Novel kali ini mengisahkan tentang seorang pangeran yang dibuang oleh ayahnya, karena menganggap anaknya yang lahir itu adalah sebuah kutukan dari langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KPYT 023. Firasat Zhao Jinlong
Sungguh Putri Zhang Jiang Ying tidak pernah menyangka kalau dia mempunyai saudara kembar. Sama sekali tidak pernah menyangka.
Selama ini tidak ada yang memberi tahu kepadanya tentang kenyataan tersebut, apalagi menyinggung tentang masalah itu. Maka tentu saja tidak pernah terbetik dalam benaknya, apalagu untuk sekedar menanyakannya.
Sedangkan Bibi Ningyan yang mengetahui tentang hal itu tetap bungkam, tidak pernah berbicara kepadanya kalau dia mempunyai adik laki-laki.
Sementara Zhao Jinlong yang sudah menduga kalau Zhang Jiang Ying adalah saudaranya, lebih tepatnya kakak kembarnya, setelah mendengar penuturan Bibi Ningyan tadi, membuatnya menjadi yakin kalau Zhang Jiang Ying memanglah saudara kembarnya.
Tentu saja Zhang Jiang Wu yang mengubah nama menjadi Zhao Jinlong amat senang dapat bertemu dengan kakaknya itu yang sebelumnya memang dia juga tidak tahu sama sekali.
Namun saat ini dia tidak mau dulu mengaku kalau mereka adalah bersaudara. Zhao Jinlong tetap menyembunyikan indentitasnya kepada kakaknya itu, demi mengungkap kejahatan yang bermain di Istana Kekaisaran Zhang suatu saat nanti.
Dari cerita Bibi Ningyan tentang Permaisuri Shi Guang Xia yang telah membuangnya ke sungai, orang-orang akan menyangka, bahkan yakin kalau dia sudah mati. Maka hal itu lebih memudahkannya menyembunyikan identitasnya.
Dia amat berharap kalau orang-orang yang ada di sini tidak bercuriga padanya kalau dia sebenarnya adalah anak laki-laki Permaisuri Shi Guang Xia yang telah dibuang.
Terutama pada Bibi Ningyan yang tentu saja amat tahu kondisi fisiknya waktu masih bayi dahulu.
Zhao Jinlong tidak mau terburu-buru menyalahkan bunda kandungnya yang telah membuangnya waktu itu. Situasi yang begitu rumit waktu itu memaksa wanita itu sampai berbuat begitu. Zhao Jinlong dapat memahaminya.
Titik berat kesalahan Zhao Jinlong jatuhkan pada Kaisar Zhang Shaiming, ayah kandungnya. Lelaki itu dengan gampang saja mempercayai situasi yang dibuat oleh Penasehat Istana dan Tabib Istana yang menyimpulkan kalau peristiwa itu adalah kutukan dari langit terhadap Permaisuri Shi Guang Xia dan kedua anak kembarnya.
Padahal dua sinar itu merupakan anugerah dari Sang Penguasa Langit yang mengirimkan kesaktian bagi keturunan Zhang berupa elemen energi api dan elemen energi es.
Zhao Jinlong amat yakin akan hal itu karena dia memiliki keduanya. Dan dia yakin pula kalau kakak perempuannya itu juga memiliki elemen energi sakti. Lebih tepatnya Zhang Jiang Ying memiliki elemen energi es.
Zhao Jinlong kuat menduga, kenapa tanda merah dan putih dari kedua elemen energi sakti itu bisa hilang dari tubuhnya, sedangkan pada Zhang Jiang Ying tidak hilang hingga sekarang?
Bisa jadi karena dia memiliki kedua elemen energi langka itu sekaligus dalam dirinya, maka tanda itu pada kulit tubuhnya terserap kembali ke dalam tubuhnya. Lalu kedua elemen energi sakti itu tersegel dalam inti cakranya, waktu dulu.
Adapun Zhang Jiang Ying, karena dia cuma memiliki satu dari kedua elemen energi sakti itu, maka tanda putih pada tubuhnya tidak bisa terserap ke dalam tubuhnya. Meskipun elemen energi saktinya tersegel juga dalam tubuhnya.
"Bibi, kenapa kamu tidak beri tahu aku kalau aku punya saudara kembar?" tanya Zhang Jiang Ying yang sebenarnya bernada sedih, sekaligus memecah kebisuan yang cukup lama.
"Maafkan aku, Tuan Putri," kata Bibi Ningyan bernada sedih. "Aku...."
Kepala Bibi Ningyan langsung tertunduk dalam. Kesedihan langsung menguasai dirinya. Tanpa terasa air matanya kembali mengalir, setelah tadi saat bercerita juga sambil berderai air mata.
"Tuan Putri, situasi saat itu memang amat sulit," Zhao Jinlong mencoba menerangkan tentang situasi yang ada waktu itu. "Bibi Ningyan tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya mengikuti junjungannya...."
"Tapi Anda harus bersyukur karena dia tetap selalu bersama Anda hingga sekarang," lanjut Zhao Jinlong bagai menghibur sekaligus menasehati. "Saya harap Anda tidak menyalahkan Bibi Ningyan karena menyembunyikan rahasia ini pada Anda...."
"Aku tidak menyalahkan bibi," kata Zhang Jiang Ying sambil menatap wanita pelayan itu. "Aku hanya sedih saja kenapa aku tidak diberi tahu kalau aku punya saudara kembar...."
"Dan..., bagaimana nasib saudara kembarku itu sekarang," Zhang Jiang Ying langsung tertunduk sedih, sebenarnya, "tergantung nasib baiknya...."
Yang Xiu Xiang tahu kalau sahabatnya itu sekarang lagi bersedih meski tidak bisa mengekspresikan. Tapi dia juga tidak bisa apa-apa untuk menghibur gadis dingin itu, karena dia juga lagi bersedih membayangkan nasib yang menimpa sahabatnya itu.
Sedangkan Fangmei dan Fengxia, tidak usah dibilang lagi, dua pelayan cantik imut itu juga ikut bersedih, sudah tentu. Tapi Fangmei masih bisa menahan air matanya agar tidak jebol.
Fengxia yang memikiki perasaan yang halus tidak bisa, air mata kesedihannya langsung mengalir deras di pipi putih nan halusnya tanpa terkendali.
★☆★☆
Seketika Bibi Ningyan mengangkat kepalanya, lalu memandang Zhang Jiang Ying sembari berkata.
"Tuan Putri, berdoa saja... semoga Pangeran Zhang Jiang Wu baik-baik saja...."
"Bagaimana kamu bilang baik-baik saja, Bibi? Bunda membuang adikku yang malang itu ke sungai," sergah Zhang Jiang Ying seraya menatap Bibi Ningyan dengan ekspresi datarnya, "mustahil dia bisa bertahan hidup...."
"Ying Jie jie, berdoalah!" Yang Xiu Xiang mencoba menghibur sahabatnya itu. "Semoga Pangeran Zhang Jiang Wu baik-baik saja, semoga dia bisa selamat!"
"Benar, Tuan Putri, berdoa saja semoga Pangeran Zhang Jiang Wu baik-baik saja," kata Bibi Ningyan berusaha lagi ingin menghibur junjungan sekaligus anak asuhnya itu. "Karena firasatku mengatakan kalau adik kembarmu masih hidup...."
"Benarkah dia masih hidup?" gumam Zhang Jiang Ying dalam ragu.
"Tuan Putri," seketika Fangmei ikut angkat bicara, "sejak kalian lahir, kamu dan Pangeran Zhang Jiang Wu selalu dianugerahi keajaiban dari Sang Maha Pencipta...."
"Jadi, tidak menutup kemungkinan kalau Pangeran Zhang Jiang Wu akan mendapat keajaiban lagi dari langit," lanjut Fangmei dengan tutur bijaknya.
"Bagaimana, Tabib Zhao?" Fangmei seketika beralih memandang Zhao Jinlong yang terdiam seperti bersemedi. "Apakah perkataanku ini benar?"
Selepas Fangmei berkata demikian, seketika semua orang yang ada di situ langsung beralih memandang bocah berpembawaan tenang itu. Seakan mereka mengharap Zhao Jinlong mengucapkan sesuatu yang membuat Zhang Jiang Ying percaya akan keajaiban yang akan didapat oleh Zhang Jiang Wu.
"Dua cahaya yang turun dari langit itu adalah anugrah dari Penguasa Langit bagi keturunan Zhang melalui rahim Yang Mulia Permaisuri," kata Zhao Jinlong tetap menjaga ketenangan batinnya, "bukan kutukan seperti yang dirumorkan...."
"Jadi, Tuan Putri tenang saja," lanjut Zhao Jinlong tetap tenang, sehingga dia terlihat seperti seorang pendeta yang memberi petuah, "Pangeran Zhang Jiang Wu pasti mendapat perlindungan dari langit. Karena beliau salah seorang anak Yang Mulia Permaisuri yang mendapat anugerah agung dari Yang Maha Kuasa."
Mendengar penuturan Zhao Jinlong itu, Zhang Jiang Ying menjadi besar harapan akan keselamatan adik kembarnya itu.
Sementara Bibi Ningyan sejurus lamanya dia terpekur saat menatap lebih dalam wajah tampan Zhao Jinlong. Kenapa baru dia menyadari kalau wajah tabib kecil itu mirip dengan wajah Permaisuri Shi Guang Xia, junjungannya.
Selagi Bibi Ningyan terpekur menatap wajah Zhao Jinlong, Fangmei kembali berbicara bernada tanya.
"Tabib Zhao, apakah... kamu punya firasat kalau... Yang Mulia Permaisuri... masih hidup?"
Tentu saja pertanyaan Fangmei barusan membuat Zhang Jiang Ying, Yang Xiu Xiang, maupun Fengxia terkejut. Sampai-sampai mereka seakan berebut menatap gadis kecil yang berpendirian tenang dan penyabar itu.
Sedangkan Bibi Ningyan sebenarnya terkejut juga mendengar pertanyaan pelayan Zhang Jiang Ying itu. Tapi tatapannya pada Zhao Jinlong seakan tak ingin lepas.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu kepadaku, Fangmei?" tanya Zhao Jinlong seraya tersenyum kecil.
"Aku melihat..., meski kamu masih berumur muda, tapi kamu sudah memiliki pengetahuan yang luas dan pandangan yang tajam tentang sesuatu yang rumit," sahut Fangmei berasumsi kuat.
"Aku merasa... kamu memiliki pandangan tajam di balik kejadian yang menimpa Yang Mulia Permaisuri," lanjut Fangmei.
"Saya tidak tahu tentang kehidupan Yang Mulia Permaisuri seperti apa," tutur Zhao Jinlong bagai layaknya orang dewasa berbicara. "Tapi anugerah agung yang beliau dapatkan langsung dari Sang Penguasa Langit, hal sebagai bukti kalau dia orang yang mendapat perlindungan dari langit."
"Jadi... menurutmu Yang Mulia Permaisuri masih hidup?" tanya Yang Xiu Xiang berkesimpulan.
"Berdoa saja, mudah-mudahan beliau masih hidup," sahut Zhao Jinlong tidak ingin memastikan.
Tapi perkataan itu sudah cukup bagi Zhang Jiang Ying untuk berharap banyak kalau bundanya masih hidup. Dan hal itu juga yang diharapkan oleh semua orang yang ada di kamar kapal itu.
★☆★☆
"Sepertinya sudah tidak ada lagi yang harus dibahas, Tuan Putri," kata Zhao Jinlong selanjutnya. "Sekarang saatnya saya akan memulai mengobati Anda."
Mendengar ucapan Zhao Jinlong barusan, Bibi Ningyan seketika tersentak seakan baru bangun dari lamunan panjang. Lalu buru-buru dia berkata pada Zhang Jiang Ying.
"Tuan Putri, percayalah! Tabib Zhao pasti bisa menyembuhkan penyakitmu...."
"Baiklah," kata Zhang Jiang Ying memutuskan.
Sebelum Zhao Jinlong memulai proses pengobatan, dia menerangkan dulu metode yang akan dia lakukan untuk mengobati Zhang Jiang Ying.
Salah satunya adalah dia akan menyalurkan energi cahaya atau energi penyembuh ke dalam tubuh Zhang Jiang Ying, agar racun dalam tubuhnya lebih cepat keluar.
Tapi telapak tangan Zhao Jinlong harus menyentuh langsung kulit tubuh sang putri dingin, tanpa perantara. Hal itu dikarenakan kesaktian yang dia miliki belum mencapai level sempurna, sehingga terpaksa melakukan metode seperti itu.
Di sini sempat terjadi perselisihan di antara mereka.
Zhang Jiang Ying seperti bukan tidak setuju. Hanya saja dia seperti merasa aneh, kenapa harus mengobatinya seperti itu.
Sedangkan Yang Xiu Xiang langsung tidak setuju. Dia menganggap itu hanya akal-akalan Zhao Jinlong yang ingin menyentuh tubuh Zhang Jiang Ying.
Sementara Fangmei yang memiliki pandangan luas dan Bibi Ningyan yang berbaik sangka terhadap Zhao Jinlong menyetujui metode Zhao Jinlong.
Lalu menerangkan kepada Zhang Jiang Ying dan juga kepada Yang Xiu Xiang bahwa pengobatan dengan cara itu sudah biasa dilakukan oleh para tabib. Metode itu tidak terhitung melanggar etika.
Sedangkan Fengxia yang juga seperti setuju dengan metode Zhao Jinlong itu, berkata kepada Zhang Jiang Ying.
"Tuan Putri, apapun cara pengobatan yang bisa membuatmu sembuh, maka terimalah! Yang penting kamu sembuh...."
Tak lama kemudian, akhirnya Zhang Jiang Ying menyetujui metode pengobatan Zhao Jinlong itu. Tapi Yang Xiu Xiang yang mengalah meminta Zhao Jinlong menutup matanya saat melakukan pengobatan.
Tabib Zhao setuju saja tanpa membantah.
★☆★☆★
Semangat terus thor upnya