Wajib baca Novel Tawanan Dua Mafia.
Helena harus berjuang saat pria paling dicintainya dinyatakan tewas dalam pertempuran. Satu persatu orang yang disayangi Helena haeus tewas di depan matanya.
Helena harus tetap bertahan di saat situasi dan kondisi tidak lagi menguntungkan baginya.
Akankah Helena berhasil mengalahkan musuh yang tidak lain adalah sepupu suaminya sendiri?
"Strike, kau harus tetap hidup."
"Pergi, Nona. Pergi. Maafkan saya tidak bisa menjaga anda lagi."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33
Helena benar-benar akan pulang ke Rio malam ini. Namun tanpa Cindy. Sesuai dengan permintaan Cindy sebelumnya. Ketika dia meninggal, dia ingin dimakamkan di makam elit. Bergabung dengan orang-orang hebat. Orang-orang terhormat.
Helena mengabulkan permintaan terakhir Cindy. Jenazahnya dimakamkan di salah satu makam elit yang ada di Roma. Roma merupakan tempat pertama kali mereka bertemu.
Juga menjadi tempat mereka berpisah untuk selama-lamanya. Helena tahu kalau selama ini Cindy selalu ingin menetap di Roma. Namun keinginannya tidak pernah terwujud. Berulang kali dia kembali ke Rio dan menetap lama di kota itu.
Di dalam perjalanan menuju ke bandara, Helena masih belum bisa menghentikan air matanya. Wanita itu terus saja menangis sambil mengenang kebersamaannya dengan Cindy.
Tangisan Helena membuat Strike semakin merasa bersalah. Kalau saja dia tidak nekad membawa Cindy menemui Helena, mungkin detik ini wanita itu masih hidup.
"Aku ... Kehilangan lagi. Bisakah kau berjanji untuk tidak pergi juga?" tanya Helena kepada Strike.
Strike memandang wajah sedih Helena melalui spion di depannya. "Saya akan menjaga anda, Nona."
"Aku tidak mau dijaga!" teriak Helena dengan suara serak. "Aku mau kau berjanji untuk tetap hidup! Kau harus kuat dan berjuanglah."
Helena kembali menghapus air matanya. Dia membuang tatapannya keluar. "Mau sampai kapan? Mau berapa banyak orang yang tewas demi melindungiku? Kenapa tidak aku saja yang mati."
Helena kembali mengutuk dirinya sendiri. Dia berulang kali selamat dari kematian. Tapi tidak dengan orang sekitarnya. Satu persatu dari mereka harus tewas. Pergi untuk selama-lamanya meninggalkan Helena.
"Saya janji akan tetap hidup, Nona. Anda juga harus hidup. Anda harus membunuh Clara dengan tangan anda sendiri." Strike berusaha memberi semangat agar Helena tidak terpuruk lagi.
"Ya. Aku harus hidup. Aku dibiarkan hidup karena harus membunuhnya."
Strike menghentikan laju mobilnya ketika tiga mobil menghadang laju mobilnya di depan. Bersamaan dengan itu, puluhan mobil muncul. Semua pengemudinya keluar dari mobil. Mereka memegang senjata api dan senjata tajam.
Strike mengepal kuat stir mobilnya. Hal yang paling ditakutkan oleh Strike akhirnya terjadi juga. Musuh tidak akan tinggal diam melihat Strike sendirian. Mereka pasti akan memanfaatkan situasi ini untuk menghabisi nyawa Strike. Juga Helena.
Helena menghapus air matanya. Mengabaikan kesedihannya. Kini dia memandang keadaan sekitar. Mereka sudah dikepung. Tidak ada jalan lagi untuk lari. Helena segera mengambil senjata apinya dan mengisinya dengan peluru.
"Biar saya yang menghadapinya, Nona. Anda tetap di mobil. Jika memiliki kesempatan, anda harus segera pergi. Gunakan mobil ini. Jangan pikirkan saya."
Helena tersenyum pahit mendengarnya. "Belum ada satu jam kau berjanji untuk tetap hidup, Strike. Sekarang kau mau ingkar janji seperti mereka?" Kedua matanya kembali berkaca-kaca. Perih sekali.
Strike hanya diam. Dia juga tidak yakin akan menang. Tapi diam di mobil namanya mati konyol. Pria itu memegang senjatanya dan segera keluar dari mobil.
Helena berpindah dan duduk di balik kemudi. Mengunci pintu mobilnya. Tidak akan ada yang bisa menyentuhnya. Kini yang ada di dalam pikiran Helena hanya menabrak musuh-musuh di depan dengan mobil. Dengan begitu lawan Strike akan berkurang.
Strike berdiri di tengah-tengah pria tangguh yang ingin menghajarnya. Puluhan lawan satu. Cukup mustahil memang.
Strike memandang ke arah mobil lagi dan memandang Helena. "Aku tidak boleh membuatnya menangis lagi."
Strike mengeluarkan rantai dan mulai melakukan penyerangan. Lima musuh berhasil tewas di tangan Strike dalam hitungan detik. Trik bela diri Strike memang tidak main-main. Dia pria kuat. Tangguh dan sulit disentuh.
Pukulan dan tembakannya begitu tepat sasaran. Satu persatu musuh yang ingin menghajar Strike mulai berkurang. Meskipun kini wajah Strike sudah babak belur, tangannya tertembak, perutnya tertusuk, tapi dia masih berdiri seperti robot.
Kokoh dan tidak terkalahkan. Strike tidak memberi kesempatan kepada siapa saja untuk mendekati mobil yang ditumpangi Helena. Melindunginya dengan segenap jiwa dan raga.
Helena menangis di dalam mobil. Sebenarnya dia tidak tega melihat Strike menderita seperti itu.
Rasanya dia ingin keluar saja. Menolongnya. Apapun akan dia lakukan agar bisa meringankan beban Strike. Tapi Helena tidak mau bertindak ceroboh. Strike bisa dalam masalah jika dia sampai tertangkap. Pengorbanan Strike akan menjadi semakin sia-sia.
Strike berdiri di depan mobil memandang Helena. Sebuah tembakan mendarat di dada pria itu. Kali ini dia tidak bisa menahannya lagi. Untuk beberapa detik Strike memandang wajah Helena.
"Strike, kau harus tetap hidup."
"Pergi, Nona. Pergi. Maafkan saya tidak bisa menjaga anda lagi."
Tubuh Strike ambruk dan tergeletak. Dari kejauhan, seorang pria memegang pedang dan siap menebas leher Strike. Helena menggenggam erat stir mobilnya. Air mata menetes deras di wajahnya. Dia bisa saja pergi. Bagaimana dengan Strike?
Robert dan Clara muncul tidak jauh dari lokasi. Mereka tersenyum puas melihat pemandangan di depannya. Kini Helena sudah kalah. Dia tidak memiliki pelindung lagi.
"Strike satu-satunya pria kuat yang bisa melindungi Helena. Baguslah. Sekarang dia akan mati juga menyusul Clous dan Cindy." Clara tersenyum licik memandang Helena di dalam mobil.
Helena memandang Clara dengan dada turun naik. Nggak. Dia tidak akan diam saja. Strike tidak boleh sampai terbunuh. Jika detik ini dia masih bernapas, maka dia harus bertahan.
Helena turun dari mobil. Dia bahkan tidak membawa senjata apapun. Menghapus kesedihan di wajahnya.
Strike masih bisa membuka mata. Dia cukup kecewa melihat Helena harus keluar dari mobil. Namun rasa sakitnya sudah tidak tertahankan lagi. Sampai akhirnya Strike tidak lagi sadarkan diri.
Helena berdiri di depan pria yang ingin menebas leher Strike. Pria itu menahan langkah kakinya. Dia memandang ke arah Robert. Menunggu perintah selanjutnya.
Robert melangkah maju mendekati Helena. Pria itu terlihat tenang. Ada seulas senyum dibibirnya. Kini Helena berdiri seorang diri. Tidak ada seorangpun melindunginya.
"Hello, Love. Kau baru saja menangis?"
Robert berdiri dengan tatapan yang begitu tajam. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku. Memperhatikan penampilan Helena dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Are you oke?"
Helena menatap Robert dengan begitu tajam pula. Sangat membencinya. Dia memalingkan wajahnya dengan perasaan menyesal.
Setelah sepuluh tahun mereka tidak bertemu, akhir-akhir ini kenapa harus dipertemukan kembali?
"Jika dulu targetku menikahimu. Sekarang targetku membunuhmu." Robert kembali bersuara. Dia meminta semua anak buahnya menyingkir. Melangkah maju agar semakin dekat dengan Helena.
Robert berjalan mendekati Helena. Menghapus air mata di wajahnya. Tersenyum jahat.
Mendekati leher Helena dan mencium aroma tubuhnya sambil memejamkan mata. Seperti binatang buas yang mencium mangsanya sebelum melahapnya hidup-hidup.
"Oh Shit. Kau begitu memabukkan, Helena."
Robert melangkah menjauh. Dia mendekati Strike.
"Aku memiliki penawaran baru, Helena."
Robert memandang ke arah Strike yang sudah tidak sadarkan diri. Dia cukup puas melihatnya. Kini Strike jauh dari Rio. Tidak ada seorangpun yang akan menolongnya. Sebentar lagi pria itu akan mati dengan sendirinya karena kehabisan darah.
"Kemarilah. Peluk aku dan kita lupakan masa lalu. Sekarang kau terlihat semakin menarik, Helena. Oh God. Tubuhmu semakin seksi, Love. You're so beautiful." Robert tersenyum licik. Helena harus menyerah padanya. Apapun caranya.
Helena mengalihkan pandanganya. Dia tidak mau memandang ke arah Robert yang sudah ada didekatnya. Justru kini Helena memandang Clara yang tersenyum puas sambil memakan cemilannya.
"Kau pikir kau sudah menang? Kau salah, Clara. Kau tidak tahu seperti apa aku," batin Helena. Kini Helena menyunggingkan senyum licik di bibirnya.
Helena memandang wajah Robert. Melangkah perlahan mendekatinya. "Robert, bagaimana kabarmu? Kenapa kau tidak juga menikah sampai detik ini? Apa sesulit itu melupakanku?" Helena mengeluarkan suara yang membuat Clara melirik tajam. Sepertinya wanita itu sedikit khawatir kalau Robert sampai termakan rayuan Helena.
Robert mengangguk. "Yes, Love. Sulit untuk mencari penggantimu. Kau satu-satunya wanita yang membuatku ingin menikah. Dari banyaknya wanita yang aku tiduri, tidak ada yang sespesial dirimu.
Begini saja, bagaimana kalau kita coba sekali saja? Jika aku ketagihan, kau akan menjadi milikku. Aku akan menikahimu. Menjadikanmu wanita paling bahagia, Helena.
Kekayaanku cukup seimbang dengan Aberzio Guineno. Aku bisa membahagiakanmu. Aku berani jamin itu.
Jika aku tidak tertarik lagi denganmu, kau boleh pergi? Aku tidak akan menghabisi nyawamu asalkan kau mau melayaniku. Nyawamu akan aman."
Helena tersenyum manis. Wanita itu merapikan dasi yang dikenakan oleh Robert. Sebenarnya tubuhnya sudah begitu lemas saat ini. "Boleh. Dimana? Di sini?"
kenapa harus dirahasiakan dr helena
klo jason tdk seposesif robert
🫂🫂🫂helena km pasti bisa jgn menyerah dulu...tunggulah aberzio kembali
jangan dulu jatuh ke pria lain mending jadi single mom aja sembari ngumpulin kekuatan n strategi baru king tiger yg udah bercerai berai ulah si clara..
emang selalu ada kejutan distiap novel²nya kak sis😲😯
klo aberzio beneran mati nasib helena y jadi tahanan berstts istri robert😭
jgn sampe jjson juga dilenyapkan si robert
jeson ben kalian dimana😭