"Kau tidak punya pilihan lain selain menikah dengan ku Embun."ucap Alfaro.
Sementara gadis yang kini tengah menundukkan kepalanya itu tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Hanya karena satu peristiwa yang terjadi di malam kelahirannya gadis itu harus terjebak bersama seorang pria yang tidak pernah ia kenal sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Mereka pun berangkat dengan pesawat tersebut hingga setengah jalan pesawat itu dihentikan di bandara tempat mereka transit untuk mengisi bahan bakar dan disana mereka dibuat kaget saat melihat Leon diikuti rombongan para bodyguard yang kini menghampiri mereka yang sedang makan malam.
"Honey sudah cukup main-main nya sekarang waktunya pulang."ucap Leon yang kini terlihat dingin.
"Sayang aku tidak mau pulang ke rumah mu, aku mau pulang ke rumah orang tua ku."ucap Dilara yang kini bercucuran air mata.
"Kamu bisa lakukan itu setelah anak kita lahir dan cukup umur."ucap Leon.
"Sayang please aku mohon aku tidak betah tinggal disana, aku tertekan dengan suasana rumah mu itu aku ingin pulang!"ucap Dilara yang akhirnya bertekuk lutut di hadapan Leon.
"Dilara bangun jangan seperti ini, kamu tidak pantas untuk memohon kepada nya. Dia bukan tuhan yang akan mengabulkan semua keinginan mu."ucap Damian.
"Kalian silahkan lanjutkan perjalanan dengan nyaman istriku akan kembali bersama ku."ucap Leon yang kini membantu Dilara untuk bangkit.
"Lepaskan adikku, dia tidak mencintai mu. Ini adalah kejahatan besar kau sudah memaksa orang adikku untuk menjadi mesin pencetak anak dengan kedok pernikahan."ucap Damian.
"Kau tau apa tentang ku kakak ipar, jadi sebaiknya kau urus saja urusan mu."ucap Leon dengan tegas.
"Kau adalah pria licik tuan, aku tidak akan pernah membiarkan mu membawa adikku."ucap Damian yang kini hendak meraih Dilara tapi orang-orang Leon langsung menghadang pria tampan itu.
"Kau tidak akan mampu melakukan itu jadi lebih baik menyerah atau selamanya kau tidak akan pernah bertemu dengan istriku lagi."ucap Leon dengan tegas.
"Leon semua masih bisa dibicarakan ayolah tidakkah kau merasa kasihan terhadap istrimu jika terjadi apa-apa dengan janin yang ada di rahimnya. Dilara hanya ingin hidup bahagia. Yaitu kembali ke rumah nya apa kamu tidak bisa mengabulkan keinginan istrimu?"ujar Embun.
"Tapi anda sudah membuat saya kecewa dengan cara ini."ujar Leon.
"Kami memiliki alasan tersendiri kenapa kami melakukan semua ini."ujar Alfaro.
"Alasan apa? Kalian hanya terhasut oleh perkataan istriku yang salah faham dengan semua yang ada saat ini tanpa konfirmasi dariku."ucap Leon yang kini menatap lekat wajah Dilara yang penuh kesedihan.
"Tapi semua itu benar, kamu bahkan sering mengancam ku untuk melenyapkan mereka dengan semua yang kami miliki setiap kali kamu marah."ucap Dilara tegas.
"Marah? Apa aku pernah marah padamu honey, bukankah selama ini yang selalu marah tidak jelas itu kamu karena cemburu pada Alexa?"ujar Leon yang memang ada benarnya.
"Tapi kamu pernah marah saat aku kabur dan kamu hampir membunuh orang yang telah menampung ku tuan, aku tidak mau terus berada di antara kalian dan lagi tujuan mu hanya anak ini bukan?! setelah mereka lahir nanti kamu akan membuang ku begitu saja."ucap Dilara yang kini terlihat frustasi.
"Sayang jaga emosi mu ingat jangan tegang kamu,"
"Ahh... sakit,"dan benar saja ketakutan Embun itu terjadi. Dilara kini terlihat kesakitan sambil memegangi perutnya.
"Honey."ucap Leon yang kini langsung meraih tubuh istrinya.
"Sakit,"rintih Dilara yang kini merasakan keram di bagian perut bawah nya.
"Kerumah sakit terdekat ayo!"teriak Leon yang kini menggendong istrinya menuju rumah sakit yang tidak jauh dari area bandara tersebut diikuti oleh keluarga Dilara dan orang-orang nya kecuali Hugo yang kini terlelap tidur setelah sempat meminum air yang diberikan oleh pelayan resto yang ada di area bandara tersebut.
Sesampainya di ruang UGD rumah sakit tersebut, Dilara langsung ditangani oleh dokter Obgyn melalui pemeriksaan khusus ibu hamil Antara lain USG dan pemberian obat agar Dilara bisa rileks khusus ibu hamil.
Beruntung ketiga janinnya sangat kuat hingga tidak terjadi keguguran, namun bila itu terjadi terus menerus kehamilan trisemester pertama rentan mengalami keguguran.
Leon yang mendengar penjelasan dari dokter tersebut, dia merasa sangat kaget dan saat ini dia terlihat sangat khawatir terhadap calon anak dan juga pada istrinya itu.
"Leon mommy minta maaf, tapi sebaiknya kamu mengikuti keinginan istrimu dulu sampai saat dia melahirkan ketiga anak kalian, lagipula keinginan nya tidak muluk-muluk dia hanya ingin tetap tinggal bersama kami itu saja."ucap Embun dengan lembut.
Leon hanya terdiam untuk beberapa saat sambil menatap lekat wajah istrinya yang kini tengah terlelap dalam pengaruh obat.
"Tapi itu tidak mungkin kecuali kalian yang tinggal di rumah kami, karena saya harus mengurus semuanya disana."ucap Leon.
"Kami tidak mungkin selamanya tinggal bersama kalian di rumah kalian, Karena Damian juga sibuk dia juga butuh kami. Tapi kamu bisa menemui istrimu kapan saja meskipun hanya satu kali dalam satu bulan."ucap Embun.
"Baiklah tunggu sampai istriku bangun."ucap Leon yang kini terlihat berat menerima keputusan itu.
Embun bahkan sempat meragukan ucapan putrinya mengenai Leon yang tidak memiliki rasa terhadap Dilara selama ini jika melihat keadaan seperti saat ini.
"Mommy tidak akan memaksa mu jika kamu tidak setuju, tapi coba pikirkan keselamatan calon anak mu."ucap Embun lagi.
"Hmm... baiklah aku akan memberikan izin untuk sementara waktu sampai keadaan nya stabil nantinya aku akan kembali membawa istriku pulang."ucap Leon dengan berat hati.
Sampai saat Dilara membuka mata, dia melihat kearah sekelilingnya, dimana kini Leon berada di ruangan tersebut bersama Embun.
"Honey kamu sudah bangun."ucap Leon yang kini terlihat lega.
Dilara hanya menatap wajah tampan yang kini tersenyum padanya."Kamu boleh tinggal bersama mereka aku akan menunggu mu sampai kamu siap untuk kembali tinggal di rumah kita sekarang kamu bisa pergi bersama mereka honey, besok lusa aku akan mengirim semua kebutuhan mu untuk selama tinggal disana."ucap Leon yang disambut dengan raut wajah bahagia Dilara.
"Benarkah?"ucap Dilara yang kini berusaha untuk bangkit.
"Hmm... Tapi kamu harus janji tidak boleh stress dan jaga buah hati kita dengan baik mulai hari ini kita hanya akan bertemu satu kali dalam dua minggu kedepan sesuai jadwal ku. Ingat jangan melirik pria lain karena aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi, I love you honey."ucap Leon yang kini mengecup kening Dilara kemudian bangkit dan beranjak pergi meninggalkan Dilara yang kini terlihat merasa bersalah.
"Sayang, maaf"lirih Dilara yang tidak bisa Leon dengar karena langkahnya begitu cepat.
Kecewa, itu sudah pasti Leon rasakan. Hanya saja ia tidak mungkin membiarkan istri dan anaknya tersakiti karena keegoisan nya. Biarlah untuk saat ini Leon mengalah demi kebaikan bersama. lagipula Leon juga tidak bisa selamanya berada di samping Dilara, Dia adalah pria yang sangat sibuk.
Dilara pun akhirnya kembali meneruskan perjalanan tanpa ia sadari bahwa Leon ada di sudut bandara itu menatap kepergian istrinya yang seakan berat untuk melangkah dan itu terlihat dari Dilara yang terus melirik ke segala arah yang ia lewati dan entah apa yang ia cari atau yang tengah ia cemaskan.
...🪵🪵🪵...
Sesampainya di negara kelahiran kedua orang tuanya Dilara sudah merasakan ada yang hilang dari hidupnya dan saat ini hatinya terasa kosong.
Namun ada hal yang menjadi obat untuk semua rasa itu, yaitu kehangatan keluarga dan rumah yang sudah beberapa bulan lalu ia tinggalkan.
Jika di rumah Leon dia merasa tidak ada kehangatan didalamnya itu karena Leon tidak memiliki hubungan baik dengan keluarga nya. Kecuali dengan sang daddy dan neneknya, mereka memang selalu bersikap seperti orang asing, ditambah lagi Leon tidak pernah tinggal bersama mereka.
Selama ini ia lebih dekat dengan Adam yang merupakan anak dari asisten pribadi sang daddy yang kini menjadi tangan kanannya.
Adam masih dalam perawatan saat ini setelah perkelahian nya dengan Hugo, ada beberapa bagian tubuh yang cedera karena Hugo selalu tepat sasaran saat ia menghajar Adam.
Saat ini Leon pun sudah berada di kediaman nya, dia disambut dengan tangis Alexa yang kini memeluknya erat sambil berkata bahwa ia sangat merindukan Leon. Bahkan Alexa berhasil mencuri kecupan di bibir Leon yang hampir saja mendorong nya dengan kasar jika saja Leon tidak ingat dengan keadaan Alexa.
Saat ini Leon hanya berusaha menghindar dari wanita cantik itu, karena dia tidak ingin menyakiti nya lebih jauh lagi untuk menjaga kesehatan mental nya itu.
"Alexa lain kali jangan ulangi itu lagi, ingat aku sudah punya istri dan calon anak-anak."ucap Leon dengan lembut tapi penuh penekanan.
"Tidak Leon kamu hanya milikku! Aku tidak mau membagi mu dengan orang lain."ucap Alexa.
"Sebaiknya kamu pergi ke kamar mu dan istirahat aku sedang sangat lelah."ucap Leon yang kini pergi meninggalkan Alexa yang tengah mengepalkan tangannya.
Entah secerdas apa Alexa hingga bisa membohongi orang yang sangat cerdas seperti Leon yang tegas dan dingin di luar meskipun masih memiliki kelembutan hati yang dulu pernah Alexa miliki.
Leon sendiri pun tidak pernah mencari tahu tentang semua itu lebih dalam lagi karena dia tau tidak mungkin ada orang yang benar-benar waras mau menjadi gila karena sebuah tujuan.
Dan lagi Leon tidak akan pernah rugi dengan itu, karena yang akan tersiksa adalah orang itu sendiri, karena yang Leon berikan selama ini adalah obat-obatan terbaik untuk penderita gangguan jiwa. Dan itu bisa menyembuhkan bagi orang-orang yang terkena gangguan jiwa tapi tidak untuk orang waras obat itu justru akan berdampak sebaliknya.
Leon yang kini langsung memasuki kamar yang selama ini ia tempati bersama Dilara pun langsung termenung di kala dia melihat bayangan wajah cantik istrinya yang terlihat sedang beraktivitas di kamar tersebut, dan beberapa minggu terakhir dia selalu disambut dengan senyuman yang manis hingga Leon merasa bahwa Dilara sudah benar-benar bisa menerima nya sebagai seorang suami.
Tidak hanya itu Leon juga melihat hasil karya istrinya yang tersimpan di atas nakas dan juga sofa, yaitu hasil desainnya.
"Honey bagaimana bisa kamu lakukan ini padaku disaat aku semakin mencintai."ucap Leon yang kini memegang desain tersebut.
Leon pun meminta asisten rumah untuk membawakan foto pernikahan nya dengan Dilara dengan ukuran yang sangat besar itu untuk ia pajang di dinding kamarnya.
Leon yang tidak mengenal lelah itu pun, langsung melepaskan blazer jas nya itu dan menyimpan semuanya dengan apik seperti Dilara yang selama ini selalu melakukan hal itu.
Dia membuka tuksedo dan dasinya lalu menggulung lengan kemeja tersebut hingga batas sikut nya.
Semua peralatan lengkap dari mulai bor listrik dan lainnya termasuk pigura foto yang berjumlah beberapa buah dengan foto formal dan non formal yang sengaja Leon cetak untuk pajangan di dalam kamar tersebut termasuk foto di tempat pesta kemarin.
Leon hanya ingin istrinya melihat semua itu agar dia sadar bahwa pernikahan mereka adalah pernikahan paling berharga dan disetiap momen nya ada kasih yang tercurah dengan tulus darinya.
Namun saat ini dia hanya bisa menghubungi Dilara lewat Embun dengan penolakan bahwa saat ini Dilara tengah istirahat.
Leon pun hanya bisa menghela nafas kemudian melanjutkan pekerjaannya hingga selesai. Tadinya dia ini meminta pendapat Dilara dengan menanyakan dimana letak yang menurut istrinya itu pas untuk dipajang karena dia tidak ingin istrinya merasa tidak nyaman.
Waktu terus berlalu, Leon yang baru saja selesai membersihkan diri dia tidak keluar dari dalam kamarnya.
Leon yang masih menggunakan bathrobe meski sudah menggunakan bokser, kini dia tengah duduk di sofa sambil memangku laptop nya.
Secangkir kopi yang masih mengepulkan asap tersebut kini telah ada di hadapannya, tapi bukan pelayan yang menyiapkan itu semua melainkan Leon sendiri.
Kebetulan di dalam kamar nya terdapat semua yang ia butuhkan seperti minum dan camilan yang tertata rapi di rak penyimpanan dan lemari pendingin juga dispenser dan juga beberapa gelas dan peralatan makan khusus milik nya dengan Dilara.
Terutama saat Dilara dia tinggal bekerja dan Alexa berada di rumah, maka Adam yang akan selalu menyiapkan semuanya itu memastikan kebutuhan nyonya muda nya terpenuhi sebelum dia menyusul Leon ke perusahaan.
Dan semua itu terlihat sangat komplit meskipun tidak berbentuk dapur karena tidak ada peralatan masak kecuali microwave.
Dilara yang juga enggan untuk keluar kamar di rumah yang sepi seperti kuburan itu, kecuali jika dia dan Leon sedang bersama beberapa pelayan yang selama ini selalu mendukung Alexa pun selalu melayani nya dengan ramah, dan itu yang membuat Dilara muak saat bertemu dengan mereka.
Leon masih sibuk dengan laptopnya sampai saat sebuah pesan masuk yang kini mampu membuat bibir nya tersenyum manis.
"Aku sangat merindukan mu dan calon anak kita, tapi sayang aku tidak bisa berada di samping mu."ucapnya.
Leon pun membalasnya."Suruh siapa merajuk, sekarang kena getahnya kan."balas Leon.
Leon kembali meletakkan handphone tersebut dan kembali fokus pada laptopnya, pria itu terlihat menyimpan data kedalam flashdisk dan menyeruput kopi tersebut.
Leon kembali melirik kearah ponselnya saat ini tidak ada pesan masuk lainnya kecuali dari orang yang tadi mengirim pesan padanya.