"Kau tidak punya pilihan lain selain menikah dengan ku Embun."ucap Alfaro.
Sementara gadis yang kini tengah menundukkan kepalanya itu tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Hanya karena satu peristiwa yang terjadi di malam kelahirannya gadis itu harus terjebak bersama seorang pria yang tidak pernah ia kenal sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Leon kini sudah bisa tenang karena Dilara sudah tidak lagi marah padanya seperti satu jam yang lalu, Leon bahkan tengah menikmati layanan sang istri yang kini tengah memasak makanan untuk dirinya meskipun itu terlihat simpel dan sederhana.
Hanya telur dadar ditambah nice potato dan ditaburi parutan keju dan saus tomat juga tidak lupa mayonais. Itu masakan ala-ala Dilara tapi rasanya cocok di lidah Leon entah karena itu dimasak oleh sang istri atau memang Leon tidak pemilih makanan yang jelas saat ini Leon terlihat begitu menikmati makanan tersebut.
Tidak hanya itu, Dilara pun mampu menyajikan itu dengan sangat cantik dan menarik.
Saat Leon sedang makan ditemani oleh sang istri, tiba-tiba Alexa datang dan langsung minta disuapi. Alhasil semua langsung kacau balau dan tatapan maut Leon Adam dapatkan.
"Nona Alexa bukankah sudah saya bilang anda dilarang turun saat ini?"ucap Adam yang kini menatap tajam pada Alexa.
"kenapa? Memangnya aku turun juga untuk menemui suamiku sendiri."ucap Alexa dengan sengaja.
"A apa?! suami!"ucap Dilara yang kini langsung bangkit dari duduknya.
"Honey please jangan salah faham dia asal bicara honey!"Leon langsung bangkit dan piring itu langsung terlempar berantakan di lantai dengan bunyi yang begitu nyaring karena menjadi pecahan kecil akibat perbuatan Leon
"Sayang kamu mau kemana?"ujar Alexa yang kini ditahan oleh Adam.
Sementara Leon bergegas mengejar Dilara dengan menggunakan lift.
Dilara sendiri kini tengah meraih coat nya dan juga celana jeans panjang yang sempat ia beli dan juga blush dengan lengan panjang yang cukup untuk menahan dinginnya cuaca saat ini.
Namun saat Dilara hendak menggunakan semua itu tangan kekar suaminya itu menghentikan pergerakan Dilara."Mau kemana honey, kamu sedang salah faham mengertilah honey Alexa itu mengidam gangguan jiwa itulah kenapa aku mengamankan dia bersama ku."ucap Leon.
"Alasan macam apa lagi yang ingin kamu berikan padaku tuan, aku bukan anak kecil yang setiap detik bisa kamu bohongi... aku lelah lebih baik kamu nikmati saja hidup mu dengan nya, dan untuk mendapatkan anak kamu tidak perlu bersusah payah menjebak wanita lain untuk menikah, bukankah kamu bisa mendapatkan anak dari wanita manapun."ucap Dilara yang kini terlihat sangat murka.
Leon pun tidak berusaha untuk menghentikan ucapan Dilara, agar dia bisa merasa lega dan tidak menyimpan uneg-uneg nya di dalam hati.
"Honey aku tau ini tidak masuk akal bagimu karena Alexa terlihat sangat normal dan baik-baik saja, tapi dia sebenarnya memiliki gangguan jiwa atau depresi berat, dan tidak bisa mendapatkan tekanan sedikit saja jadi aku hanya bisa mengalah sambil mencari solusi nya. Andaikan saja aku tidak memiliki hutang budi terhadap kakaknya mungkin aku tidak perlu melakukan hal ini."ucap Leon.
"Dia itu cintamu, jangan kau cari alasan tuan karena aku tidak akan pernah percaya."ucap Dilara.
"Honey, itu dulu jauh sebelum kakak nya meninggal dunia."ucap Leon.
"Tapi bukankah dia itu kembar, jadi kakak nya yang mana lagi ayo cerita aku akan mendengarkan bualan mu hingga kau puas."ucap Dilara yang kini membuat Leon menatap tajam kearah Dilara .
"Honey apa kamu pikir ini hanya lelucon hmm? Ayo ikut aku biar kamu tau ini dan tidak lagi cemburu berlebihan seperti ini honey karena aku hanya mencintaimu seorang."ucap Leon yang kini menarik tangan Dilara untuk ikut dengan dirinya agar Dilara melihat semuanya itu dengan mata kepala sendiri.
Leon sendiri bisa mengerti jika Dilara gampang marah dan cemburu meskipun kecemburuan nya itu tepat sasaran karena Alexa memang mantan kekasih Leon, tapi sudah lama mereka berpisah.
Dan saat ini yang Leon lakukan adalah untuk membalas budi pada sahabatnya yang telah menyelamatkan dirinya saat itu.
"Jika seperti itu kenapa kau tidak menikahi nya saja, bukankah baik atau pun buruk dirinya kamu tetap bertanggung jawab, dan lagi aku yakin cepat atau lambat kalian akan memiliki hubungan spesial, Sekar mumpung kita belum memiliki anak kamu bisa ceraikan aku."ucap Dilara.
"Honey apa kamu tidak memiliki rasa padaku kenapa kamu selalu meminta perpisahan dan juga meminta ku untuk menikahinya pernikahan kita baru saja berjalan beberapa minggu."ucap Leon.
"Kau yang membuat ku begitu tuan."ucap Dilara.
"Kamu belum mengenal lingkungan dan orang di sekitar mu honey termasuk aku hingga kau selalu berfikiran sempit seperti ini."ucap Leon.
"Terserah kau saja tuan aku tidak mau lagi bicara dengan mu."ucap Dilara yang kini bergegas pergi meninggalkan Leon, namun Leon langsung menghentikan langkahnya.
"Leon!"jerit Dilara saat tubuhnya digendong oleh Leon menuju sebuah ruangan dimana dia tidak pernah melihat ruangan tersebut.
Dilara memang tidak pernah tau seluruh ruangan di rumah tersebut, dan kini Leon langsung mengunci pintu ruangan yang lebih mirip dengan ruang perpustakaan karena sekeliling ruangan tersebut dikelilingi rak buku yang menjulang tinggi dan melingkar seperti kubah masjid dan ditengah-tengah ruangan tersebut terdapat satu set sofa yang terlihat sangat estetik juga meja kerja milik Leon yang kini mendudukkan Dilara di kursi kebesaran nya itu.
"Kamu bisa lihat semuanya disini honey bagaimana perlakuan ku terhadap wanita itu selama ini setelah aku menikah dengan mu."ucap Leon yang kini menyalakan komputer yang ada di hadapan Dilara, setelah itu ia mengetik sesuatu disana dan akhirnya seluruh ruangan rumah itu tampak depan angka-angka yang menjadi nomor urut di setiap ruangan tersebut.
"Periksalah honey, kamu berhak tau tentang semua nya sekarang kamu adalah istriku satu-satunya dan tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun."ucap Leon tulus.
Dilara tidak kunjung melakukan apapun yang diperintahkan oleh Leon kecuali diam di tempatnya.
Sampai saat Leon mulai mengklik waktu dan dimulai sejak kedatangan Dilara saat itu, Dilara pun hanya menatap layar komputer tersebut yang kini memperlihatkan seluruh ruangan termasuk kamar mereka berdua, dan wajah Dilara langsung merah merona saat melihat rekaman adegan ranjang mereka berdua.
Dia meminta Leon untuk me skip video tersebut, dan berkata kenapa kamar nya terdapat cctv sehingga seluruh kegiatan itu terlihat terang benderang termasuk saat dia berada di dalam kamar mandi.
"Jangan takut honey semua ini demi keamanan di rumah ini, dan ini hanya ada di sini yang lengkap dan di ruang kontrol kamar kita tidak ada semua ini."ucap Leon tegas.
Sampai saat Leon memperlihatkan kamar yang ditempati oleh Alexa sejak kedatangan wanita itu ke rumah tersebut saat setelah Leon menikah.
...🪵🪵🪵...
Hati Dilara mulai diliputi rasa bersalah karena ternyata yang dikatakan oleh Leon semuanya benar adanya dan saat ini dia tengah ditatap lekat oleh Leon.
"Maaf."lirih Dilara.
"Lain kali kalau kamu ragu dengan kata-kata ku honey kamu bisa datang kesini untuk melihat semuanya, dan ruangan ini hanya bisa dimasuki oleh mu dan asisten pribadiku."ucap Leon tegas.
"Maafkan aku."ulang Dilara lagi karena Leon tidak kunjung membalas permintaan maaf tersebut.
"Sudah aku maafkan sayang sejak awal, aku bahkan tidak pernah marah dan kecewa dengan sikap mu."ucap Leon tegas.
"Lalu bagaimana dengan Alexa, kenapa tidak dirawat di rumah sakit jiwa saja?"ucap Dilara.
"Aku akan melakukan hal itu jika saja aku tidak teringat akan sahabat ku yang meminta ku untuk menjaga nya walau apapun yang terjadi."ucap Leon.
Dilara pun langsung mengangguk pelan setelah itu ia pun menatap ke sekeliling ruangan tersebut tanpa dia sadari bibir suaminya kini telah meraup bibir nya.
Leon yang sebenarnya masih sangat lapar kini mengobati rasa lapar itu dengan cara yang tidak pernah Dilara bayangkan yaitu bercinta di ruangan tersebut meskipun dengan terpaksa Dilara mengikuti keinginan suaminya itu.
Dilara yang kini hanya bisa pasrah saat suaminya meminta dia bekerja keras diatas pangkuan Leon yang kini terlihat menikmati semua itu bahkan dengan agresif nya iya membantu pergerakan Dilara untuk lebih cepat.
Dilara yang sedari tadi menahan sesuatu yang ingin keluar pun sudah tidak bisa lagi menahan nya, hingga lenguhan panjang dan tubuh nya yang terpelanting ke belakang itu menjadi saksi dari kenik**Tan yang kini ia rasakan disusul oleh Leon yang akhirnya tembakan itu tepat sasaran.
"Honey I love you so much."ucap Leon.
"Too sayang."balas Dilara yang kini kembali mendapatkan ciuman panas dari Leon.
Semua itu belum berakhir sampai saat Adam menghubungi Leon karena Alexa kembali hampir melakukan percobaan bunuh diri gara-gara dia tidak bisa bertemu dengan Leon saat ini.
Sementara Leon bahkan tidak bisa dihubungi bukan karena dia tidak tau handphone nya bergetar, tapi dia tidak ingin momen terindahnya itu terganggu.
Waktu begitu cepat berlalu sejak hari itu, Leon dan Dilara tidak terpisahkan kecuali saat Leon melakukan perjalanan bisnis, dan seperti biasanya Alexa ia bawa pergi bersamanya karena tidak ingin istrinya itu celaka.
Ditambah lagi kedatangan kedua mertuanya yang kini terlihat sangat bahagia bisa berkumpul dan menghabiskan waktu dengan putri semata wayangnya itu.
Embun bahkan memasak makanan setiap hari untuk putrinya yang begitu merindukan semua tentang dirinya.
Sementara Alfaro sibuk mengajak putrinya itu untuk bermain golf di belakang rumah yang merupakan halaman belakang rumah tersebut.
Ketiganya begitu bersuka cita saat ini meskipun ada sesuatu yang kurang diantara mereka yaitu Damian yang tidak bisa hadir di sana karena kesibukan nya.
"Sayang apa sudah ada tanda-tanda"ujar Embun saat Dilara kembali untuk beristirahat di sofa yang ditempati oleh Embun saat ini.
"Tanda-tanda apa mom?"ujar Dilara.
"Baby sayang."ucap Embun yang kini mengusap lembut perut Dilara.
"Hmm... doakan saja mom, tapi Dilara takut perut Dilara membesar itu pasti sakit kan mom?"ucap Dilara yang kini membuat ibu dan ayahnya terkekeh geli.
"Kamu ini ada-ada saja sayang, bagaimana bisa sakit, semua itu terjadi secara alami dan perlahan tanpa wanita sadari."ucap Embun menjelaskan disela tawa bahagia mereka.
"Begitu ya mom, terus dimana perjuangan nya kalau itu tidak terasa."ucap Dilara.
"Saat mengandung dan melahirkan sayang."balas Embun.
"Hmm..."lirih Dilara yang kini kembali duduk di tengah-tengah kedua orang tuanya dan bergelayut manja pada keduanya.
"Apa dia tidak pernah pulang seperti saat ini, dan itu wanita kenapa harus selalu ikut dengan nya?"ujar embun yang begitu khawatir dengan kondisi rumah tangga putrinya itu.
"Dia melakukan semuanya itu demi pekerjaan nya dan juga keamanan ku mom, Alexa mengalami gangguan jiwa dan hanya Leon yang mampu mengendalikan wanita itu."ucap Dilara menjelaskan.
"Apa?! Apa tidak salah suamimu menempatkan mu dengan wanita yang mengidap gangguan jiwa?"ujar Alfaro yang begitu kaget.
"Hmm.. Daddy tidak usah khawatir rumah ini aman untuk aku karena Leon sudah memperhitungkan semuanya, buktinya aku masih baik-baik saja dan yang membuat ku tidak baik-baik saja adalah aku tidak bisa jauh dari kalian semua."ucap Dilara yang kini memeluk keduanya.
"Leon sering cerita tentang itu, bahkan dia bilang kamu selalu marah padanya saat kamu merindukan mommy dan daddy princess."ucap Embun.
"Dia sering menghubungi mommy dan daddy? lalu kenapa tidak beritahu aku tentang itu."ucap Dilara.
"Dia sengaja ingin membuat mu belajar untuk tidak terus bergantung pada mommy dan daddy, agar kamu bisa betah di istana baru mu."ucap Embun.
"Ah... aku tidak mau.... kalian membohongi ku"ucap Dilara yang kini merengek manja pada keduanya.
"Princess sekarang ini kamu sudah menikah, jadi sudah seharusnya kamu hidup mandiri. Mommy pun dulu seperti itu. Bahkan mommy jauh lebih mandiri sejak kecil melewati kesulitan tingkat tinggi. Tapi mommy mampu bertahan hingga takdir mempertemukan mommy dan daddy dan ujian hidup mommy tidak berhenti disitu kamu juga tau sendiri kan sayang, tapi semoga kamu tidak mengalami semua kesulitan itu."ucap Embun yang kini mengecup puncak kepala putranya lalu turun ke seluruh wajahnya.
"Nyonya muda, tuan sudah datang."ucap Adam yang datang terlebih dahulu bersama Alexa yang kini langsung diantar ke dalam kamarnya.
Dilara pun langsung bangkit dan bergegas menyambut Leon yang baru saja turun dari mobil nya. Di lobby Mansion tersebut keduanya saling tatap dan kemudian saling memeluk hingga Leon mendaratkan kecupan di bibir istrinya yang sangat ia rindukan.
"I miss you so much honey bagaimana kabar mu."ucap Leon yang kini semakin mengeratkan pelukannya dan kemudian menggendong Dilara yang reflek mengalungkan lengannya di leher suaminya itu.
"Aku baik sayang bagaimana kabar mu?"ucap Dilara yang kini meminta diturunkan karena malu dilihat oleh orang tuanya.
"Mom dad kami keatas dulu."ucap Leon yang diangguki oleh keduanya.
Alfaro dan Embun terlihat bahagia melihat keromantisan yang ditunjukkan oleh Leon dengan putrinya itu.
Sesampainya di dalam kamar, keduanya lanjut melepas rindu dengan bercinta. Lagipula Leon sudah bersiap untuk itu sejak diperjalanan pulang tadi karena dia sudah tidak kuat menahan rindu yang terasa begitu berat.
Andaikan saja Dilara bisa ikut dalam perjalanan bisnisnya itu, mungkin dia tidak perlu menahan rindu.
ajaran dari mana itu ????????