NovelToon NovelToon
Istri Siri Mas Alendra

Istri Siri Mas Alendra

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Duda / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:26.3k
Nilai: 5
Nama Author: fitTri

Istriku menganut childfree sehingga dia tidak mau jika kami punya anak. Namun tubuhnya tidak cocok dengan kb jenis apapun sehingga akulah yang harus berkorban.

Tidak apa, karena begitu mencintainya aku rela menjalani vasektomi. Tapi setelah pengorbananku yang begitu besar, ternyata dia selingkuh sampai hamil. Lalu dia meninggalkanku dalam keterpurukan. Lantas, wanita mana lagi yang harus aku percaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitTri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebuah Batasan

🌸

🌸

“Wih, sepertinya bekalnya istimewa sekali hari ini?” Seorang rekan kerja duduk di seberangnya saat Aleandra baru saja akan menikmati makan siang. Kantin cukup ramai pada hari itu dan seperti biasa dia mengambil tempat duduk di sudut paling ujung.

Setidaknya ada tiga orang yang ikut bergabung dengannya yang segera meletakkan nampan di meja.

Aleandra hanya mengangguk.

“Pantes, menu nya beda dengan yang ada di kantin.” Lalu seorang perempuan menimpali setelah memeriksa apa yang dia bawa.

“Senang sekali bapak ini, pantas saja nggak pernah ikut pesan kalau kita order.”

“Iya lah, ada yang buatkan bekal.” Mereka tertawa.

“Ya, kalau bisa bawa dari rumah kenapa juga harus beli. Lebih irit, kan?” jawab Aleandra yang segera menikmati bekalnya.

Rasanya seperti biasa, enak. Cocok sekali dengan seleranya yang memang tidak pernah memilih-milih makanan. Sekali lagi dia memuji pekerjaan Asyla meski dalam hati.

“Enak, Pak? Mau cobain dong.” Lalu perempuan di sampingnya menggoda. 

“Silahkan, tapi jangan banyak-banyak. Saya bawa nya pas.” Aleandra menggeser kotak makanan sedikit ke samping. Lalu tanpa ragu perempuan itu mengambil sedikit dengan sendoknya kemudian melahapnya.

“Mmm … enak banget. Pantes Bapak lahap makan nya.”

“Tentu saja.”

“Pinter yang masak. Pacar nya, ya?” goda perempuan itu, kemudian tertawa.

“Sembarangan!”

“Atau mama nya?”

“Bukan lah. Mama saya di Jakarta.”

“Terus siapa?”

“Yang kerja di rumah.”

“Kepo sekali kamu ini, Lis. Mau siapa juga yang masak bukan urusan kamu lah.” sela rekan yang lainnya kemudian mereka tertawa lagi.

“Bukan gitu, saya kalau tau orang nya mau kenalan. Mau minta resep lah.” Wanita bernama Listy itu menjawab.

“Memangnya mau apa? Mau masak? Kerjaan saja kamu sering mepet.”

“Ya buat disimpan dulu, siapa tau nanti butuh kan?”

“Alah, paling menuhin memori doang, eksekusinya nggak ada.”

“Tapi kalau udah ada bisa lah kapan-kapan aku masak.”

“Nggak yakin bisa.”

“Ngeledek Mas Tian ini!!”

“Ya ‘kan saya kenal kamu udah lama. Memangnya pernah kamu masak?”

“Nggak juga sih. Tapi mau belajar lah, siapa tau nanti nikah.”

Tiga pria di depannya saling Pandang.

“Kapan?” Pria bernama Tian itu bertanya.

“Ya nanti.”

“Memang jodohnya sudah ada?”

“Belum sih. Tapi kan nggak tau. KaLi aja ada duda yang minat. Iya nggak?”

Mereka paham dengan kode itu. Sejak pertama kali Aleandra bergabung di perusahaan tersebut Listy memang sudah menunjukkan ketertarikannya. Terlihat dari sikapnya yang memang selalu cari perhatian, apalagi saat mengetahui jika pria yang menjabat sebagai manager keuangan itu lajang. 

Memangnya siapa yang tidak akan tertarik? Pria matang yang sudah mapan, punya karir cemerlang dengan penampilan yang jadi idaman wanita kebanyakan. Belum lagi atitude nya yang sopan dan menyenangkan, sudah pasti membuat lawan jenis kagum dibuatnya. Hanya saja, dia sangat tertutup dan cenderung membatasi diri. Tetapi itulah yang membuat siapapun penasaran, dan Listy adalah salah satu yang kerap mendekat. 

“Hmm … kayaknya ada udang dibalik bakwan nih.” ucap Tian, mencibir.

“Usaha boleh aja kan, Mas.”

“Ya ya ya. Terserah kamu saja lah.”

“Ya memang terserah saya, dong.”

Lalu mereka melanjutkan kegiatan makan.

“Oh iya, liburan tahun baru ini udah ada rencana belum ya? Kok perusahaan sepi-sepi saja?” Listy memulai kembali percakapan yang sempat terjeda.

“Kurang tau. Tapi dengar-dengar staf sudah ada kabar mau pada ke Bali.”

“Masa? Staf yang mana?”

“Para manager.”

“Beneran, Pak?” Listy bertanya kepada Aleandra yang fokus pada makanannya hingga semua yang ada di kotak itu pindah semua ke perutnya.

“Kurang tau.” Aleandra menjawab.

“Denger-denger sih begitu. Tapi katanya semacam liburan keluarga sih.”

Tiba-tiba saja Aleandra tertawa sehingga ketiga rekannya itu serentak menoleh.

“Kalau liburan keluarga sudah pasti saya nggak akan ikut.” katanya, yang meneguk kopi dari tumbler yang memang dia bawa juga.

“Lho, kenapa?”

“Memangnya siapa yang mau saya bawa? Mama saya? Hahaha.”

Mereka bertiga terdiam.

“Bisa-bisa saya jadi kambing conge di sana sementara orang lain main sama anak dan istrinya.”

“Ya ajak orang aja, Pak. Pacar kek, atau siapa gitu?”

“Nggak mungkin.” Aleandra membereskan bekas makan nya.

“Kenapa nggak mungkin?”

“Siapa yang mau saya ajak coba?”

“Kalau butuh temen saya mau kok.” Tiba-tiba saja Listy seolah menawarkan diri.

“Duh?”

“Bercanda, Pak. Hehe. Mana mungkin sekertaris seperti saya bisa masuk ke sirkel itu, kecuali kalau diajak sama bos.” ralat wanita itu lalu tertawa.

“Lagian mana ada bos ajak kamu? Bisa-bisa diamuk istrinya.” Tian menimpali.

“Iya itu, makanya. Hahaha.”

“Iya, sepertinya tidak.” Aleandra menutup tumbler kopi lalu beranjak dari tempat duduknya. “Lagipula, saya malas kalau harus pergi-pergi. Capek. Mending tiduran di rumah. Permisi, ya? Saya duluan.” katanya yang segera pergi dari tempat tersebut.

Ah, malas sekali rasanya banyak basa-basi seperti ini. Kalau saja dia tidak membutuhkan mereka ingin sekali menutup interaksi dengan siapapun. Apalagi dengan lawan jenis. Ada sesuatu yang membuatnya tak ingin terlibat dalam hal apapun. Apalagi dengan wanita seperti Listy yang dengan terang-terangan menunjukkan ketertarikannya. 

Sebagai lelaki dewasa dia paham dengan gesture itu. Tapi untuk sekarang rasanya dia sedang tidak mau berhubungan dengan siapapun. Perpisahan dengan Silvia rupanya meninggalkan trauma tersendiri baginya, dan Aleandra tidak mau mengalaminya lagi.

Dia takut mengalami kekecewaan lagi. Kehilangan lagi, lalu sakit hati lagi, dan hal-hal menyakitkan lain yang mungkin akan kembali dia alami jika berhubungan dengan lawan jenis. Cukup dirinya menghabiskan waktu bertahun-tahun, bersikap seperti orang bodoh yang mengorbankan segala hal atas nama cinta, namun buktinya begitu mengecewakan.

***

Asyla mendongak saat seseorang mengulurkan sebuah amplop berwarna coklat kepadanya. Tentu saja itu adalah Aleandra, memangnya siapa lagi? Pria itu baru saja tiba tetapi dia yang tengah menyelesaikan pekerjaannya di dapur tak menyadarinya.

“Apa ini, Pak?” tanya Asyla yang segera menerima amplop tersebut.

“Gaji kamu, apa lagi?”

“Oh ….” Wanita itu segera memasukkannya ke dalam saku apron.

“Kamu nggak memeriksanya dulu?”

“Nggak usah, saya udah tau isinya.”

“Iya, itu sejuta setengah.”

Asyla menganggukkan kepala.

“Kamu nggak tanya kenapa gajimu segitu?”

“Kan sudah tau, Pak. Dari awal pak Pardi sudah kasih tau saya.”

“Iya, tapi kenapa nggak kamu hitung dulu? Bisa saja ‘kan saya menguranginya?”

“Nggak mungkin ….” Namun Asyla merogoh saku apron untuk mengambil amplop, kemudian menghitung jumlah uang yang ada di dalamnya.

“Kan isinya bener?” ucap wanita itu yang tersenyum bahagia kala mendapatkan gaji pertamanya. “Nggak mungkin pak pardi bohongin saya.” Lalu dia mengembalikan benda itu ke dalam sakunya.

“Mungkin maksudnya saya. ‘kan yang gaji kamu itu saya, bukan pak Pardi.” protes Aleandra yang merasa tidak terima dengan ucapan asisten rumah tangganya tersebut.

“Iya, iya. Kayaknya sama aja.”

“Ya nggak lah. Pak Pardi ‘kan cuma suruhan saya yang—”

“Iya, Pak. Makasih.” potong Asyla yang kemudian mematikan kompor. “Bapak mau langsung makan atau mandi dulu? Ini masakannya udah mateng.” lanjut Asyla setelah pekerjaannya selesai.

Namun Aleandra tak langsung merespon. Dia malah terdiam memperhatikan wanita itu.

“Pak?” tanya Asyla lagi yang merasa tidak enak karena diperhatikan.

“Memangnya uang segitu cukup untuk biaya hidup sebulan ke depan?” Pria itu malah bertanya.

“Cukup nggak cukup ya dicukup-cukupin. Kan memang perjanjiannya segitu. Lagian saya seringnya makan di sini, jadi cukup lah untuk orang rumah.”

“Lalu anakmu bagaimana?” Tiba-tiba saja Aleandra mengingat anak yang bahkan belum pernah ditemuinya.

“Maksud Bapak?”

“Kebutuhan sus* nya. Apakah itu juga cukup untuk beli sus* selama sebulan?”

“Oh, Tirta ‘kan asi, Pak. Setiap siang saya pulang untuk nyusuin dia. Lagian dia nggak bisa minum sus* formula. Bisa muntaber kalau gitu. Cukup makan aja.”

“Duh?”

“Sepertinya dia ngerti kalau ibunya nggak bisa ngasih sus* formula. Hehe.” Dengan segala keluguannya Asyla berbicara. Tetapi hal itu meninggalkan perasaan yang entah apa Aleandra harus menyebutnya.

“Kamu tau, saya kasih kamu gaji segitu karena kamunya pulang pergi. Tapi kalau menginap seperti art yang lain biasanya dua juta lebih kayak mama saya bayar art nya.”

“Masa?” Asyla yang sudah selesai merapikan area masak itu mendongak.

“Iya. Tapi karena kamu bisanya pulang pergi, jadi terpaksa saya kasih segitu.”

“Tapi bisa pulang nggak, Pak?”

“Ya kalau hari libur.”

“Minggu, maksudnya?”

“Ya.”

Wanita itu berpikir.

Kalau dengan menginap bisa dapat gaji lebih, mungkin dirinya bisa membayar hutang lebih cepat untuk menebus tanah mertuanya dari juragan Somad. Tapi itu artinya dia harus meninggalkan Tirta lebih lama. Ah, tidak bisa. Berpisah seharian saja rasanya menyiksa apalagi kalau lama seperti itu.

“Memangnya Bapak butuh saya juga kalau malam-malam?”

“Hah?” Dahi Aleandra berkerut mendengar pertanyaan sang art.

“Maksud saya —”

“Ya ‘kan kalau saya mau makan atau butuh kopi bisa menyuruh kamu, bukannya order online atau bikin sendiri. Gitu lho maksudnya.” Cepat-cepat Aleandra menjelaskan karena takut wanita di depannya salah paham.

“Iya, itu maksud saya.”

“Ya kalau bisa kenapa nggak?”

Asyla terdiam lagi.

“Nanti dulu deh Pak, saya pikirkan lagi. Anak saya kasihan kalau ditinggal terlalu lama.”

“Memangnya tidak bisa dibawa?”

“Mertua saya nggak akan kasih izin.”

“Kenapa? Saking sayangnya sama cucu, ya?”

“Bukan.”

“Terus?”

“Takut saya kabur.”

“Hah?”

“Kerjaan saya udah selesai, Pak. Saya bisa pulang sekarang, kan?” Asyla mengalihkan topik pembicaraan. Sudah cukup karena percakapan ini telah berlanjut lebih jauh, dan itu tidak boleh terjadi. Ada batas yang harus dia jaga mesti majikannya tersebut sepertinya sangat baik.

“Umm ….”

“Permisi, Pak. Saya pulang dulu.” pamit Asyla yang segera pergi tanpa menunggu majikannya menjawab.

🌸

🌸

1
Dzulfan Ahlami
cie cie akuh GK rela kamu disuruh2 sama aku juga gak mau 🤪🤪🤪love love ah kang duda sekebon pisang
rahmalia maricar
suruh masuk lagi syla nya mas Ale,, jangan sampe disuruh² sama orang laen apalagi ama si listy,, ga rela pokokna
rahmalia maricar
ini si ulet bulu ngapain lagi sih kegatelan banget nyari mas Ale smpe ke paviliun segala tibang nyari gula,, sok bossy lagi bakar² pake minta dibantuin,, dikasih numpang taun baruan juga harusnya udah sukur jgn ngelunjak 😏😏
Al fathiya
ya ampun... udah sedekat itu adek bayik sama si bapak, gimana nanti tanggapan teman-teman bapak Ale ya
Ratu Tety Haryati
Terima kasih Upnya, Teh Fit🥰🥰🙏

Kekecewaan Ale akibat pengkhianatan sedikit demi sedikit mulai terkikis dengan kehadiran, Syla dan Tirta.
Djuniati 123
lahhh udah pantes tuh jd Bpk mas ale😁
𝐙⃝🦜尺o
jadi bapak beneran buat Tirta aja pak ale
Annie Gustava
dan bunga2 pun mulai bersemi ya pak ale. duh tirta knp ngomongin nen depan bapak seh, kan jd salting
aurel chantika
tolong ya Tirta kalau Bilang nen jangan didepan pak ale ntar dia pingin juga nen 🤣🤣🤣🤣
Mammi Rachmah
Bapak Al dgr kta Nen lngsng traveling, jdi nya lngsng ngjk Tirta maen pswat tempur 😂 Mak fit kurang nih bacanya bntar amat y double up. dong😘🤭
Ruwi Yah
setiap kali mendengar tirta bilang nen otak kamu udah traveling ya pak duda
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
Ale udah cocok jadi bapak
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
Ale langsung aja ngajak main Tirta begitu denger Tirta ngerengek minta nen🤣🤣
takut jantung gak aman lagi ya Le
Rose Dee
lanjuuutt mak
buracitooo
Mas Ale simulasi jadi bapaknya Tirta.
nanti Asyla beres² rumah, Mas Ale ngasuh Tirta..
Dzulfan Ahlami
bapak maneger udah Spil Spil jadi bapak latihan ya nanti klu udah sah udah pinter ngemong anak Ama ibu ya🤭🤭🤭
Endang Priya
si bapak kala dengar kata nen. mendadak oleng dan tegang rupanya. saling mengisi kekosongan satu sama lain. Tirta dan bapak Ale.
rahmalia maricar
mendadak panik denger kata nen ya mas Ale 😅😅😅
rahmalia maricar
Kata nen bikin mas dude jadi traveling 🤣🤣😂😂
Attaya Zahro
Penasaran ma apa yang akan terjadi di minggu depan 😁😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!