NovelToon NovelToon
SERIAL SILAT PENDEKAR

SERIAL SILAT PENDEKAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Ilmu Kanuragan
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ikko Suwais

PENDEKAR Mabuk memiliki nama asli Suto Wijaya Kusuma dan dia adalah seorang pendekar pembela kebenaran dan menumpas kejahatan. Perjalanan nya dalam petualangannya itu banyak menghadapi tantangan dan rintangan yang sering kali membuat nyawa nya terancam. Namun pendekar gagah dan tampan itu selalu punya solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 24

KUSIR HANTU Perintahkan Suto Sinting untuk antar Dianti Anggraini pulang ke kadipaten, Karena Gadis itu ternyata putri seorang Adipati. Dalam kesempatan itu, Karina ajukan tanya kepada si Kusir Hantu.

"Apakah Suto harus antar Dianti sendirian?! Maksudku, apakah tak perlu ada yang mendampingi supaya saat Suto kembali ada temannya?" Usul berbentuk tanya itu mempunyai arti tersendiri yang bersifat pribadi. Tentu saja Tenda Biru, Pematang Hati dan Mahligai Sukma menangkap makna pribadi di balik usul itu. Bahkan Pematang Hati segera perdengarkan suaranya yang dingin sebelum kakeknya menjawab pertanyaan Karina.

"Memang kurasa perlu juga ada pendamping lain yang mengantar pulang Dianti. Menurutku, akulah yang akan mendampingi Suto Sinting." Tenda Biru hanya sunggingkan senyum kalem yang berbau sinis. Mahligai Sukma hanya diam cemberut, menampakkan sikapnya yang tidak setuju dengan usul kakaknya. Sementara itu, Santana yang nama aslinya adalah Sandhi Tanayom h hanya geleng-geleng kepala sambil sunggingkan senyum geli melihat tingkah ekspresi para gadis di situ.

Kusir Hantu akhirnya memutuskan,

"Tak perlu ada pendamping. Pepatah mengatakan: Jauh di

mata dekat di hati' . "

"Apa maksudnya, Ki?" tanya Santana.

"Begitu saja kok ditanyakan. Jauh di mata dekat di hati ya paru-paru! Dengan mata Jauh, dengan hati dekat!" Pendekar Mabuk menertawakan kebengongan Santana. Tapi bagi yang cerdas dapat mengartikan bahwa mereka tak perlu berpura-pura mau mendampingi Suto dalam perjalanan. Sebenarnya Kusir Hantu mengetahui di hati kedua cucunya dan Tenda Biru serta Karina, sama-sama mempunyai keinginan untuk berdekatan dengan Suto Sinting. Karenanya, agar tak timbulkan rasa iri, Kusir Hantu putuskan agar Suto mengantar Dianti sendirian saja, sementara Tenda Biru menemani Karina untuk pulang ke

Bukit Semayam, menemui si Burung Bengal, guru Karina. Mereka harus bicarakan tentang pedang pusaka dan sang titisan Eyang Tapak Lintang kepada si Burung Bengal. Sementara itu, Pedang Jagal Keramat agar tak menjadi bahan Incaran orang akan dibuat tiruannya, Sedangkan yang asli akan disembunyikan di suatu tempat yang aman dari jangkauan tangan orang sesat. Kusir Hantu yang akan membawa pedang tersebut dengan dikawal oleh Santana dan Pematang Hati.

"Lalu aku bagaimana?" tanya Mahligai Sukma kepada sang kakek.

"Kau di rumah bersama Panji Klobot. Tugasmu mengalihkan praduga tamu siapa saja yang datang kemari mencariku. Katakan aku sedang pergi menemui Eyang Sanupati, si Tua Bangka itu! Kita harus selalu menjaga kemungkinan. ibarat pepatah mengatakan: 'sedia payung sebelum hujan'...."

"Artinya...?" tanya Santana lagi.

"Artinya, kita harus bawa payung jika cuaca mendung?" jawab Kusir Hantu lurus saja, dan memang begitulah si Kusir Hantu jika bermain pepatah sekenanya saja, mengartikannya juga seenak udelnya sendirl. Pedang Jagal Keramat dibawa ke Lembah Sunyi, untuk dititipkan kepada Resi Wulung Gading yang punya hubungan baik dengan si Kusir Hantu, juga sangat erat dengan Pendekar Mabuk. Sebab tokoh tua yang bernama Resi Wulung Gading itu adalah keponakan dari Nini Galih, yaitu gurunya Bldadari Jalang. Sedangkan Bidadari Jalang termasuk guru kedua dari si Pendekar Mabuk.

Hanya Resi Wulung Gading dan Suto Sinting yang mengetahui di mana letak Gua Getah Tumbal. Di dalam gua itulah Pedang Jagal Keramat akan disembunyikan sampai tiba saatnya diserahkan kepada sang titisan Eyang Tapak' Lintang. Bagi Suto, mengantar pulang Dianti Anggraini adalah suatu hal yang sangat diinginkan. Bukan karena ia ingin bersama dengan gadis cantik yang manjanya selangit itu, tapi karena ia ingin bertemu dengan Ki Ageng Marning, kakeknya Dianti itu. Sebab jlka Suto bisa bertemu dengan kakeknya Dianti, maka dia dapat membujuk si kakek itu untuk memberi tahu siapa orang yang menjadi titisan Eyang Tapak Lintang.

"Apakah si Jahanam Tua waktu itu sudah diberitahu oleh kakekmu tentang siapa titisan Eyang Tapak Lintang?!"

"Aku tidak tahu. Mungkin sudah, mungkin juga belum," jawab Dianti.

"Kakek tidak pernah katakan hal itu kepada keluargaku."

"Tap.. tapi kau yakin orang yang mempunyai bayangan bisa membunuh itu bukan si Jahanam Tua?"

"Bukan!" gadis itu menggeleng. Langkahnya segera dihentikan begitu melihat sebuah sendang yang berair jernih tak jauh dari tempatnya berhenti.

"Suto, aku ingin mandi dulu di sendang litu sambil beristirahat."

"Kita beristirahat di desa seberang bukit itu, Dian."

"Aah... aku lelah sekali, Suto." rengek Dianti.

"Aku mau istirahat sekarang saja. Aku mau ke sendang itu, ya?"

"Dianti, kalau kita berhenti sekarang, maka kita akan kemalaman di perjalanan."

"Aah, aku capek, Suto! Capek sekali!" Dianti ngotot sambil merengek seperti anak kecil. Suto dongkol sekali, tapi ia tak berani kasar-kasar mengingat gadis itu ternyata adalah putri seorang adipati.

"Dianti, ujar Suto pelan seperti berbisik.

"Sebenarnya ingin kukatakan hal yang sebenarnya tentang sendang itu, tapi aku takut kau kecewa dan..."

"Ada apa dengan sendang itu?!" sergah Dianti.

"Sendang itu adalah sendang siluman. Siapa yang masuk ke dalam sendang itu tak akan pernah muncul kembali. Karena sendang itu adalah mulut siluman yang sengaja mencari mangsa dengan mengubah diri menjadi sendang."

"Ooh...?! Benarkah begitu?!" Dianti membelalakkan mata dengan wajah menegang takut.

"Kalau kau tak percaya, marl kubuktikan!" Suto Sinting membawa gadis itu mendekati sendang berair jernih. la mengambil sebongkah batu seukuran kepala bayi. Batu itu dilernparkan ke dalarm sendang. Jebuur...!

"Lihat, batu saja ditelannya, apalagi manusia?!"

"lya, ya...?! Hiii....." Dianti bergidik sambil bergerak mundur.

"Kau ingin coba mandi di sendang itu?!"

"Tidak mau! Tidak mau!" Dianti geleng-geleng kepala dengan wajah memancarkan perasaan ngeri.

"Kalau begitu, kita lanjutkan saja perjalanan kita, Suto! Ayo, lekas jauhi tempat ini!" Dianti melangkah lebih dulu, Suto Sinting segera menyusul sambil menahan rasa geli dalam hatinya.

"Cantik-cantik tapi otaknya otak udang. Hmm..kasihan sekali kau, Dianti! Batu tenggelam kok dipercayai sebagai batu ditelan mulut siluman?I Hi, hi,hi, hi.. ujar Suto dalam hatinya sambll segera dampingi langkah putri sang adipati itu.

"Kalau tidak karena mengikuti bujukan Sukesni, tak mungkin aku bersusah payah begini," gerutu Dianti. "Sudah kehilangan kuda, kehilangan pula sahabat-sahabatku. Ooh... aku sedih sekall Jika ingat mereka, Suto!" Dianti mulai ingin menangis lagi.

"Jangan ingat-ingat kematian mereka, Dianti. Kematian Itu hanya akan menghadirkan tangis. Jika kau banyak menangis dan air matamu habis, maka kau tak akan bisa menangis jika kau sendiri yang tewas."

"lya, ya...," ujarnya dengan menahan tangis. la menarik napas dalam-dalam untuk menekan perasan sedih.

"Nanti kalau aku mati, aku tak bisa menangis, ooh... alangkah bertambah sedihnya hatiku," ujarnya lagi.

Suto Sinting hanya tersenyum prihatin mengetahui pemikiran bodoh si cantik mungil imut-imut itu. Dianti segera menceritakan tentang hal yang membuat la keluar dari istana kadipaten.

...*...

...* *...

1
arumazam
lucu
arumazam
seru jg
arumazam
mantapppp
Mukmini Salasiyanti
kpn nih up nya, Thor???
☺🙏💪
Mukmini Salasiyanti
Salken, Mas Thor...
mampir yaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!