Semuanya berawal dari sebuah perjodohan, seorang pria tampan bernama Lionard Demitri yang membuat seorang gadis ceria seperti Airin, mengalami kehancuran begitu besar dalam hidupnya.
Kebodohan yang Airin lakukan, adalah mencintai suaminya dengan sepenuh hati. Hingga dia tahu jika ternyata suaminya menikahinya karena dia mempunyai kemiripan dengan perempuan di masa lalunya.
Airin hanya di jadikan istri bayangan oleh Lion. Tidak ada cinta untuk dirinya, semuanya hanya sebuah cinta sepihak.
"Tidak bisakah aku menggantikan Vei untuk kamu? Tidak bisakah Airin yang ini kamu cintai, bukan Airin yang harus menjadi Verina"
Dengan penuh harapan Airin mengatakan itu pada suaminya. Namun harapan rapuh yang dia miliki, harus hancur dalam sekejap.
"Kau berharap cinta dariku? Haha.. Sampai kapanpun tidak akan pernah kau dapatkan!"
Ketika hanya menjadi istri dengan bayang-bayang masa lalu suaminya. Tapi, Airin tetap bertahan. Meski entah dia akan bisa melewatinya atau tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lion Tidak Kembali Pada Verina
Menjalani pekerjaan baru, Airin merasa senang dengan pekerjaan ini. Karena dia bisa kenal dengan banyak orang yang bekerja disini. Airin yang biasanya jarang interasksi dengan siapapun, dan sekarang dia harus banyak interaksi dengan beberapa pelanggan dan pekerja disini juga.
Bekerja setiap hari, Airin lebih banyak membantu pelayan untuk melayani pelanggan, setelah itu dia juga akan menghitung setiap pengularan dan pendapatan. Tidak terasa dunianya mulai hanya tentang bekerja.
"Semua laporan bulan ini sudah semua ya, Kak. Bisa Kak Delia periksa lagi kalau misalkan ada yang salah dan janggal"
"Iya Rin, semuanya aman kok. Oh ya, malam ini mau ikut aku makan malam bersama? Aku lagi mau makan malam dengan suamiku dan teman"
"Ah, apa boleh? Tapi, aku gak enak Kak"
"Udah gak papa, kalau kamu memang tidak ada niatan pergi kemana pun. Lebih baik ikut kita saja" ucap Delia sambil merangkul lengan Airin. "Atau kamu ada janji sama pacar kamu?"
Airin langsung menggeleng dengan pertanyaan Delia barusan. "Tidak Kak, aku tidak punya pacar"
"Kalo misalkan di kenalkan sama teman suamiku mau?"
Airin tersenyum tipis, dia tidak menjawab karena untuk bisa membuka hati kembali, itu tidak akan mudah. Lukanya masih terlalu besar dan membekas, bahkan dia masih mencoba untuk menata hidupnya kembali yang sudah hancur berkeping-keping.
Akhirnya Airin ikut pergi dengan Delia dan suaminya. Airin duduk di kursi belakang dan melihat jelas bagaimana keharmonisan keluarga Delia ini. Melihat perlakuan suaminya yang begitu baik dan lembut pada Delia.
Mereka telah sampai di sebuah rumah yang sederhana, tapi terlihat terawat. Airin merasa heran karena Delia yang ternyata tinggal di rumah yang sederhana seperti ini, melihat dari suaminya yang seorang pengusaha.
"Aku dulu pernah tinggal disini sama Ibu dan sahabatku. Tapi, sekarang kami sudah pindah ke Ibu Kota, jadi rumah ini hanya kami jadikan tempat kalau sesekali datang ke Kota ini"
Airin mengangguk, ucapan Delia sudah cukup menjawab tanda tanya dalam pikirannya. Ada dua orang pekerja yang menyiapkan makan malam mereka. Dua orang itu sepertinya suda biasa ditugaskan untuk menjaga rumah ini.
"Sayang, aku mandi dulu ya. Kalo Adam datang, kamu beritahu aku sedang mandi"
"Iya Sayang"
Airin tersenyum melihat keharmonisan pasangan suami istri ini. Bahkan jika ada harapan, dia tidak mungkin berani berharap jika pernikahannya dengan Lion akan seperti ini. Karena semua itu terlalu tidak mungkin.
"Hallo semuanya"
Airin menoleh pada seseorang yang baru saja datang, dia tersenyum tipis meski tidak mengenal pria itu.
"Ah sudah datang ya, bagaimana pekerjaannya? Reynan lagi mandi dulu" ucap Delia pada Asisten sekaligus teman suaminya ini. "Oh ya Adam, ini Airin manager baru di Restoran aku. Airin, ini Adam, Asisten suamiku"
Airin mengangguk, dia mengulurkan tangannya pada Adam. "Airin Kak"
"Adam"
Adam tersenyum sambil menatap Airin dengan lekat. "Kamu tinggal dimana, Airin?"
"Em, tinggal di Apartemen Kak" Airin menyebutkan salah satu Apartemen di Kota ini.
"Ah, kita deketan ternyata. Aku punya satu unit Apartemen disana, buat aku tinggal kalau ada pekerjaan disini, biar tidak tinggal di Hotel"
"Oh begitu ya"
Airin hanya tersenyum saja, dia masih merasa canggung dengan suasana saat ini. Meski Delia dan suaminya begitu baik, dan sekarang pria bernama Adam yang menjadi Asisten dari suami Delia, juga begitu baik padanya. Tapi, Airin masih belum terbiasa dengan mereka. Masih merasa tidak enak.
"Biasa aja kali tatapannya Dam, kayak menaruh harapan gitu. Haha" ucap Delia menggoda sahabat suaminya ini.
"Apasih Del, jangan langsung di bongkar kayak gitu dong"
Delia hanya tertawa saja mendengar itu, sementara Airin hanya tersenyum tipis. Sedikit tidak nyaman ketika Delia yang menggodanya seperti ini. Karena sebenarnya hatinya saja masih membeku, jangankan untuk membuka hati untuk pria yang baru, bahkan Airin tidak bisa melepaskan perasaan yang sudah terlanjur ada.
"Sudahlah, sekarang ayo kita makan"
Malam ini, Airin tidak lagi makan sendirian di Apartemen. Dia makan bersama Delia, suaminya, dan juga Adam. Suasana yang cukup berbeda dia rasakan.
*
Airin kembali ke Apartemennya oleh Adam, selain karena mereka searah tapi Airin tidak bisa menolak atas permintaan Delia.
"Kak Adam mau naik juga?"
"Tentu, aku juga lelah dan ingin istirahat"
Airin mengangguk, mereka masuk ke dalam lift bersama. Ternyata letak Aparteman mereka berbeda satu lantai saja.
"Loh, kenapa di tutup lagi Kak?"
Airin merasa heran ketika pintu lift sudah terbuka di lantai tempat Apartemen Adam berada. Tapi, pria itu malah kembali menutup pintu lift tanpa keluar.
"Mengantarkan kamu dlu"
Airin tersenyum sedikit bingung dengan sikap Adam saat ini. Padahal mereka hanya berbeda satu lantai saja, dan kenapa Adam harus mengantarnya sampai ke depan pintu Apartemen. Ini benar-benar cukup aneh.
"Kak, sebenarnya aku bisa sendiri"
"Tidak papa, aku sekalian ingin tahu dimana Apartemen kamu"
Mereka berjalan menyusuri lorong, sampai Airin melihat seseorang yang berdiri di depan pintu Apartemennya. Dia menatap Adam sekilas, dan kembali menatap pada Brian yang sudah menunggunya.
"Em, terima kasih ya Kak sudah mengantarkan aku"
"Iya Airin, sama-sama. Jangan lupa hubungi aku kalo ada apa-apa" ucap Adam dengan menggerakan tangannya ke telinga, seolah gerakan seseorang yang menelepon. Adam mengangguk sopan pada Brian sebelum pergi.
"Siapa dia Rin?" tanya Brian.
Airin menoleh pada Brian, dia membuka pintu Apartemen dan mempersilahkan Brian untuk masuk. "Kak Adam, teman dari Bos aku di Restoran"
"Oh, kelihatannya dia sangat dekat dengan kamu"
"Ah, mana mungkin Kak. Kita baru kenal hari ini. Ayo duduk Kak, tumben sekali datang kesini? Ada apa? Tidak memberitahu aku dulu kalau mau datang"
Brian duduk di sofa dekat jendela, menatap Airin yang mengambilkan air dari dapur untuknya. "Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu. Jadi, aku sengaja datang"
Airin menyimpan minuman untuk Brian, lalu dia ikut di depan pria itu. "Ada apa?"
Brian menatap Airin, dia menghela nafas pelan. Ada perasaan yang cukup membuat dirinya tidak nyaman, tapi dia harus mengatakan yang sebenarnya.
"Rin, ternyata Lion tidak kembali dengan Verina setelah kamu pergi"
Airin terdiam, rasanya dia belum siap membahas tentang hal ini. Airin bahkan tidak tahu harus menjawab apa atas ucapan Brian barusan. Dia hanya diam dengan tatapan yang kosong.
Bersambung
Emang nya nggak capek Rin 😠😠😠
pertemuan yang ku impian akan menjadi kenyataan sebentar lagi.. semoga saja...!!
jujur aku juga ikutan capek..ngikutin kalian berdua tauk..lari kesana kemari,gk peduli lewat gorong2 juga aku ikutin.. ayolah kpn ini berakhir nya,aku juga nunggu adegan romantis kalian.., kpn pny bebi klo terus begini...??
tetapi don't give up juga laki laki loh bukan fencong
Permasalahan nya tidak akan selesai Rin kalau kamu selalu lari dan lari lagi