DICARI DENGAN SEGERA
Asisten pribadi.
• Perempuan usia max 27 tahun.
• Pendidikan terakhir min S1.
• Mampu berkomunikasi dengan baik dan bernegosiasi.
• Penampilan tidak diutamakan yang penting bersih dan rapi. (Lebih bagus jika berkaca mata, tidak banyak senyum, dan tidak cerewet.)
Kejadian itu satu setengah tahun lalu, saat dia benar-benar membutuhkan uang, jadi dia melamar pekerjaan tersebut. Namun setelah dia di terima itu adalah penyesalan untuknya, sebab pekerjaanya sebagai asisten pribadi benar-benar di luar nalar.
Bosnya yang tampan dan sangat di gemari banyak wanita itu selalu menyusahkannya dalam hal pekerjaan.
Dan pekerjaannya selain menyiapkan segala kebutuhan pribadi bosnya, Jessy juga bertugas menyingkirkan wanita yang sudah bosan dia kencaninya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sengaja
Suasana pesta ulang tahun Rosela semakin malam semakin meriah, ruang VIP yang kedap suara itu sudah menjadi gemerlap seperti Club malam. Para tamu sudah mulai berjoget mengikuti musik DJ yang juga meramaikan pesta tersebut, begitu pun Jessy dan Mina yang ikut meliukan tubuh mereka dengan lepas.
"Aku mau ke toilet," ucap Jessy, lalu meninggalkan Mina yang masih asik berjoget.
Jessy keluar dari ruangan tersebut untuk pergi ke toilet, kepalanya sudah mulai pusing mungkin efek dari minuman yang dia teguk. Meski sedikit yang dia minum, namun tetap saja itu mempengaruhi dirinya.
Selesai dari toilet, Jessy berniat kembali untuk berpamitan, lalu pulang. Baru saja akan masuk Jessy memicingkan matanya saat melihat punggung bosnya memasuki sebuah ruangan. Entah kenapa Jessy merasa penasaran, hingga memutuskan melihat sedikit dari celah pintu yang terbuka.
Benar saja itu memang Chris. Pria itu tak hanya sendiri, seperti biasa ada dua cecunguk Jordy dan Charles, tak lupa beberapa wanita di sebelah mereka, masing-masing dua. Jessy mendengus saat melihat wanita di sebelah Chris bahkan sudah mulai meraba bahkan mendempetkan tubuh mereka di lengan dan dada Chris yang terlihat acuh dan fokus pada pertunjukan penari seksi di depannya.
"Bukankah, kau ada acara makan malam?" terdengar suara Jordy.
"Batal," jawab Chris acuh.
"Dia menolakmu?"
"Lagi?" Jordy dan Charles tertawa.
"Brengsek memang... ."
Jessy menegakan tubuhnya saat mendengar perkataan Chris, lalu membalik langkahnya kembali ke ruangan dimana Rosela mengadakan pesta. "Mengajak aku makan malam? Untuk apa? Cih! Beruntung aku menolaknya." Jessy mengepalkan tangannya, saat kembali mengingat ucapan Chris barusan. "Dia bilang aku brengsek? Oh, Astaga!" wajah Jessy bahkan merah karena marah.
"Dari mana saja? Ke toilet lama sekali?" tanya Mina saat dia kembali.
"Disana mengantri. Aku akan pulang," ucapnya asal, masih dengan wajah kesal, namun dia tak ingin kentara di depan Mina.
"Hei, ini belum larut."
"Aku harus kerja. Kamu tahu tugasku membangunkan orang. Tidak lucu kalau aku sendiri kesiangan."
"Baiklah, aku juga akan pulang sebentar lagi."
Jessy memeluk Mina lalu pergi untuk berpamitan pada Rosela.
"Rose, aku pulang dulu," ucap Jessy saat menghampiri Rosela. Gadis yang sudah nampak mabuk itu bahkan hanya melambaikan tangannya pada Jessy, hingga Jessy hanya menggeleng pelan.
Saat keluar Jessy berdiri sesaat di depan pintu, lalu memicingkan mata ke arah ruangan dimana Chris dan teman-temannya berada. Dia mengumpat dalam hati, lalu melanjutkan niatnya untuk segera pulang.
....
Seperti tugasnya setiap hari, di pagi hari Jessy akan datang ke rumah Chris untuk mempersiapkan pria itu. Namun jika biasanya pakaian yang dia siapkan akan Chris kenakan tanpa banyak bicara, kali ini pria itu berhasil membuatnya kesal dengan terus menolak stelan kerja pilihannya.
"Pilihkan yang lain."
"Aku sedang tak mau memakai warna gelap."
"Itu terlalu mencolok."
"Tidak!"
"Tidak!"
"Tidak!"
"Jangan yang itu!"
"Kenapa seleramu menjadi jelek," ejeknya saat pria itu mengambil stelan kerja yang entah ke berapa yang dia pilihkan.
Jessy memejamkan matanya menahan kesal. Semua yang dia pilihkan adalah yang ada di lemari pria itu, bukan yang dia beli secara mendadak. Meski kebanyakan yang ada di dalamnya masih berlabel, tapi bukan Jessy yang membeli.
Stelan kerja bahkan pakaian sehari-hari Chris, tak di beli sembarangan. Pria itu memiliki stylish- nya sendiri, yang akan membuatnya eksklusif hanya untuknya, bahkan ada bordir inisial namanya di setiap pakaian, yang sudah pasti tak ada duanya. Hingga yang harusnya di salahkan bukankah si pembuat? Kenapa pria itu justru menyalahkannya?
Namun Jessy rasa Chris memang sengaja membuatnya kesal hari ini. Saat di ruang makan pun dia terus berteriak padanya mengatakan apapun sesuka hatinya. Hingga saat mereka akan berangkat, Chris memintanya pergi dengan taksi sebab dia ingin mengemudi sendiri. "Ingat, jangan terlambat, kita ada rapat dalam satu jam!" peringatnya sebelum pergi.
"Dasar sialan!" Pria itu memperingatkan jika dia tak boleh terlambat, tapi dia meninggalkannya sendiri. "Tahu begitu aku bawa mobil tadi." Karena biasanya dia yang akan mengemudi dengan mobil Chris, Jessy tak membawa mobilnya dan justru menaiki taksi. Lalu sekarang karena perumahan Chris jauh dari kawasan jalan raya dia harus memesan secara online lebih dulu untuk mendapatkan taksi. Dan waktunya akan habis untuk menunggu taksi tiba.
Sialan memang!
Dan benar saja, Jessy harus menunggu beberapa saat hingga taksi datang.
Sepanjang perjalanan Jessy tak henti- hentinya melihat jam di pergelangan tangannya sebab takut terlambat.
Saat tiba di kantor, Jessy melihat rapat akan dilakukan dalam lima menit dan dia belum membawa berkas yang ada di ruangannya. Sementara itu Chris terus menghubunginya dan mengatakan jika dia harus cepat, dia bahkan masih di lantai satu menunggu pintu lift terbuka.
"Saya akan segera datang, Tuan."
"Kalau lift lama naik tangga saja!" Jessy mendengus kesal.
Dia harus pergi ke lantai 28 dengan menaiki tangga? Apa yang akan terjadi dengan kakinya jika begitu.
Tentu saja Jessy tak mau. Dia memilih menaiki lift dan dengan sabar menunggu. Karena bagaimana pun dia tetap akan terlambat meski menaiki tangga sekalipun. Dan benar saja dia terlambat. Hanya beberapa menit, namun Chris terlihat sangat marah padanya.
"Sebagai hukuman satu minggu ini jangan pernah gunakan lift!" Itu yang di ucapkan Chris saat rapat selesai.
Jessy membelalakan matanya. "Apa tidak ada hukuman lain, Tuan. Lagi pula saya tidak merugikan perusahaan."
"Bukan tidak, tapi hampir. Kamu hampir mempermalukan aku di depan rekan kerjaku. Begini cara kerja asistenku?"
"Tapi, Tuan, jelas ini karena anda meninggalkan saya-"
"Sepertinya selama ini aku terlalu banyak mentolerir kamu, Jessy. Karena itu kamu terlalu berani!" Jessy terdiam dengan mengepalkan tangannya.
"Maafkan aku, Tuan."
Chris mendengus melihat Jessy menunduk. Jangan harap setelah menolaknya Jessy akan bekerja dengan tenang. Selama ini Jessy bahkan selalu bekerja dengan sempurna. Namun kali ini akan dia buat kesempurnaan itu menjadi kesalahan.
Ya, tentu saja dia sengaja membuat Jessy kesal. Akan dia tunjukkan siapa yang berkuasa disini. Dan apa yang Jessy lakukan dengan menolaknya jelas merendahkan harga dirinya.
Dia yang tak pernah mendapatkan penolakan, bahkan dari aktris dan model ternama. Tapi, gadis sekelas Jessy berani sekali menolak ajakan makan malamnya. Sekarang rasakan akibatnya!
Chris meninggalkan Jessy dengan senyum puas, karena merasa Jessy tak bisa melawannya.
Sementara Jessy kembali mengumpati bosnya itu, tatapannya tajam ke arah pintu yang menelan Chris.
"Aku tahu dia sengaja. Dia pikir aku akan kalah. Tunggu sampai masa kerjaku berakhir, akan aku tendang burungnya. Biar sekalian impoten."
sakit fisik ngga sepadan sama sakit psikis...
ayoo...tanggung jawab kamu sama Jessy...