My Husband Bodyguard

Kari tidak bisa bergerak. Napasnya tercekat di tenggorokan. Tubuh kecil itu memeluknya erat seperti anak yang akhirnya bertemu kembali dengan ibunya setelah lama terpisah. Dan panggilan itu…

"Mommy," kata yang membuat seluruh dinding pertahanan yang ia bangun selama ini runtuh dalam sekejap. Ia menatap Jacob.

"Noah, putra kita. Kau yang menamainya." ucap Jacob seolah tahu arti tatapan Kari padanya.

Kari masih mematung. Noah? Dia yang menamainya? Jacob hanya bilang dia istri dari pria itu, tidak mengungkit tentang mereka punya anak.

"Noah ..." ucapnya tanpa sadar, seolah nama itu terukir dalam hatinya bahkan ketika ingatannya mengkhianatinya. Jemarinya yang semula kaku kini terangkat pelan, menyentuh rambut lembut si kecil yang kini menengadah menatapnya dengan mata bulat penuh harapan.

"Kamu panggil apa tadi? Mommy?" tanyanya lirih.

Noah mengangguk cepat.

"Iya! Daddy bilang akan bawa mommy pulang. Noah tunggu mommy pulang tiap hari! Mommy ... Mommy masih ingat Noah, kan?"

Kari tercekat, ingin menjawab ya, tapi tak bisa membohongi anak kecil itu. Ia berlutut perlahan, menyamai tinggi Noah, memeluk tubuh kecil itu lebih erat. Ada air mata yang jatuh di pipinya, tapi kali ini bukan karena takut, sedih, atau kecewa. Ia sendiri tak tahu namanya apa. Yang ia tahu, detak jantungnya seperti menari dalam irama yang telah lama dilupakan.

Jacob berdiri tak jauh, juga menatap mereka dengan mata berkaca. Momen itu terasa sakral baginya, momen yang telah ia harapkan selama bertahun-tahun. Dan kini akhirnya terjadi. Dia tidak pernah percaya isterinya meninggal karena tidak pernah melihat mayatnya, dan ia selalu menunggu setiap hari. Menunggu sang istri pulang. Kini, semua harapannya terkabul. Meski tidak ingat mereka lagi, tapi sang istri kini berdiri di depan mereka.

"Aku ..." suara Kari tertahan sebentar. Sebelum mengganti kata aku dengan ...

"Mommy belum ingat," bisik Kari di telinga Noah,

"Tapi, anehnya ... Mommy merasa sudah mengenal Noah dari lama. Dan kamu sangat berharga buat mommy."

Noah tersenyum, dan senyum itu seperti pelangi setelah badai bagi Kari. Air matanya jatuh membasahi pipinya. Entah kenapa ia ingin menangis melihat bocah kecil itu. Ia merasa seperti sesuatu yang hilang dari hidupnya kini kembali. Merasa bahwa Noah sungguh-sungguh adalah buah hatinya.

Melihat Kari menangis, Noah ikut menangis.

"Hiksss ... Mommy ke mana aja? Noah dan daddy kangen mommy tiap hari. Daddy bilang mommy di culik orang jahat. Kadang Noah sering lihat daddy nangis diam-diam sambil natap foto mo-mommy hiks ... hiks ..." Noah menangis sambil memeluk Kari erat-erat, sementara Kari menatap Jacob lama karena apa yang dikatakan bocah tersebut. Pria itu tersenyum lembut.

"Pokoknya mommy harus tidur di sebelah Noah malam ini! Daddy juga!"

Kari menoleh pada Jacob, masih ada kecanggungan di hatinya. Tapi tidak mungkin dia menolak, dia merasa tidak tega pada Noah.

"Noah putra kita, Siya. Kamu pasti bisa merasakan di hatimu kalau ada ikatan batin ibu dan anak di antara kalian bukan?"

Kari tidak menjawab. Tapi dalam hatinya ia mengangguk.

"Mom, daddy, Noah mau ke kamar. Noah mau nunjukin gambar Noah ke mommy!" seru Noah kemudian. Masih ada sisa-sisa air mata di pipinya.

"Ayo ke kamar." ucap Kari lembut.

Kemudian berdiri dan menggenggam tangan Noah.

Noah berseru girang dan menarik tangan Kari memasuki rumah besar itu. Bocah itu berlari naik ke lantai atas lebih dulu. Katanya mau mengatur kamarnya yang berantakan.

Kari tertawa kecil merasa lucu dengan tingkah bocah kecil tersebut. Matanya menyapu seisi rumah besar tersebut. Interior dalamnya bahkan lebih menakjubkan dari luar.

Dinding-dinding marmer putih, tangga besar melingkar dengan pegangan ukir emas, dan lukisan-lukisan klasik di dinding menyiratkan keanggunan serta kemewahan. Tapi bukan itu yang membuat hati Kari terasa aneh. Melainkan foto-foto besar yang tergantung di dinding utama ruang tamu.

Salah satu foto memperlihatkan wanita yang sangat mirip dengan dirinya mengenakan gaun putih, tersenyum bahagia di pelukan Jacob. Di foto lain, ia tengah duduk di sofa sambil memangku bayi mungil ... Noah.

Tubuhnya melemas. Ia mendekat ke salah satu foto, menatap wajahnya sendiri dalam gambar itu. Bahagia. Penuh cinta. Dia dan wanita di dalam foto itu bagaikan pinang di belah dua.

Apa wanita itu benar-benar diriku?

Gumamnya dalam hati. Wajahnya masih tak lepas dari foto tersebut.

"Itu benar-benar kau. Lihat, ada tahi lalat kecil di bawah matanya." Jacob mendekat dan bicara pelan di telinganya. Kari sempat kaget pria itu tiba-tiba berdiri sangat dekat padanya. Tetapi pandangannya tetap lurus pada wanita mirip dirinya dalam foto, melihat ke bawah matanya. Ia tertegun sesaat.

Ya,wanita itu benar-benar aku.

Ia yang berada dalam foto tersebut terlihat sangat bahagia. Ya ampun, jadi apa yang sudah terjadi padanya bertahun-tahun ini? Sampai harus jatuh ke tangan laki-laki brengsek seperti Lordan?

Kari menunduk. Dadanya terasa sesak, perih seperti ditusuk ribuan jarum. Keluarganya benar-benar membohonginya. Bukan, mereka bukan keluarganya. Jacob dan Noah, anak dan ayah ini barulah keluarganya yang sebenarnya.

Jacob yang seolah tahu sang istri tidak baik-baik saja, memegang pundaknya lembut.

Beberapa saat kemudian, suara Noah dari atas memanggil mereka.

"Moommmyy! Ayo ke kamar! Noah mau cerita dongeng sebelum tidur siang!"

Kari tertawa kecil, sebuah tawa yang menggetarkan seluruh tubuh Jacob. Ia belum pernah mendengarnya lagi sejak kehilangan istrinya enam tahun lalu.

"Baiklah, mommy naik." sahut Kari.

Ia melangkah menaiki tangga bersama Jacob di belakangnya. Di kamar yang di dekor dengan warna pastel dan penuh boneka, Noah sudah melompat-lompat di tempat tidur. Di sisi lain kamar, ada ranjang dewasa dengan selimut rapi. Di atas meja kecilnya, tergantung foto keluarga mereka bertiga.

Kari duduk di pinggir tempat tidur Noah, menyelimutinya, lalu menatap wajah kecil itu dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Meski pikirannya belum utuh, hatinya sudah memilih. Anak ini ... lelaki kecil ini adalah bagian dari dirinya. Ia bisa merasakannya.

"Noah suka cerita tentang naga?" tanyanya.

Mata Noah membulat gembira.

"Suka banget!"

"Kalau begitu ... Mommy akan cerita tentang mommy naga yang kehilangan ingatannya dan terbang keliling dunia untuk menemukan sarangnya lagi ..."

Dan siang itu, Kari bercerita, dengan Jacob duduk diam di sofa di pojok kamar, mendengarkan suara lembut istrinya, suara yang sudah lama dirindukannya.

Hari rasanya berjalan sangat pelan. Tapi untuk pertama kalinya, tidak ada rasa takut di hati Kari.

Hanya ada kehangatan, dan rasa ingin tahu akan masa lalunya yang kini perlahan-lahan mulai terbuka.

Dan ... ia tak sabar menelusurinya bersama mereka. Bersama keluarganya yang asli.