanpa kendala apapun, terlihat mereka turun dari dalam pesawat dengan ekspresi puas.

Gisela ikut turun bersama pramugari lainnya menuju eskalator bandara ke area tunggu para penumpang, disana tersedia ruangan istirahat sesaat bagi awak kru pesawat seusai landing di negara tujuan.

"Aku mau membeli minuman ringan, sedari tadi, aku merasa kehausan", gumamnya pelan seraya mengedarkan pandangannya.

Gisela hendak berjalan ke arah konter minuman yang tersedia di area bandara.

"BRUUUK... !!!"

Tiba-tiba seseorang menabrak Gisela tanpa sengaja sehingga gadis itu hampir terjatuh.

"Maaf...", kata suara seseorang setelah menabrak Gisela yang mendorong koper miliknya.

Gisela segera mengalihkan perhatiannya kepada orang itu.

Seorang laki-laki tampan sedang berdiri seraya memandangi dirinya dengan penuh perhatian.

Gisela sempat terkejut ketika dia melihat laki-laki itu.

Seorang laki-laki berseragam pilot berdiri tepat dihadapannya kini sehingga Gisela terkesiap diam.

Mungkin tepatnya terpesona pada pandangan pertama...

Kalimat itu sangat cocok diperuntukkan bagi Gisela ketika dia melihat pria gagah berwajah sangat tampan di dekatnya.

"Maaf...", ucap laki-laki itu mengulangi lagi ucapannya sembari memegangi lengan Gisela agar gadis itu tidak terjatuh.

"Eh, i-iya..., tidak apa-apa", sahut Gisela yang masih tertegun.

"Maaf telah menyebabkan kekacauan kecil pada kita, tak seharusnya aku bersikap ceroboh seperti ini", kata laki-laki itu.

"Tidak masalah, aku baik-baik saja, jangan terlalu dipikirkan lagi", kata Gisela sambil tersipu malu-malu.

"Baiklah...", kata laki-laki berseragam pilot dengan ramahnya.

"Ya...", kata Gisela canggung.

Keduanya saling melempar senyuman dengan ramahnya.

Laki-laki itu kemudian mengulurkan tangannya kepada Gisela sembari memperkenalkan dirinya dengan menyebutkan namanya.

"Derian...", ucapnya tegas.

"Gisela...", sahut Gisela seraya membalas uluran tangan Derian kepadanya. Dan mereka saling bersalaman erat dengan tersenyum manis.

1
Reny Rizky Aryati, SE.
💞💞💞
Tina Andara
hadir...
Anonymous
lanjut thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!