Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba-tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi tunangan dari saudari tiri nya- seorang miliarder kaya yang telah di tolak oleh saudari nya karena pria itu cacat.
Terikat oleh perjanjian antar keluarga dan ingin merebut kembali pusat perbelanjaan mendiang ibu nya, membuat Elena setuju untuk menggantikan saudari nya menikah dengan CEO cacat.
Elena tidak menyadari jika diri nya telah melempar batu dan mengambil berlian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
" Aku gak nyangka sih, seorang Malvin Kevlar Narendra gitu loh bisa modus juga hahaha". Terlihat Naura yang sedang tertawa renyah, padahal Elena tengah mengadu pada sahabat nya itu dalam sebuah panggilan video.
" Nyesel aku cerita ini ke kamu ". Balas Elena ketus.
" Ya gimana ya El, kalok di pikir - pikir kan emang gak mungkin lampu hotel bisa mati, pasti ada dong pengecekan di setiap kamar nya. Aku beneran kaget loh, kamu cerita kalo Malvin bakal tidur di ruang hotel kamu ". Kata Naura lagi, mengejek.
" Untung kamar nya ada dua ".
" Oh iya terus gimana perjalanan kamu, lancar semua kan ?".
Setelah selesai makan malam romantis yang gagal karena gangguan dari Linda, Naura tiba - tiba menelpon Elena untuk menanyakan perihal penculikan yang di dengar nya dari Sarah.
Di samping itu juga, Entah mengapa Elena merasa risih saat tau ada banyak wanita yang mengangumi Malvin. Seperti nya ada banyak wanita yang mengejar cinta dari pria itu kemana pun dia pergi. Namun, Elena tidak membiarkan emosi nya terlihat dan berpura - pura tenang menghadapi nya.
Dan saat ini Elena tengah berada di balkon kamar, sementara Malvin ada di dalam kamar yang satu ruang dengan nya. Beruntung yang Malvin pesankan untuk Elena adalah presidential suite itu seperti apartemen dengan ruang tamu dan dua kamar.
Hal yang membuat Elena merasa heran adalah Ace sempat mengatakan jika kamar Malvin bertetanggaan dengan nya, tetapi setelah pulang dari makan malam. Malvin tiba - tiba datang ke kamar Elena dan mengatakan jika lampu dikamar nya mati dan tidak bisa menyala.
Meski merasa heran, nyatanya Elena tetap membiarkan Malvin untuk tidur di kamar di ruang hotel nya.
" Apa yang udah kalian berdua lakuin kira - kira? Cerita dong Malvin baik kan di kamar?". Goda Naura dengan mengedipkan sebelah mata nya. Gadis itu selalu berbicara tanpa filter dan tipe orang yang berpikiran terbuka.
Ke dua mata Elena terbelalak mendengar perkataan Naura. " Jangan ngomong sembarangan Naura! Gak akan ada yang terjadi". Balas Elena kesal.
Pernikahan nya dengan Malvin akan terjadi karena ada nya kontrak di antara mereka berdua dan meskipun Malvin telah mencium nya dua kali, Elena tetap belum mengetahui bagaimana sebenarnya kejelasan di dalam hubungan mereka, Malvin juga belum menjelaskan hal itu pada nya.
" Kenapa gak? Malvin itu pria yang gagah dan kalian juga udah dewasa, menurut kamu di dalam hotel berdua sama pria berdarah panas itu, sesuatu pasti terjadi dong !!". Kata Naura.
" Nggak ada yang terjadi, Naura. Udah aku bilang dia malah minta aku tanda tangan kontrak jadi kita berdua sepakat buat ngejalanin pernikahan palsu selama setahun ". Kata Elena dengan tegas.
Namun ada perasaan tak suka saat Elena mengatakan hal itu, entah mengapa. Elena merasa diri nya tak ingin ada kontrak di antara mereka dengan kata lain, Elena ingin sebuah pernikahan dengan hubungan yang sungguhan tanpa terikat dengan kontrak.
" Apa rumor itu bener ?" Tanya Naura dengan suara nya yang pelan.
Elena mengerutkan dahinya nya. " Rumor apa ?".
" Ya... aku pernah denger kalo Malvin itu impoten, semenjak kecelakaan itu. Tapi aku ga tau lebih jelas nya soal rumor itu ".
Elena terdiam, gadis itu tampak sedang memikirkan apa yang baru saja Naura katakan pada nya.
" Aku gak tau apa itu benar tapi aku rasa itu alasan yang masuk akal, menurut kamu nih! ngapain coba dia lebih pengen pernikahan kontrak?".
Mereka berdua pun mengobrol panjang lebar selama beberapa saat hingga Naura memutuskan untuk menutup panggilan video mereka, karena besok Naura sudah harus berangkat kerja lebih pagi.
Elena menghela napas nya dengan keras.
Gadis itu mendongak ke atas menatap sang rembulan dan membiarkan angin laut berhembus menerpa wajah nya. Bau air laut memang bisa menyenjukkan pikiran nya sejenak.
Elena berbalik hendak masuk ke dalam kamar nya. Namun tiba - tiba ia mendapati Malvin hendak menggerakkan kursi roda nya ke arah Elena, membuat jantung nya berdegup kencang tak karuan.
" Tuan Malvin? Udah berapa lama di situ ?". Tanya Elena pelan sembari memperhatikan Malvin yang terus bergerak maju.
" Cukup lama untuk mendengarkan pendapat mu tentang ku". Malvin menatap ke arah Elena dengan tatapan serius nya. " Impoten? Bagian mana dari diri ku yang membuat kamu mengira jika aku impoten? Apa karena aku cacat?".
Perasaan Elena terasa tidak nyaman saat rasa bersalah merayapi hati nya. " Bukan gitu maksudnya".
" Apa kamu khawatir jika aku tidak bisa memuaskan mu karena aku harus terjebak di kursi roda ini ?". Tanya Malvin menaikan sebelah alis nya ke atas.
Malvin kembali menggerakkan kursi roda nya mendekati Elena, sangat dekat hingga punggung Elena menatap pagar besi pembatas balkon. Membuat gadis itu tak memiliki ruang untuk melarikan diri dari Malvin. Elena membuka ke dua kaki nya lebar karena kursi roda Malvin sangat berdempetan dengan diri nya.
" Tuan Malvin salah paham, aku sama sekali gak percaya rumor yang ber—".
" Sshh!, aku mengerti sayang. Karena aku terjebak di kursi roda ini, kamu pasti mengira jika kamu tidak akan bisa merasakan bercinta saat menikah dengan ku ". Malvin menyeringai sembari memegang gaun tidur Elena dan mulai menaikan nya ke atas secara perlahan. " Izinkan aku untuk menunjukkan kepada mu apa yang bisa aku lakukan".
" Apa yang akan tuan Malvin lakukan?".
Sebuah erangan keluar dari bibir Elena saat Malvin tiba - tiba mengusap bibir pink Elena dengan jari - jari nya yang besar dan kekar.
" Sial ". Desis Malvin. Perasaan nya jadi aneh karena nafsu nya muncul saat tangan nya menyelusuri lipatan merah muda milik Elena. " Kamu tidak memakai celdam ?Aku tidak tahu jika kamu senakal itu ?".
" Hmh... tuan Malvin apa yang.... tolong jangan lakukan ini ". Kata Elena dengan susah payah menahan desahan yang akan keluar dari mulut nya.
Gadis itu tidak bisa berfikir jernih jika Malvin menyentuh nya seperti itu. Mengapa rasa nya begitu enak ?.
Malvin menekankan ibu jari nya pada titik kenikmatan Elena lalu mendongak menatap gadis yang tidak berdaya itu. Perlahan Malvin mulai menggosok nya dengan gerakan memutar. " apa kamu ingin aku berhenti? Jika kamu mengatakan tidak, maka saya akan berhenti ". Kata nya dengan suara serak nya yang mendalam.
Elena menggigit bibir bawah nya saat kenikmatan yang luar biasa terasa mengalir dalam diri nya. Elena masih perawan dan ini pertama kali nya ia merasakan kenikmatan dan mungkin akan membuat nya ketagihan.
Elena menggeleng kan kepala nya, meskipun wajah nya memerah. Ia masih ingin menikmati kesenangan itu lagi. " Gak! jangan berhenti". Jawab Elena lirih.
Elena tidak tau apa yang terjadi tetapi yang ia tahu, tubuh nya ingin merasakan hal - hal yang belum pernah ia rasakan, sebelum nya.
Aliran listrik terus menyapu diri nya saat Malvin menggosok klisto nya dan Elena sangat menyukai itu.
Mereka bisa memikirkan konsekuensinya nanti, yang terpenting kenikmatan yang ada di depan mata yang perlu mereka nikmati.
' Itu baru gadis ku '. Gumam Malvin dalam benak nya.
Malvin menarik tangan nya, lalu dengan gerakan yang tiba - tiba pria itu mengangkat kaki Elena dan menaruh nya ke atas bahu nya. Membuat Elena terkejut sekaligus merasa bingung dengan apa yang akan Malvin lakukan.
" Apa?! Aahh....hmh". Sepersekian detik mata Elena terpejam dengan desahan yang lolos dari mulut nya saat ia merasakan lidah Malvin menyentuh lipatan merah muda nya.
Elena menguatkan pegangan nya di pagar besi di belakang nya saat Malvin tiba - tiba melahapnya.
Gelombang kenikmatan mendesis di dalam diri nya saat Malvin menjentikkan klisto nya dengan lidah nya.
" Tuan Malvin hmh". Satu tangan nya melepaskan cekalan di pagar dan meremas rambut Malvin, lalu sedikit menekan kepala pria itu agar lebih masuk ke dalam.
Elena tidak perduli dengan hal lain selain mengejar pelepasan nya.
Malvin mengerang sembari mencengkram pinggul Elena erat. Pria itu menyelipkan lidah nya di lipatan merah muda Elena sekaligus menusuk nya ke dalam inti kenikmatan.
Malvin baru menyadari jika mencicipi Elena bisa membuat nya ketagihan.
Malvin menemukan kesenangan dengan cara nya dan merasa senang saat mendengarkan Elena meracaukan nama nya.
Semua hal ini membuat adik kecil nya yang bersarang di dalam celana nya mengeras dan membesar.
Saat mendengar erangan Elena yang hampir putus asa, Malvin semakin mempercepat permainan lidah nya di lipatan itu. Dan menambah tekanan yang tepat.
Tak lama kemudian, tubuh Elena bergetar saat hujan meleleh deras keluar dari lipatan merah muda itu.
Malvin menelan jus itu dan perlahan kembali menurunkan kaki Elena. Saat gadis itu masih mengumpulkan oksigen untuk bernapas.
Dari sekitaran mulut Malvin, Elena dapat melihat air kental yang menempel.
" Bagaimana?".