Ketika cinta bertabrakan dengan ambisi, dan kelembutan mengikis kekejaman…
Min Yoongi, seorang CEO muda tampan yang dikenal dingin dan kejam, menjalankan bisnis warisan orang tuanya dengan tangan besi. Tak ada ruang untuk belas kasih di kantornya—semua tunduk, semua takut. Sampai datang seorang gadis bernama Lee YN, pelamar baru dengan paras luar biasa bak boneka buatan, namun dengan hati yang tulus dan kecerdasan luar biasa.
YN yang polos, sopan, dan penuh semangat, menyimpan luka mendalam sebagai yatim piatu. Tapi hidupnya berubah saat ia diterima bekerja di bawah kepemimpinan Yoongi. Ketertarikan sang CEO tumbuh menjadi obsesi, membawa mereka ke dalam hubungan yang penuh gairah, rahasia, dan ketegangan.
Namun, cinta mereka tidak berjalan mudah. Yoongi masih terikat dengan Jennie, kekasih cantik nan angkuh yang tidak terima posisinya tergantikan. Sementara itu, Jimin—sahabat Yoongi yang terkenal playboy—juga mulai tertarik pada YN dan bertekad merebut hatinya.
Dibayangi fitnah, d
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angle love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 – Jalan Menuju Pemulihan
Yoongi tidak bisa menahan diri. Setiap saat yang berlalu terasa seperti siksaan. Setiap momen yang tidak dia habiskan bersama YN mengikis hatinya sedikit demi sedikit. Ia tahu, bahwa kebodohannya yang besar telah merusak sesuatu yang sangat berharga.
Setelah mengirim pesan, Yoongi memutuskan untuk tidak menunggu pasif. Ia tahu, jika ia ingin mendapat kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan YN, ia harus berusaha lebih keras. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menghadapi kenyataan dan mengambil langkah untuk menyembuhkan luka yang ia buat sendiri.
Hari berikutnya, Yoongi kembali ke apartemen lama YN. Ia merasa bahwa itu adalah satu-satunya tempat di mana ia mungkin bisa menemukannya—meskipun harapannya semakin tipis.
Di luar hujan masih mengguyur, tetapi Yoongi tidak peduli. Ia mengetuk pintu apartemen YN dengan penuh harap, namun tak ada jawaban. Ia berdiri di depan pintu, menunggu, berusaha menenangkan dirinya yang gelisah.
Namun, tidak ada suara yang muncul dari dalam. Pintu terkunci rapat. Saat itu, Yoongi merasa segala usahanya sia-sia. Sebentar lagi, ia akan kembali dengan tangan hampa.
Namun, sebelum ia berbalik, ia mendengar suara langkah kaki yang ringan di belakangnya. Tanpa menoleh, ia tahu siapa yang mendekat. Jimin.
“Apa yang kau lakukan di sini?” Jimin bertanya, suaranya dingin namun penuh perhatian.
Yoongi hanya bisa menggelengkan kepala, matanya terpejam. “Aku… tidak tahu harus berbuat apa.”
Jimin menarik napas panjang, lalu berdiri di sampingnya. “Kau perlu tahu ini, Yoongi. YN sangat terluka. Apa yang kau lakukan padanya, itu jauh lebih dalam dari yang bisa kau bayangkan. Kau perlu memberinya ruang untuk sembuh.”
“Aku tahu,” jawab Yoongi pelan. “Aku hanya… ingin dia tahu bahwa aku menyesal.”
Jimin melihat ke arah pintu apartemen YN, lalu kembali menatap Yoongi dengan tatapan yang penuh pengertian. “Dia akan memaafkanmu, Yoongi. Tapi itu butuh waktu. Kau harus sabar.”
Yoongi mengangguk lemah, tetapi hatinya tetap penuh kebingungan. Apa yang bisa ia lakukan untuk menebus semuanya?
Beberapa jam kemudian, Yoongi pulang ke apartemennya. Ia merasa lelah—fisiknya dan emosinya—dan saat ia masuk, matanya langsung tertuju pada meja kerjanya, di mana ada satu surat. Surat yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Dengan tangan gemetar, Yoongi membuka amplop tersebut dan mulai membaca isinya.
> Yoongi,
Aku tidak bisa lagi bertahan seperti ini. Perasaan kita terlalu rumit untuk dipertahankan. Aku ingin kita berpisah, untuk sementara waktu. Aku butuh ruang untuk mengatur pikiranku. Aku tahu, ini sangat sulit, tapi aku rasa ini yang terbaik.
Aku mencintaimu, tetapi aku juga mencintai diriku sendiri dan aku perlu waktu untuk menyembuhkan luka-luka yang dalam.
YN
Surat itu membuat dada Yoongi serasa terjepit. YN sudah memutuskan untuk memberi jarak, dan meskipun dia tahu itu yang terbaik untuk keduanya, hatinya terasa hancur. Dia tahu dia harus mendengarkan YN, tetapi di sisi lain, dia merasa takut kehilangan gadis itu selamanya.
Saat itu, ponselnya berdering. Nomor yang muncul di layar adalah nomor YN.
Hatinya berdegup kencang saat ia mengangkat telepon itu, suaranya hampir tak terdengar karena kegugupan.
"YN?" suara Yoongi bergetar.
"Apa yang terjadi dengan kita, Yoongi?" suara YN terdengar pelan namun penuh kekosongan. "Kenapa semuanya jadi seperti ini?"
"Karena aku bodoh. Aku sangat bodoh, YN," jawab Yoongi, suaranya penuh penyesalan. "Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Aku akan melakukan apapun untuk memperbaiki semuanya, untuk kita."
Di sisi lain, YN terdiam sejenak. Suasana hening hanya dipenuhi suara hujan yang turun di luar.
"Aku... aku hanya butuh waktu," akhirnya YN berkata, suaranya terisak. "Aku ingin kita bisa baik-baik saja, Yoongi. Tapi aku takut. Aku takut aku akan terluka lagi."
Yoongi merasakan hatinya hancur mendengar kata-kata itu. Ia bisa merasakan betapa dalamnya luka yang telah ia sebabkan. "Aku tidak akan pernah melukai hatimu lagi, YN. Aku janji."
**
Beberapa hari kemudian, Yoongi mengundang YN untuk berbicara secara langsung di sebuah kafe kecil yang mereka sukai dulu. Suasana di kafe itu tenang, meski hujan di luar masih mengguyur. Ketika YN tiba, ia hanya duduk diam di meja yang sudah dipesan Yoongi, matanya tampak sedikit sembab, namun ia tetap cantik seperti biasa.
Yoongi duduk di hadapannya. Ia menatap wajah YN dengan penuh rasa bersalah.
“YN, aku tahu aku telah mengkhianatimu. Aku tahu aku telah membuatmu sangat terluka. Tapi aku ingin kau tahu satu hal… Aku sangat mencintaimu. Lebih dari yang bisa aku ungkapkan.”
YN mengangguk pelan, matanya masih menghindar dari tatapan Yoongi. "Aku tahu, Yoongi. Tapi kamu juga harus tahu, aku tidak bisa terus hidup dalam ketakutan. Aku butuh seseorang yang bisa membuatku merasa aman."
“Aku bisa melakukan itu,” jawab Yoongi cepat. “Aku akan membuktikan padamu bahwa aku bisa menjadi pria yang pantas untukmu. Aku akan menunggumu, apapun itu, aku akan menunggumu sampai kamu siap.”
YN terdiam, menunduk sejenak. Kemudian ia mengangkat wajahnya, matanya yang penuh air mata menatap Yoongi.
"Aku masih mencintaimu, Yoongi. Tetapi aku takut akan perasaan ini. Aku takut akan segala kemungkinan yang bisa terjadi."
Yoongi meraih tangannya, menggenggamnya dengan lembut. “Aku akan menunggu. Aku akan menunggu sampai kamu siap untuk memaafkanku dan memberi kita kesempatan lagi.”
YN terdiam, merasakan ketulusan dalam kata-kata Yoongi. Ia tahu bahwa pria ini benar-benar mencintainya, tetapi apakah ia bisa melupakan apa yang telah terjadi? Itu adalah perjalanan panjang yang harus dilaluinya.
Dengan lembut, YN menarik tangannya dari genggaman Yoongi, menatapnya satu detik sebelum berbicara. "Aku akan memberi kita waktu, Yoongi. Tapi aku ingin kita berjalan bersama, tidak ada lagi rahasia, tidak ada lagi rasa takut."
Yoongi mengangguk, wajahnya penuh harapan. “Aku akan menunggu dengan sabar.”
Dengan langkah kecil, YN keluar dari kafe itu. Meskipun hati keduanya penuh dengan ketidakpastian, ada sedikit harapan yang mulai tumbuh. Mungkin, hanya mungkin, mereka bisa melalui ini bersama.
kenapa gk ada yg nge like yaaa