Pesona Cinta Kakak Sahabatku

Tania mengaduh kesakitan usai bahunya dipukul cukup keras oleh Raina yang pagi itu sudah tampak kegirangan. Tentunya ini bukan tanpa sebab.

Tania sendiri sampai dibuat melongo melihat apa yang ditunjukkan gadis itu padanya di pagi hari yang cerah dan sibuk ini.

“Mobil baru? barang baru, lagi?” Tanya Tania, menunjuk mobil Mazda keluaran terbaru berwarna merah.

Raina mengangguk. “Bagus nggak?” Tanya Raina dengan wajah berseri-seri.

Tania mengangguk ragu. “Bagus, tapi …” Gadis itu tampak ragu bicara.

“Lo kalo mikir gue korupsi apalagi punya sugar daddy awas ya!” Ancam Raina, menunjukkan kepalan tangannya.

Tania menggaruk kepalanya beberapa kali. “Nggak mikir lo korup, tapi emang iya, gue pikir lo jadi sugar baby kayak dik aplikasi toktok itu.” Balas gadis itu.

“Abisnya gue curiga aja gitu, kalo makan siang aja kita pasti cari makanan murah, mau beli skincare nyari yang promo, apa nggak syok gue ngeliat mobil mewah berhasil lo beli.” Tambah Tania.

Raina tertawa. “Bener, emang bener banget. Gue nggak punya duit, malah saldo di atm gue sisa lima puluh ribu.” Ujar gadis itu santai.

“Terus mobilnya?” Tania masih penasaran, dia hanya takut sahabatnya ini benar-benar jadi sugar baby.

Tania tidak meragukan kekayaan orang tua Raina, namun dia sangat mengenal sahabatnya yang cukup anti menerima fasilitas orang tua, sama sepertinya.

“Oke, jadi gue jujur deh. Ini mobil dibeliin sama bang Kahfi, hp ini juga.” Ucap Raina.

“Mas Kahfi?” ulang Tania, memastikan jika pendengarannya tidak salah.

“Iya, kan gue pernah bilang kalo duit abang gue itu banyak. Nanti kalo udah nikah, lo porotin aja abang gue, tapi jangan ditinggalin.” Bisik Raina mengusulkan.

“Gila lo ah, ya kali suami sendiri di porotin. Tapi kok bisa mas Kahfi tiba-tiba beliin mobil?” Tania makin penasaran saja.

Raina memberikan kode agar Tania mendekat, dan ia kemudian berbisik.

“Soalnya udah berhasil bikin lo nikah sama dia, eumm walaupun sekarang belum, minimal persiapan udah mulai.” Bisik Raina sambil senyum-senyum.

“Hah maksudnya?” Tanya Tania syok.

Raina tertawa, dia kemudian mengajak Tania untuk duduk agar dia bisa bercerita.

“Waktu Bobby ketahuan selingkuh, lo inget nggak kita lagi ngapain?” tanya Raina.

Tania mengangguk. “Inget, kita lagi mau makan malem kan. Lo yang ngajak, malah lo yang bayarin.” Jawab Tania.

“Sebenernya itu bukan tanpa tujuan, Tania sayang. Gue ngajak makan malem waktu itu, buat nunjukin kelakuan Bobby yang suka selingkuh.” Jelas Raina dengan tawa pelan.

Tania menatap Raina dengan kesal. “Maksudnya lo udah tau kelakuan Bobby selama ini? sebelum gue tau?” tanya Tania.

“Bukan gue, tapi abang gue.” Jawab Raina, menggelengkan kepalanya pelan.

“Mas Kahfi? lo jangan bercanda, Na. Waktu itu dia mungkin belum kenal gue, apalagi kenal Bobby.” Ujar Tania, tampak kurang percaya.

Raina makin tertawa, melihat wajah planga-plongo sahabatnya.

“Tania, gue nggak bisa cerita banyak, tapi lo harus tau kalo lo bukan cuma di selingkuhin Bobby, tapi lo dicintai sama abang gue, banget banget.” Kata Raina dengan lantang.

“Gue iri sama lo, soalnya lo dapetin abang gue yang cintanya besar.” Tambah gadfis itu.

Tania diam, menyimak ucapan sahabatnya. Apakah memang benar jika cinta Kahfi sebesar itu padanya? bahkan sampai perselingkuhan Bobby pria itu tau?

***

Tania menatap wajah Kahfi yang kini sedang menikmati makan siang buatannya. Mereka makan bersama, tapi tidak diluar melainkan di sebuah taman kota dengan bekal masing-masing.

Gadis itu tengah berperang dengan pikirannya usai mendengar cerita Raina pagi ini, namun ia ragu apakah harus bertanya atau tidak pada calon suaminya ini.

“Kok nggak makan?” Kahfi bertanya, menegur Tania yang hanya memperhatikannya.

“Heum? aku makan kok.” Jawab Tania, kemudian menyuap makanan ke dalam mulutnya.

Kahfi meletakkan bekalnya begitu saja, kemudian menatap Tania dengan serius.

“Ada masalah di kantor? mau cerita nggak sama saya, siapa tau saya bisa bantu?” tawar Kahfi lembut.

“Gue iri sama lo, soalnya lo dapetin abang gue yang cintanya besar.”

Tania jadi ingat ucapan Raina, apa memang benar jika selama ini dia dicintai dengan besar oleh laki-laki tampan di hadapannya ini.

“Nggak kok, aku cuma agak capek kejar beresin kerjaan. Minggu depan kan aku udah harus cuti menjelang pernikahan.” Jawab Tania.

“Oh iya, nggak sabar banget saya.” Timpal Kahfi, sembari terus menatap Tania.

“Emang nggak sabar mau ngapain?” Tanya Tania usil.

“Menurut kamu?” Kahfi balik bertanya.

“Apa yang paling bikin nggak sabar kalo abis nikah?” Tanya Kahfi lagi.

“Paling nggak jauh dari enak-enak, sama geledah aku kan.” Jawab Tania dengan frontal.

Kahfi tertawa pelan. “Oh udah tau ya, jadi nggak perlu saya jelasin lagi nanti kan.” Balas Kahfi.

Tania menekuk wajahnya, kemudian menyilangkan tangannya di depan dada.

“Jangan sekarang bayanginnya, nanti aja!” Ujar Tania galak.

“Lho, siapa yang bayangin sekarang? saya cuma lagi ngeliatin muka kamu yang cantik.” Balas Kahfi.

Wajah Tania memerah mendengar jawaban Kahfi, dia jadi malu sendiri karena berpikir macam-macam.

MALU IH TANIA

Bersambung ..................................