Terobsesi dengan seseorang yang sudah mempunyai pasangan membuat Violet Kalalova rela menjadi yang ke 2. Gadis cantik itu sedikit gila, tengil, dan nekat. Apapun akan dia lakukan untuk membuat keinginan nya terpenuhi, salah satunya menarik perhatian Jeriko Mahendra agar membuatnya menjadikan seorang istri, namun ada alasan dibalik itu semua. Ia menyimpan rahasia besar yang selama ini membuatnya merasakan dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat Perjanjian
Lova berjalan santai menuju ke kampusnya. Ia membawa mobil sendiri hari ini, tidak ingin merepotkan Kenzo karena terkahir cowok itu mengirimnya pesan akan istirahat, dan Lova tahu pasti Kenzo masih tertidur sekarang. Apa lagi Kenzo merupakan anak satu-satunya dari kedua orang tuanya. Sudah pasti Kenzo seperti anak tunggal kaya raya pada umumnya.
"Tumben nggak bareng kak Ken?" Belvi menyenggol lengan Lova yang sedang menatap lurus ke depan.
"Lagi tidur dia, capek," balas Lova diangguki Belvi mengerti.
"Biar gue tebak, pasti terjadi sesuatu sama lo, apa? Cerita gih."
Lova menoleh. Menatap Belvi dengan diam, ia teringat tadi malam. Dimana Serina menari dengan sangat erotis di depan Jeriko, lalu Jeriko menarik tubuh Serina ke pangkuan nya, keduanya bercumbu dengan penuh gairah dan...
Lova tidak sanggup lagi membayangkan apa yang terjadi setelahnya.
"Menurut lo siapa yang datengi mama Bel?"
Belvi tampak berpikir sebentar sebelum menjawab. "Nggak mungkin kan keluarga nenek lampir itu? Secara mereka nggak tau mama kamu di sana, terus siapa dong Lop? Apa-"
Keduanya sama-sama saling menatap, pikiran keduanya juga sama persis, menebak siapa orang yang kemungkinan menemui mama Lova.
"Tapi nggak mungkin juga si," ujar Lova diangguki Belvi paham.
"Ya, kali aja pengen tau gitu kan?"
"Bel, lo nggak liat gimana tatapan jijik papa gue ke mama waktu itu, nggak mungkin banget papa yang coba cari tahu tentang mama."
Belvi tidak lagi berkomentar. Ia cukup paham masalah yang Lova hadapi ini cukup pelik dan kompleks, bahkan mungkin jika Belvi di posisi Lova, mungkin gadis itu sudah mengakhiri hidupnya beberapa tahun lalu. Tetapi Lova, dengan penuh tekad, ia tetap berusaha hidup selayaknya, memendam semua yang membuat gadis itu kini menyimpan sebuah dendam.
"Lop, tuh orang liatin lo mulu nggak sih?" Belvi lagi-lagi menyenggol lengan Lova.
Lova menoleh, keningnya mengernyit mendapati orang yang baru ia kenal beberapa hari lalu kini sedang berjalan ke arahnya.
"Boleh minta waktunya sebentar non Lova?" ujar Egar setelah berhenti di depan kedua mahasiswi tersebut.
Lova dan Belvi saling pandang, lalu terlihat anggukan kepala dari Lova.
"Ada apa?" tanya-nya.
"Saya ke sini mau menyampaikan, ini perintah Riko-ah, maksud saya tuan Jeriko sedang menunggu di apartemen, kalau non Lova tidak keberatan, biar saya menunggu sampai non Lova selesai kuliah."
Bukan hanya Lova yang bingung saja sekarang, Belvi pun ikut bingung.
"Mungkin anda salah orang, tuan anda kan jelas sedang berbulan madu sekarang."
Egar tampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya tertawa mendengar ucapan Lova yang terdengar seperti cemburu di telinga Egar. Menggelikan.
"Anda benar-benar tidak tahu? Tuan Jeriko sudah pulang tadi pagi."
"Hah?" bingung Lova bersamaan dengan Belvi.
"Kalau begitu saya akan menunggu di sana, itu mobil saya, maaf sudah mengganggu waktunya."
Setelah mengatakan itu Egar pergi meninggalkan Lova yang sedang mencerna ucapan nya tadi.
"Jeriko sudah pulang?" gumam Lova tidak habis pikir, juga tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Semua terlalu tiba-tiba bagi Lova, bahkan termasuk ketika ia disuruh ke apartemen pun sampai tidak terpikirkan olehnya.
"Mau ngapain om ganteng nyuruh lo ke apart?"
Lova menatap Belvi. Kepalanya menggeleng tidak tahu apa yang diingkan Jeriko.
'Apa dia tahu gue ngintip tadi malam? Terus sekarang mau marah?' batin Lova menerka-nerka.
'anjir lah kalau emang bener, gue hadapi aja'
Seperti keinginan Jeriko. Lova kini sedang dalam perjalanan menuju ke apartemen bersama dengan Egar. Sementara mobil Lova sendiri dibawa oleh Belvi tadi.
"Kita sudah sampai," ujar Egar memecah keheningan.
Sepanjang perjalanan tidak ada obrolan di antara keduanya, sesekali Egar ingin bertanya, namun melihat Lova yang seperti sedang melamun dengan banyak pikiran membuat Egar mengurungkan niatnya.
"Dia, di sini?" tanya Lova diangguki oleh Egar.
"Saya akan kembali ke kantor sekarang," pamit Egar diangguki oleh Lova.
"Terimakasih."
Lova berjalan dan masuk ke dalam lift, menuju ke apartemen. Sesampainya di depan pintu, Loba terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya memencet bel. Ia tidak tahu password untuk masuk ke dalam, jeriko pun tidak memberitahunya.
Tidak butuh waktu lama. Pintu apartemen terbuka, Jeriko dengan kaos putih polos yang membuat tubuhnya tercetak dengan jelas dan terlihat lebih gagah kini berdiri di depan Lova. Keduanya saling tatap untuk waktu yang cukup lama. Bahkan kemunculan Jeriko dari balik pintu seakan menghipnotis Lova, gadis itu ingin sekali bersandar di dada bidang laki-laki tampan yang kini sudah menjadi suaminya itu.
Tersadar karena deheman Jeriko. Lova segera masuk mengikuti Jeriko dari belakang.
"Om kenapa nyuruh saya ke sini?"
Tidak ada jawaban dari Jeriko. Membuat Lova mendesah kesal. Sebenarnya untuk apa Jeriko menyuruhnya datang ke apartemen? Apa Jeriko hanya ingin mengerjainya saja. Membuang waktunya.
"Om masih punya telinga kan?"
Jeriko menoleh, menatap Lova yang berdiri tidak jauh darinya.
"Apa? Kenapa nyuruh saya ke sini? Bukan nya om harusnya sedang berbulan madu sama istri om?"
Langkah Jeriko mendekat ke arah Lova. Berdiri dengan jarak yang cukup dekat dengan gadis itu, bahkan kini wangi cendana dari Jeriko dapat Lova hirup, membuat Lova merasakan aneh dalam dirinya, menginginkan laki-laki itu lebih dari sekedar saling menatap seperti sekarang ini.
Sungguh, Lova menginginkan hal lebih diantara keduanya saat ini, tidak peduli sekalipun Jeriko baru saja bersama dengan Serina, targetnya sekarang ialah cepat hamil anak Jeriko, Lova sudah memikirkan dengan matang, untuk berjaga-jaga dari keluarga Jeriko nanti jika suatu saat pernikahan nya terbongkar.
"Kalau tidak ada yang ingin dikatakan, saya akan pulang sekarang."
"Mari buat surat perjanjian," suara berat Jeriko menginterupsi, seakan tersihir, Lova langsung hanyut hanya dengan mendengar suara berat laki-laki itu, apa lagi dengan jarak yang sangat dekat seperti sekarang.
Napas Lova mulai tercekat, Jeriko perlahan semakin mendekat, memojokan Lova dengan langkah demi langkah yang kian dekat.
'Apa sebenarnya maunya om ini?' batin Lova saat kedua tangan Jeriko memenjara Lova di balik dinding. Mengungkung Lova agar gadis itu tidak pergi.
"Perjanjian?" tanya Lova berusaha tetap tenang.
Jujur ia sedikit takut melihat gelagat dan juga tatapan tajam Jeriko padanya saat ini, tetapi tidak dipungkiri, kesan mengerikan yang Jeriko berikan padanya sekarang membuat Lova semakin menginginkan lebih laki-laki itu.
"Ya, kita harus buat surat perjanjian."
"Tapi, untuk apa?"
Bukan nya menjawab, Jeriko malah semakin menatap dalam Lova, wajahnya semakin dekat yang membuat Lova rasanya ingin pingsan detik itu juga, mau sekuat apapun Lova, nyatanya dihadapi dengan laki-laki seperti Jeriko membuat Lova tidak bisa menjaga semua yang ada pada dirinya. Jangan tanyakan jantung Lova yang sedari tadi sudah berdetak dengan sangat hebat. Gadis itu bahkan sampai menggigit pipi bagian dalamnya saat suara Jeriko terdengar begitu dekat,menyapu sekitar permukaan kulit lehernya yang memberikan sensasi aneh pada diri Lova.
"Untuk pernikahan ini."
lebih panjangin lagi ka ceritanya😂