Hanum Salsabiela terpaksa menerima sebuah perjodohan yang di lakukan oleh ayahnya dengan anak dari seorang kyai pemilik pondok pesantren tersohor di kota itu. Tidak ada dalam kamus Hanum menikahi seorang Gus. Namun, siapa sangka, Hanum jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat sosok Gus yang menjadi suaminya itu. Gus Fauzan, pria yang selalu muncul di dalam mimpinya, dan kini telah resmi menikahinya. Namun siapa sangka, jika Gus Fauzan malah telah mencintai sosok gadis lain, hingga Gus Fauzan sama sekali belum bisa menerima pernikahan mereka. “Saya yakin, suatu saat Gus pasti mencintai saya“ Gus Fauzan menarik satu sudut bibirnya ke atas. “Saya tidak berharap lebih, karena nyatanya yang ada di dalam hati saya sampai sekarang ini, hanya Arfira..” Deg Hati siapa yang tidak sakit, bahkan di setiap malamnya suaminya terus mengigau menyebut nama gadis lain. Namun, Hanun bertekad dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 33 siapa pelakunya???
"Mana suratnya tadi?" Tanya Gus Fauzan sambil melirik ke arah Hanum. Saat ini keduanya sedang ada di dalam kamar mereka. Saat sampai di ndalem, Gus Fauzan langsung menarik Hanum dan membawanya masuk ke dalam kamar. Bahkan mereka belum bertemu dengan kyai Al-Ghazali dan ummi Sekar.
Hanum mengeluarkan surat yang di simpan dari saku gamisnya tadi. Dirinya langsung memberikan pada suaminya itu.
Gus Fauzan dengan tergesa-gesa membuka kertas itu, matanya langsung menyusuri setiap tulisan yang di tulis dengan tulisan yang tidak rapi itu.
|Ning Hanum. Saya mau menyampaikan sesuatu, jika yang sudah membuat saya seperti ini adalah seorang ustadz yang ada di pondok pesantren itu. Ustadz Fa~|
Mata Gus Fauzan mendelik.
"Apa-apaan ini? Surat gak jelas begini." Kesal Gus Fauzan sambil melempar surat itu ke sembarang arah, saat seperti di permainkan saat membacanya. Dirinya padahal sudah senang karena sudah mendapatkan bukti, tapi tau-taunya malah mendapatkan zonk. Mana seperti main tebak-tebakan lagi. Kan lucu saja. Menyebalkan.
Hanum menghela nafasnya kasar. Tak tau kenapa suaminya itu seorang Gus, tapi kenapa tidak bisa sedikitpun menahan emosinya. Apa-apa langsung marah saja. Hanum membungkuk mengambil surat itu dan melihatnya. Keningnya berkerut, dirinya bahkan mengabaikan suaminya yang sudah mengomel tidak jelas. Hanum sibuk melihat tulisan yang memang tak rapi itu, dan menelisik semuanya.
"Dasar perawat kurang kerjaan, kalau jumpa nanti saya omelin" kata Gus Fauzan bersungut-sungut kesal. Padahal dirinya sudah berharap mendapatkan bukti, dan bisa menemukan siapa dalang di balik semua ini, tapi sayang, surat itu tak berguna sama sekali.
Sampai beberapa saat. "Mas, coba lihat ini." Seru Hanum menunjuk surat itu.
Gus Fauzan bersungut. "Apanya mau di lihat. Surat nggak jelas begitu, paling juga kita juga di tipu sama perawat nggak jelas tadi." Kata Gus Fauzan.
Hanum menghela nafasnya kasar. Dirinya langsung menarik tangan suaminya, membuat Gus Fauzan tersentak.
"Mas lihat dulu, jangan marah dulu." Kata Hanum, lalu menunjukkan surat itu. Hanum menunjukkan surat yang ada tulisannya itu.
"Ini sambungannya mas. Kayaknya dia mau nulis ustadz Fa, tapi nggak jadi. Kira-kira siapa ya mas? Dan kenapa dia nggak nerusin tulisannya, semuanya kayak ada yang janggal di sini" kata Hanum dengan kecurigaannya.
Gus Fauzan tampak berpikir, sampai detik kemudian, dirinya menganggukkan kepalanya. Ya, semuanya seperti ada yang menjanggal, dan ini sudah jelas. Dan dirinya malah mencurigai seorang ustadz yang ada di pondok pesantren ini. Sampai dirinya tersentak, saat mengingat tadi malam, saat rapat yang di adakan oleh sang abi. Di sana seorang ustadz yang paling menonjol di antara yang lainnya.
"Fa, ustadz Fajar kah?" Kata Gus Fauzan tercetus nama itu.
Hanum terbelalak, "masa' iya mas?" Tanya Hanum tak percaya.
Gus Fauzan mengangguk, lalu menceritakan semua hal yang membuatnya sampai curiga pada ustadz itu.
"Dan kamu tau sayang, hanya ada dua nama ustadz yang namanya di awal huruf Fa. Ustadz Faisal dan ustadz Fajar. Kalau ustadz Faisal nggak mungkin, karena dia udah punya istri juga. Istrinya masih sepupuan sama Abi." Kata Gus Fauzan.
"Ustadz Faisal, katanya abi-nya ustadz Dafa, kah?" Kata Hanum saat mengingat ucapan ustadzah Rahayu pada waktu itu.
Gus Fauzan mendengus. "Kalau ustadz Dafa saja langsung ingat!" Ketus Gus Fauzan jadi mendadak kesal.
Hanum mengerucutkan ujung bibirnya. "Mas ih, cuman ngomong doang." Dan Hanum tersentak saat menyadari sesuatu. "Eh jadi ustadz Dafa itu sama mas, masih sepupuan dong?"
Gus Fauzan mencibir. "Ya, tapi jauh." Kata Gus Fauzan sewot.
"Ihhh nggak usah sewot juga kali, mas. Cuman tanya doang."
Gus Fauzan menghela nafasnya kasar. "Jadi beneran ini sih ustadz Fajar, CK, harus kasih tau Abi ini." Kata Gus Fauzan dan langsung melesat pergi keluar dari kamarnya itu.
"Mas, tunggu!" Teriak Hanum dan langsung berlari menyusul suaminya...
*
Malam itu... sebelum Laila meninggal..
"Sus, to-tolong."
"Jangan bergerak dulu, mbak. Mbak baru saja siuman dari operasi." Kata sang perawat yang kebetulan malam itu dirinya mengganti cairan air infus Laila.
Tadi ada dua ustadzah di sana, tapi keduanya sedang ada di mushalla melaksanakan shalat isya...
"Ta-tapi saya butuh. Saya tidak tau ntah besok saya masih bisa bernafas atau tidak." Kata Laila dengan suara pelannya.
Sang perawat menatap iba. Dirinya sudah sering mendapati seorang pasien yang berbicara seperti ini.
"Mbaknya harus berpikir positif, saya yakin mbak pasti kembali sehat. Apalagi kondisi mbaknya sudah lumayan pulih." Kata perawat itu menyemangatinya. "Mbak butuh apa? Saya bisa bantu mbaknya."
"Saya butuh pulpen dan juga kertas." Kata Laila lagi.
Kening perawat itu mengerut, sampai dirinya mengangguk, mengiyakan permintaan pasien itu.
"Saya ambilkan dulu ya mbak." Perawat itu berlalu pergi mengambil apa yang di minta oleh pasien itu.
Sampai tidak lama, perawat itu kembali, dirinya langsung menyerahkan pulpen dan kertas itu.
"Sa-saya tidak kuat untuk menulisnya. Tolong saya,"
Perawat itu lagi, lagi mengangguk. Lalu Laila meminta perawat itu mendekat dan membisikkan sesuatu, membuat mata perawat itu terbelalak. Dirinya langsung menulis dengan tangan yang bergetar, telinganya terus mendengarkan. Tapi baru beberapa kata, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka.
Ceklek
Tubuh perawat itu langsung menegang saat mendengar suara pintu terbuka, dirinya langsung menegakkan tubuhnya, dan apa yang di tulis olehnya belum sepenuhnya selesai...
Laila menatap perawat itu penuh arti, beruntung dirinya sudah menyebutkan untuk siapa surat itu, namun dirinya belum menyebutkan nama ustadz itu.
"Ada apa itu" kata seorang ustadz yang datang ke ruangan Laila.
"Ti-dak apa-apa, saya permisi" dengan gerakan cepat, perawat itu langsung pergi dari sana. Dirinya tau bahwa pasien itu tak baik-baik saja. Ada suatu hal yang sangat serius di sini. Dan ini bukan main-main.
Pria berpeci itu menatap datar perawat itu, sampai akhirnya tak nampak lagi...
Prak
"Argghh" teriak perawat bernama Susi itu, menjerit ketakutan saat sebuah pot bunga di banting oleh pria yang ada di depannya itu, hingga pecahannya berserakan di lantai sana.
"Sialan! Sampai ada yang mencurigai saya, saya habisi kamu." Ancam pria itu, matanya menyorot tajam Susi.
Saat selesai memberikan surat itu pada Hanum tadi, siapa sangka, Susi di ikuti oleh dalang di balik semua ini. Susi langsung di sekap, di bawa entah kemana, sampai dirinya di paksa mengaku apa yang di berikan pada Hanum tadi. Susi terpaksa mengatakannya karena nyawanya menjadi taruhannya.
"Saya tidak tau apa-apa, tolong lepaskan saya" kata Susi.
Pria di depannya tertawa sinis. "Jangan harap! Bahkan saya akan menghabisi kamu, seperti saya menghabisi Laila malam itu."
Deg
Mata Susi melotot dengan tubuh yang menegang hebat..
*
Keesokan harinya...
"Abi..." Ustadz Dafa menatap sang Abi dengan tatapan sendu, dirinya bahkan tak percaya dengan apa yang baru saja di lihat olehnya di rumah sakit tadi.
"Ya Dafa? Ada apa nak? Wah, Abi rindu sekali sama kamu, setelah pulang dari luar kota, kita belum sama sekali bertemu. Abi tidak mempermasalahkannya sama sekali, Abi tau kamu sibuk." Kata ustadz Faisal sambil tertawa kecil.
Ustadz Dafa menghela nafasnya kasar. Matanya menatap sang Abi dengan tatapan yang sulit di artikan. "Jangan mengelak, Abi. Dafa mau Abi menyerahkan diri langsung pada kyai Al-Ghazali supaya masalah ini cepat selesai."
Deg
Tubuh ustadz Faisal menegang, tawa yang tadi di keluarkan seketika langsung lenyap..
sy kira malah ust Fajar.... 😁
ma istri dah di kasih anak 5 4 perempuan 1 laki laki,,nah hus kaya gitu kurang apa yah
koq aga bingung nyambungin nya sedari part meninggal nya santriwati yg keguguran itu?!?? 🤔
kemarin tiba-tiba loncat Hanum persiapan acara di pesantren (kaya gak ada kematian santriwati itu!)
Lalu.. Hanum disuruh ke pasar sama ust Dafa lalu Fauzan cemburu...
dan sekarang malah di RS ????