Ini kisah tentang sepasang saudara kembar yang terpisah dari keluarga kandung mereka, karena suatu kejadian yang tak diinginkan.
Sepasang saudara kembar yang terpaksa tinggal di Panti Asuhan dari usia mereka dua tahun. Akan tetapi, setelah menginjak usia remaja, mereka memutuskan untuk keluar dari Panti dan tinggal di kontrakan kecil. Tak lupa pula sambil berusaha mencari pekerjaan apa saja yang bisa mereka kerjakan.
Tapi tak berselang lama, nasib baik mereka dapatkan. Karena kejadian tanpa sengaja mereka menolong seseorang membuat hidup mereka bisa berubah 180 derajat dari sebelumnya.
Siapa yang menolong mereka? Dan di mana keluarga kandung mereka berada?
Apa keluarga kandung mereka tidak mencari mereka selama ini?
Ayo, ikuti kehidupan si kembar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon penpurple_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GHIBRAN
“Selamat datang dan selamat malam, Tuan dan Nyonya Wilson,” sapa Manager restoran yang sudah keluarga besar itu booking sebelumnya. Jadi di sana nantinya hanya ada keluarga mereka saja.
Saat ini mereka sudah sampai di restoran terkenal mewah di ibu kota.
Aditya maju mewakili, berjabat tangan dengan Manager restoran tersebut.
“Malam, Adi.”
Adi, Manager itu tersenyum ramah. “Mari, saya antarkan ke meja kalian semua, Tuan.”
Aditya mengangguk, lalu mereka kembali melangkah dengan Adi yang memimpin di depan. Menaiki satu persatu tangga yang ternyata mereka mem-booking tempat di lantai dua. Tak lama dari itu, mereka dapat melihat meja panjang dengan banyaknya kursi yang sudah ditata. Tak lupa pula dengan berbagai jenis makanan dan minuman yang sudah tersedia di atas meja panjang tersebut.
“Silahkan, Tuan.” Adi mempersilahkan mereka untuk duduk.
“Terimakasih, Adi.”
“Sama-sama, Tuan, selamat menikmati.”
***
Melihat satu kursi yang masih kosong, Nanda mengernyit bingung tanpa yang lain sadari. Lalu dia mendekat ke Nata yang duduk di sebelah kanannya guna membisikkan pertanyaan. “Kok belum dateng-dateng, ya, Kak?”
Mereka saat ini sudah menikmati hidangan yang sudah disediakan.
Nata jadi mengikuti arah pandang Nanda. “Kejebak macet mungkin, Dek. Dari bandara soalnya, lumayan jauh, makanya kita disuruh duluan tadi ternyata,” balas Nata ikutan berbisik yang membuat Nanda jadi mengangguk paham.
“Nggak ada yang jemput, Kak?” tanya Nanda lagi. “Bodyguard suruhan papi yang jemput,” jawab Nata. Mereka tetap berbisik mengobrolnya. Lain pembicaraan dengan yang lain. Untuk makan malam kali ini tidak apa mereka sambil mengobrol santai, diperbolehkan Jeff.
“Bisikin apa kamu?” tanya Nando penasaran mendekat ke Nanda setelah kembarannya itu duduk semula tidak mendekatkan kepalanya ke Nata.
Nanda tersentak. “Apa? Nggak ada tuh, cuma nanya kursi kosong doang.”
Tapi sepertinya Nando tak percaya.
“Kalo nggak percaya ya udah.”
“Sayang, suka udang nggak?” tanya Arizka yang duduk di depan Nanda.
Nanda segera menoleh dengan senyuman. “Suka kok, Bunda.”
Arizka lantas mengambilkan udang saos padang itu untuk Nanda yang dengan sigap mendekatkan piringnya. “Dimakan sayang,” ujar Arizka membuat Nanda mengangguk dan mengucapkan terimakasih.
Lalu kembari mengambilkan dan menaruh di piring Nando. “Ini buat Nando juga. Suka juga kan, Dek?”
Nando turut mengangguk. “Terimakasih, B-bunda.”
Arizka tambah melebarkan senyumannya. “Sama-sama, bungsu.”
Bertepatan dengan itu, datanglah seorang pria matang dengan setelan kemeja putih panjang yang lengannya digulung sampai siku, kemeja dimasukkan ke dalam celana hitamnya, terlihat sangat tampan dan maskulin.
“Malam, semuanya,” sapanya yang tak lain adalah Ghibran, lebih tepatnya Alghibran Prans Anderson.
Mereka semua mendongakkan kepala menatap Ghibran dan bergumam. “Malam.”
“Eh, sayang sudah sampai, syukurlah. Duduk sini dekat mami,” ujar Reya menyambut anak sulungnya yang kebetulan kursi kosong sisa satu itu di sebelahnya.
Ghibran menuruti sang ibu. Sebelum benar-benar duduk, dia menyempatkan untuk memeluk maminya itu sekilas.
“Bagaimana, Nak, lancar perjalanannya?” tanya Jeff pada cucu pertamanya itu.
Ghibran mengangguk. “Lancar, Opa,” balasnya seadanya. Kemudian matanya beralih menatap si kembar yang kali ini jadi menunduk memperhatikan makanan mereka saja entah mengapa.
“Halo, twins, senang bertemu kembali,” ujar Ghibran menyeringai.
Nanda tanpa sadar meneguk ludahnya kasar. Pun dengan Nando yang bergerak gelisah, tak lama berlalu izin ke toilet.
Hal itu jadi perhatian yang lain dan membuat yang lain jadi bertanya-tanya.
“Serem banget, anjir, tapi ganteng,” batin Nanda menggigit bibirnya dengan mata meliar tak mau melihat mereka, terlebih lagi Ghibran.
***
— t b c —