Elara Andini Dirgantara.
Tidak ada yang tidak mengenal dirinya dikalangan geng motor, karena ia merupakan ketua geng motor Ladybugs. Salah satu geng motor yang paling disegani di Bandung. Namun dalam misi untuk mencari siapa orang yang telah menodai saudara kembarnya—Elana, ia merubah tampilannya menjadi sosok Elana. Gadis manis, feminim dan bertutur kata lembut.
Lalu, akankah penyelidikannya tentang kasus yang menimpa kembarannya ini berjalan mulus atau penuh rintangan? Dan siapakah dalang sebenarnya dibalik kehancuran hidup seorang Elana Andini Dirgantara ini? Ikuti kisah selengkapnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Tubuh Chelsea bergetar seiring dengan langkah laki-laki itu yang kian mendekat. Chelsea meraih bantal, lalu melemparkannya ke wajah laki-laki tersebut. Namun, bukannya berhenti, laki-laki itu justru semakin merasa tertantang. Ia menarik pergelangan kaki Chelsea, membuat tubuh Chelsea terlentang di atas ranjang.
"Jangan, aku mohon jangan!"
Tidak laki-laki itu pedulikan permintaan Chelsea. Ia merangkak menaiki ranjang, lalu mengungkung tubuh Chelsea di bawah tubuhnya. Sedangkan teman laki-laki itu duduk di sofa kamar sembari memperhatikan temannya yang akan memulai ritual melenakan untuk mereka.
"Tolong! Siapapun tolong aku!"
"Sayang, kamar kita ini kedap suara, jadi tidak akan ada yang bisa mendengar teriakanmu. Jadi lebih baik simpan saja suara indahmu itu agar kau bisa merint*h manja di bawahku nanti."
"Tidak." Chelsea masih berusaha melawan laki-laki tersebut. Ia melakukan berbagai cara agar laki-laki itu melepaskannya. Tetapi tenaga Chelsea benar-benar kalah.
Sementara itu di luar ruangan, Langit dan Elara masih mencoba menempelkan telinga mereka ke pintu kamar yang tadi dimasuki Chelsea. Tetapi mereka sama sekali tidak mendengar suara sedikitpun dari dalam kamar.
"Sial! Kamar ini kedap suara. Suara mereka bahkan tidak terdengar sama sekali." umpat Elara.
"El, minggir!" perintah Langit.
"Apa yang akan kau lakukan?"
"Aku akan mendobrak pintunya."
"Tidak, itu bukan jalan terbaik, Langit."
"Percaya padaku, El."
Elara menatap wajah Langit yang tampak dipenuhi kekhawatiran. Entahlah, entah itu hanya perasaan Elara saja atau memang benar adanya. Tapi tampaknya Langit terlihat sangat tidak tenang karena Chelsea berada di dalam kamar bersama kedua pria tadi. Secara perlahan Elara menjauhi pintu, memberi akses pada Langit untuk mendobraknya.
Di dalam kamar, air mata Chelsea sudah menumpuk di pelupuk matanya saat melihat laki-laki yang tengah mengungkungnya itu melepaskan bajunya sendiri lalu melemparnya ke sembarang arah. Chelsea sudah tidak mampu lagi melawan, tenaganya kalah jauh dari laki-laki itu, hingga akhirnya yang mampu Chelsea lakukan hanya berdo'a dalam hati agar dikirimkan Malaikat penolong untuk saat ini.
"Bro, aku berubah pikiran." Laki-laki yang tadi duduk di sofa itu mendekat ke ranjang sembari membuka kancing bajunya. "Kita eksekusi bersama saja. Aku juga tidak sabar ingin mencicipinya."
"Tidak. Aku mohon jangan. Tolong lepaskan aku."
Plak! Laki-laki yang mengungkung Chelsea itu menampar wajah Chelsea dengan keras hingga membuat darah segar mengalir di sudut bibir Chelsea.
"Aku tidak suka gadis yang cerewet sepertimu. Sudah aku katakan, simpan suaramu untuk mendes*h dibawahku nanti."
Tangis Elara pecah. Air mata mengalir di kedua sudut matanya. Rasa takut dan jijik bercampur menjadi satu satu membuat tubuh Chelsea bergetar hebat.
Laki-laki itu memajukan wajahnya kian mendekat ke wajah Chelsea. Sedangkan temannya tadi langsung membuka celananya, lalu bersiap untuk ikut naik ke atas ranjang. Hingga kemudian suara pintu yang didobrak secara paksa membuat keduanya mengalihkan pandangan.
"Bajing*n!"
Langit langsung menarik bahu laki-laki yang sudah mengungkung Chelsea, lalu memukulnya membabi buta. Setelah laki-laki itu jatuh, Langit menghajar laki-laki satunya lagi, hingga laki-laki tersebut ikut jatuh.
Beberapa staf keamanan datang setelah mendengar keributan itu. Hal itu Langit gunakan agar menahan dua laki-laki tadi di pos keamanan sebelum mereka dibawa ke kantor polisi.
Setelah dua orang tadi dibawa pergi, Langit mendekati Chelsea. "Kau baik-baik saja?" tanyanya.
Dengan air mata yang masih belum berhenti menetes, Chelsea menjawab ucapan Langit hanya dengan anggukan. Kemudian tatapan Chelsea terarah pada Elara yang melangkah mendekatinya.
"Akhirnya karma menemukan jalannya," ucap Elara dingin. "Kau sudah membuat Elana trauma hingga gangguan jiwa karena diperk*sa, dan kini kau 'pun ikut merasakannya!"
Chelsea menggeleng keras. "Kau salah paham. Aku tidak membuat Elana trauma."
"Salah paham katamu? Lucu sekali!"
"Aku sudah bersahabat lama dengan Elana. Dia sangat baik padaku, jadi aku tidak mungkin membuat Elana gangguan jiwa. Justru sebaliknya, aku berniat mencari pelaku yang sudah membuat Elana seperti ini."
"El, tenanglah," ucap Langit menengahi.
Elara menghela napas kasar mendengar ucapan Langit, setelah itu ia kembali menatap Chelsea. "Baik, anggaplah aku percaya padamu. Sekarang katakan padaku bagaimana kau bisa tahu kalau Elana mengalami gangguan jiwa?"
"Aku tidak sengaja mendengar pembicaraanmu dan Langit saat di toilet sekolah beberapa hari yang lalu." Ingatan Chelsea melayang pada kejadian beberapa hari yang lalu.
Setelah Elara pamit ke toilet, perut Chelsea tiba-tiba sakit, akhirnya ia juga pergi menuju toilet. Namun saat akan membuka pintu toilet, Chelsea mendengar sayup-sayup suara laki-laki dan perempuan dari satu toilet yang berada tepat di samping toilet yang tadi akan Chelsea masuki. Karena penasaran, Chelsea menempelkan telinganya ke pintu toilet demi mendengar obrolan orang yang di dalam sana.
"Jadi darimana kau tadi malam?" terdengar suara Langit.
"Bandung."
"Ke Bandung malam-malam seorang diri? Kenapa tidak mengabariku, aku bisa menemanimu kalau kau memberitahuku."
"Aku bisa sendiri. Apa kau lupa kalau aku adalah Elara, ketua Geng Motor Ladybugs, jadi kalau hanya ke Bandung sendiri itu hal biasa bagiku."
"Apapun itu, tindakanmu ini salah, El. Kau ini seorang perempuan, bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu selama di perjalanan?"
"Kau lihat sendiri 'kan, aku baik-baik saja."
Chelsea menutup mulutnya, ia tidak menyangka akan mendapati kenyataan ini hari ini. Tidak mau ketinggalan obrolan Langit bersama Elara, akhirnya Chelsea kembali menempelkan telinganya ke pintu.
"Baiklah, jadi bagaimana keadaan Elana sekarang?" Kembali suara Langit terdengar.
"Kondisi Elana sudah semakin membaik. Dia sudah dipindahkan ke lantai dua dan menjalani perawatan khusus dari Kak Zakia."
*
"Awalnya aku hanya tahu kalau Elana dirawat, itu saja. Tapi kemudian, saat aku menyelidikinya lagi, ternyata Elana mengalami gangguan jiwa." ucap Chelsea setelah ia menyudahi ceritanya tentang alasan ia bisa mengetahui bahwa Elara bukanlah Elana.
Wajah Elara masih belum melunak. Ia masih mempertahankan wajah dinginnya dan kembali menatap Chelsea dengan tajam. "Lalu kenapa kau memberi uang pada dua laki-laki tadi pada malam hari di depan sebuah gedung tua di jalan kenangan. Bukan hanya itu, kau juga tidak ikut saat aku dan Feli merayakan keberhasilanku untuk mewakili sekolah untuk mengikuti olimpiade. Dan yang terakhir, kenapa kau bisa berada di rumah sakit saat Elana histeris kemarin malam. Bisa kau jelaskan semua itu?"
"Awalnya aku tidak mengenal dua orang itu, aku hanya mencoba mencari orang bayaran untuk membantuku mencari pelaku kejahatan yang menimpa Elana. Mengenai aku yang tidak ikut merayakan keberhasilanmu bersama Feli, itu karena aku ingin melihat keadaan Elana, aku ingin memastikan dia baik-baik saja. Saat di rumah sakit, aku sempat mengajak Elana mengobrol, meskipun terlihat tatapan matanya yang kosong, tapi aku tahu, dia mampu mendengar obrolanku dengan baik. Hingga kemudian aku tiba-tiba ingin buang air kecil, dan aku memilih ke toilet luar. Setelah aku kembali dari toilet, Elana sudah histeris dan beberapa Perawat masuk ke ruangannya."
"Lalu kenapa kau pergi diam-diam saat itu?" Seolah belum puas, Elara terus mencecar Chelsea dengan pertanyaan.
"Aku tidak pergi diam-diam, saat itu aku sedang mengikuti seseorang yang sangat mencurigakan."
Langit menegakkan tubuhnya mendengar ucapan Chelsea. "Orang yang mencurigakan?" tanyanya.
"Ya, aku melihat orang itu melewati koridor rumah sakit sembari mengawasi sekitar. Karena aku melihat arahnya dari ruang rawat Elana, akhirnya aku mencurigainya dan memilih mengikuti orang tersebut. Tapi sayang sekali, orang itu sangat cepat berkendara hingga membuatku kehilangan jejaknya."
"Lalu seperti apa ciri-cirinya?" tanya Langit lagi.
"Aku tidak tahu, karena orang itu menggunakan hoodie yang menutupi seluruh kepalanya dan wajahnya juga ditutupi masker."
...----------------...
Gimana menurut kalian. Sebenernya si Chelsea ini jujur atau sekedar alasan biar Langit dan Elara tidak menangkapnya? Tulis jawaban kalian di komen ya.
Btw, saling follow di ig yuk, cek ig aku @ratujagad02 nanti aku follback
semakin di bikin penasaran sama authornya .,...🤣🤣
pinisirin kelanjutannya.....💪
masih belum ada titik terang siapa yg memperkosa elana...