NovelToon NovelToon
Empat Istri Lima Sekarat

Empat Istri Lima Sekarat

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Askararia

Di sebuah kota di negara maju, hiduplah seorang play boy stadium akhir yang menikahi empat wanita dalam kurun waktu satu tahun. Dalam hidupnya hanya ada slogan hidup empat sehat lima sempurna dan wanita.

Kebiasaan buruk ini justru mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tuanya dan keluar besarnya, hingga suatu saat ia berencana untuk menikahi seorang gadis barbar dari kota tetangga, kebiasaan buruknya itu pun mendapatkan banyak cekaman dari gadis tersebut.

Akankah gadis itu berhasil dinikahi oleh play boy tingkat dewa ini? Ayo.... baca kelanjutan ceritanya.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Askararia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27

   Seperti biasa, Harry dan Nadia berangkat kekampus menggunakan motor, kehidupan mereka didepan orang sama seperti kehidupan mereka sebelumnya, namun saat mereka kembali ke rumah, situasi akan jauh berbeda. Di kejauhan ada Austin yang tengah memperhatikan pengantin baru ini, sambil berjalan dengan tongkat ditangan ia menghampiri keduanya.

  "Sayang!" Panggilnya.

   Harry menaikkan sudut hidungnya saat lagi-lagi istrinya di panggil sayang oleh sahabat baik yang berubah menjadi sahabat buruknya itu. Sama halnya dengan Nadia, ia memutar bola matanya dengan malas lalu berbalik menatap Austin.

  "Hai, sayang.... owhhh ada apa dengan mu? Kenapa kamu berjalan dengan tongkat? What happen?" Tanya Nadia berpura-pura terkejut akan keadaan Austin sekarang.

  "Ahkkk, ini ya... , panjang ceritanya sayang!" Jawab Austin yang tak ingin menceritakan kronologi kejadian beberapa hari lalu dimana ia diseruduk oleh raja babi hutan saat ia menunggu Harry.

  "Beberapa hari ini kamu tidak datang ke kampus dan tidak menghubungi ku, nyaris aku memutuskan mu sepihak!" Ucap Nadia lagi, yang mana ia bersikap berpura-pura menghawatirkan si play boy internasional itu.

  Sambil berbincang ketiganya berjalan masuk kedalam ruangan tempat mereka akan belajar nanti, hari ini hanya ada mereka bertiga sebab Laura tak lagi bisa datang ke kampus sebab kehamilannya cukup memprihatinkan, seperti saat ini, saat bi Narsih datang membersihkan rumah mereka, Laura berjalan meraba tembok karena ia merasa pusing. Tak ingin repot-repot, bi Narsih berpura-pura tak melihat Laura yang tengah kesusahan untuk mengambil air minum ke dapur, wanita paruh baya ini berjalan begitu saja ke dalam kamar mandi tempat pencucian kain sambil mendengar musik dalam nada tinggi.

   "Dasar di tua bangka, jadi pembantu saja berlagak sombong!" Kesal Laura sembari mengelus kasar perutnya.

  "Duhhh anak ini...., menyusahkan saja!" Kesalnya menatap perutnya yang masih sakit.

   Tak lama ia sampai ke dapur, baru saja meraih gelas diatas rak, tiba-tiba ia menjatuhkan dua gelas sekaligus hingga membuat kedua gelas itu pecah diatas lantai. Serpihan kecil dari gelas kaca itu secara tak sengaja melukai kakinya hingga mengeluarkan darah segar.

  "Aaaa tolonggggg, Bi...... tolong Bi..... " teriak Laura panik namun masih bernada centil.

  Bi Narsih menghela nafas panjang, sejenak meluangkan waktunya, namun bukannya pergi menolong Laura ia justru menghubungi Austin. Ponsel lelaki itu berdering hingga mengundang perhatian dosen yang sedang mengajar di depan sana.

   Harry menyenggol pelan tangan Nadia yang duduk tepat disebelahnya dan Austin, gadis itu dengan cepat menyuruh Austin keluar untuk menjawab panggilan telepon itu. Si play boy internasional ini menggulir layar ponselnya kesal.

   "Halo, Bi Narsih apa-apaan sih? Saya lagi sibuk dan.... "

  "Istri mu!" Ucap Bi Narsih memotong perkataan Austin.

  "Kenapa lagi dengan istriku? Apa lagi yang dilakukan Mak Lampir itu?"

  "Dia teriak-teriak minta tolong di dapur, dia memecahkan barang-barang di dapur!'' Jawab Bi Narsih.

  Austin memijat kepalanya sambil memejamkan matanya membayangkan betapa muaknya ia sekarang pada istrinya yang tengah hamil empat delapan belas minggu itu.

  " Ahhhh, bodoamat alah Bi, suruh Mama yang ngurus, sumpek aku lihatnya. Suruh aja Mama bawa dia ke rumah, disana kan banyak pembantu, lagian aku malas datang kesana, Bibi tahu sendiri kan kalau rumah itu nggak pernah rapi, nggak pernah bersih, setan aja ogah tinggal disana!" Ucap Austin marah, lalu dengan cepat ia memutuskan panggilan telepon itu.

  Bi Narsih mengangkat kedua bahunya saat mendapati anak majikannya itu telah mematikan panggilan teleponnya.

  "Bi..... , Bi Narsih cepat kesini dong!" Teriak Laura kesal.

  Bi Narsih menghampiri Laura, wanita itu mencibirkan bibirnya lalu dengan pelan berjalan keluar dari pecahan gelas itu dibantu oleh Bi Narsih, Laura lalu menepis tangan Bi Narsih dengan kasar.

  "Beresin, sama ambilkan saya minum. Antar keruang tengah abis itu itu bersihin kaki saya!" Titah Laura kesal, ia lalu beranjak pergi dari sana sementara Bi Narsih yang merekam perkataan Laura segera mengirimnya pada Erlina.

   Wanita ini berdiri dari atas kursinya, ia yang semula dengan mempercantik dirinya di salon langsung merasa kesal saat mendengar betapa angkuhnya Laura pada Bi Narsih.

  "Bu, maaf tapi rambutnya masih.... "

  "Kita lanjutkan nanti, saya ada urusan. Sopir, cepat nyalakan mobil!" Ucap Erlina tegas, ia berjalan keluar dari salon dengan rambut setengah kering dan setengah diwarnai.

  Sopir keluarga mereka berusaha kuat menahan sudut bibirnya agar tak menertawakan majikannya yang membawa kertas-kertas diatas kepalanya tersebut, ia memutar kemudian dan memacu laju kendaraan itu kearah jalan raya yang padat itu.

  "Kita kau kemana, Buk?" Tanya sang sopir.

  "Kita ke rumah Laura, istrinya Austin!" Jawab Erlina kesal.

   Begitu Erlina sampai ke rumah yang ia berikan kepada Laura, dengan kasar ia membanting pintu, membuat menantunya tersebut terkejut bahkan nyaris melompati Bi Narsih yang sedang membersihkan kedua kakinya.

   "Kau.... , kau.... " ucap Erlina menunjuk Laura, namun Laura malah mengira kalau Erlina sedang menunjuk pembantu rumah tangga itu.

  "Ma, dia sangat kasar dan lelet, tadi aku memintanya mengambil air minum untukku tapi dia malah mengabaikan ku, lihatlah kakiku yang membengkak karena dia!" Ucap Laura mengadukan Narsih pada Erlina.

  "Heummmm, masih bersandiwara. Kamu pikir saya tidak tahu apa yang terjadi dirumah saya sendiri? Ada CCTV disetiap sudut rumah ini, Laura. Jadi jangan sesekali menipu saya!" Bentak Erlina.

  Seketika wajah Laura memerah sempurna, ia gelagapan menatap sekitar, matanya terus tertuju pada sudut-sudut ruangan yang mungkin menjadi tempat CCTV tersembunyi dirumah itu.

  "Saya tidak tahu sebanyak apa kamu menyembunyikan keburukanmu, masih satu minggu menikah denganmu tapi anak saya sudah mengeluh tentangmu. Apa kau pantas menyebut dirimu seorang Ibu dihadapan anak-anakmu nanti? Heummm? Bangun pagi saja kamu malas, mandi juga malas, membersihkan rumah juga malas. Hanya lubang hidungmu yang rajin bergerak kembang kempis seperti bolu bantet!" Ujar Erlina membuat Laura merasa malu, sedangkan sopir dan Bi Narsih berusaha agar tak menimbulkan suara akibat menahan tawa mereka setelah mendengar perkataan Erlina.

Merasa malu karena merasa dipermainkan, Laura yang kesal segera beranjak pergi, namun belum beberapa langkah tiba-tiba terdengar suara dari luara, dimana disana ada Nadia dan Austin yang berjalan cepat kedalam rumah.

"Nadia? Kenapa dia datang bersama Austin?" Batin Laura saat ia berbalik dan menemukan Nadia berjalan beriringan bersama suaminya.

Setengah jam lalu saat di kampus, tak sengaja Nadia mendengar percakapan Austin dengan Bi Narsih di telfon, gadis itu berdiri diambang pintu mendengar semua ucapan pacar pertamanya tersebut. Betapa terkejutnya gadis itu mengetahui kalau ternyata Austin benar-benar menikah dengan sahabatnya sendiri yang artinya kalau anak yang di kandung oleh sahabatnya itu adalah anak dari pacarnya tersebut.

Plakkkk

Sebuah tamparan mendarat di wajah Austin, bahkan sebelum Austin membuka mulutnya dengan sigap Nadia menariknya kearah parkiran, sama sekali tidak memperdulikan kaki bengkak Austin.

"Nadia, kamu disini?" Tanya Erlina panik, ia ingin sekali menyembunyikan Laura namun rasanya percuma saja sebab gadis itu juga sudah mengetahuinya.

"Nadia...., eummm..... kamu dan Austin.... apa kalian baik-baik saja?"

"Iya, Tante. Kita baik-baik aja, ohhh iya Laura, kabar baik ini kenapa tidak kamu beritahukan padaku? Seharusnya aku datang membawa hadiah untukmu dan calon bayimu, iya kan? Karena bagaimana pun juga anak itu akan jadi anakku juga kan!"

Dengan mulut menganga Laura berjalan perlahan mendekati Nadia.

"Apa maksudmu?" Tanya Laura mengerutkan keningnya, ia menatap Nadia, Austin dan Erlina bergantian.

"Setelah mengetahui aku dan Austin menikah, kau masih berniat untuk menikah dengannya?" Tanya Laura.

Nadia mengangguk, ada rasa bahagia sekaligus cemas dihati Erlina dan juga Austin, Erlina yang cemas kalau nantinya Laura dan Nadia akan sering bertengkar, sedangkan Austin yang takut kalau hidupnya akan sengsara di tengah-tengah kedua wanita itu sebab waktunya untuk berselingkuh akan semakin menipis.

"Tentu saja!" Jawab Nadia.

"Sudah dua tahun kami menjalin hubungan, Laura. Lagipula lelaki mana yang akan menolak ku? Gadis cantik, pintar dan perawan seperti ku di jaman sekarang sudah susah didapatkan, Laura. Austin juga menikahi mu supaya dia punya mainan, jika dia benar-benar mencintaimu maka dia tidak akan meniduri mu sebelum dia menikahi mu!" Ujarnya, namun sebenarnya perkataannya itu tertuju pada Austin yang secara tak secara dibandingkan pada Harry.

"Benar kan, sayang?" Tanya Nadia menatap Austin.

Seolah sedang dihipnotis, secara tak sadar Austin mengangguk hingga Laura melangkah mundur dengan gemetar, kini tak hanya wanita itu yang tak dapat berbicara, Erlina, sopir pribadinya dan Bi Narsih juga sama terkejutnya dengan respon Austin.

"Kau mau menikah dengannya bukan karena kau mencintainya, kau hanya ingin hartanya!" Bentak Laura kemudian sambil menunjuk-nunjuk Nadia dengan jari telunjuknya.

"Hartanya? Hahahahaha, yang kaya itu Om dan Tante, bukan Austin. Buka matamu lebar-lebar, apa musang ini memiliki aura-aura konglomerat atau orang kaya? Yang ada dia seperti orang utan, pantas saja dia di seruk babi hutan!" Ujar Nadia yang lagi-lagi membuat Erlina syok.

Austin tiba-tiba tersadar, sengaja ia tak mengabari Nadia beberapa hari ini untuk merahasiakan kejadian memalukan itu namun kini secara terang-terangan Nadia malah memberitahu semua orang kalau kakinya yang membengkak disebabkan oleh serudukan mematikan dari si raja babi hutan.

1
emili19
Baca cerita ini jadi penghilang suntukku setiap hari
Askararia: Wahhh, makasih banyak yah Kak, senang membaca komentar positifnya, saya akan terus berusaha membuat ceritanya semenarik mungkin 🥰
total 1 replies
Anrai Dela Cruz
Duh, hati rasanya meleleh.
Askararia: Terimakasih atas komentarnya ya kak, kalau kayak gini makin semangat deh nulisnya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!