Yumna tiba-tiba saja diculik oleh seseorang yang ternyata adalah kakak dari sahabat baiknya sendiri. Yumna lantas dikurung di villa milik Zayn, kakak dari sahabat baik Yumna, Zunia, yang baru saja meninggal karena sebuah kecelakaan mobil. Dan kenyataan bahwa ternyata Zayn sudah resmi menikahi Yumna membuat Yumna sangat syok.
Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Kenapa Zayn ( kakak Zunia ) sampai menculik dan mengurung Yumna, bahkan sampai menikahi Yumna secara paksa? Dan ada rahasia apa sebenarnya dibalik kecelakaan yang sudah menewaskan Zunia itu?
Bahkan rahasia dari identitas Yumna yang sesungguhnya pun akhirnya diungkap secara mengejutkan oleh Zayn. Bagaimana Yumna menjalani takdir hidupnya yang tiba-tiba berubah drastis ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iin Nuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Selangkah Lebih Dekat Lagi
Zayn mengerutkan keningnya begitu menerima sebuah pesan masuk dari nomor telepon Yumna. Zayn lalu membuka pesan dari Yumna tersebut.
✉️ : Jangan lupa makan siang ya, Kak. Jangan lupa sholat juga. Sekali lagi makasih buat ponsel barunya. Aku do'ain semoga semua urusan pekerjaan Kak Zayn hari ini berjalan dengan lancar dan nggak ada kendala apapun, aamiin.
Zayn mengulum senyum kecil setelah membaca pesan dari Yumna itu. Ada rasa hangat dan juga perasaan senang yang Zayn rasakan saat ini. Ah, ternyata seperti ini rasanya ketika ada seseorang yang memberikan perhatian kepada kita.
Zayn kemudian mengetikkan sebuah pesan balasan kepada Yumna.
✉️ : Oke. Sama-sama. Makasih untuk do'anya.
🌿🌿🌿
Sore harinya, ketika Zayn pulang ke villa, Zayn juga disambut dengan senyum ceria dari Yumna dan Mbok Sum. Bahkan tidak hanya Yumna dan Mbok Sum saja, security yang bertugas di pos keamanan depan, Pak San, Pak Parjo, juga para asisten rumah tangga yang lainnya yang bekerja di villa milik Zayn tersebut pun juga terlihat sangat ceria hari ini, tidak seperti biasanya yang terkesan takut-takut.
"Aku ambilin minum buat Kak Zayn sebentar, ya," pamit Yumna kemudian.
"Hmm," balas Zayn dengan bergumam seraya menganggukkan kepalanya pelan.
Yumna lalu bergegas menuju ke dapur untuk mengambilkan air putih untuk Zayn. Sementara Zayn mendudukkan dirinya di sofa ruang keluarga dengan ditemani Mbok Sum yang berdiri di dekatnya saat ini.
"Tumben hari ini semuanya kelihatan seneng banget, Mbok? Auranya beda, nggak kayak biasanya," tanya Zayn kepada Mbok Sum setelah kepergian Yumna.
"Oh, mungkin itu karena hari ini suasana hatinya Non Nana sedang sangat bahagia, Den. Jadi kami semua juga kayak ikut kebawa gitu, semuanya jadi ikutan merasa bahagia dan lebih bersemangat hari ini," jawab Mbok Sum, berasumsi.
"Hmh, bisa gitu ya, Mbok?" tanya Zayn lagi dengan mengerutkan keningnya.
"Bisa dong, Den. Non Nana kan istrinya Den Za, nyonya di villa ini. Jadi Non Nana itu ibarat jantung di rumah ini gitu. Kalau Non Nana bahagia ya semuanya juga ikut merasa bahagia, Den," jawab Mbok Sum menjelaskan asumsinya tadi.
Zayn terdiam, merenungkan perkataan Mbok Sum tersebut. Bertepatan dengan itu Yumna pun sudah kembali dari dapur dengan membawa segelas air putih untuk Zayn.
"Silahkan diminum, Kak," kata Yumna seraya menyerahkan segelas air putih yang dia bawa itu kepada Zayn.
"Makasih," balas Zayn.
Zayn menerima gelas berisi air putih dari tangan Yumna kemudian meminum isinya sampai tandas. Mbok Sum lalu mengambil alih gelas yang sudah kosong tersebut dari Zayn.
"Den Za mandi dulu aja, ya. Mbok siapin makan malamnya dulu. Nanti kalau makan malamnya udah siap, Mbok akan panggil Den Za sama Non Nana ke atas," kata Mbok Sum kemudian.
"Iya, Mbok," balas Zayn.
"Ayo Kak, kita naik ke atas. Aku siapin air buat Kak Zayn mandi," kata Yumna juga.
Zayn menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Zayn lalu bangun dari duduknya. Zayn dan Yumna pun kemudian berjalan beriringan menuju ke arah tangga, hendak naik ke lantai dua, menuju ke kamar mereka berdua.
🌿🌿🌿
Malam harinya, di meja makan.
Zayn dan Yumna sudah duduk bersama di meja makan saat ini. Dan ketika melihat Mbok Sum yang hendak mengambilkan makan malam untuk Zayn, Yumna pun langsung menghentikannya.
"Tunggu, Mbok," cegah Yumna.
"Eh, ada apa, Non?" tanya Mbok Sum, bingung.
"Mmm, boleh aku aja yang ngambilin makanan buat Kak Zayn?" tanya balik Yumna, sedikit merasa ragu-ragu.
Zayn dan Mbok Sum sama-sama merasa terkejut mendengar pertanyaan Yumna tersebut. Tetapi Mbok Sum dengan segera langsung bisa menguasai rasa terkejutnya itu.
"Tentu saja boleh dong, Non. Boleh banget malah," jawab Mbok Sum dengan tersenyum senang.
Mbok Sum pun kemudian menyerahkan piring makan Zayn yang sedang dia pegang itu kepada Yumna.
"Silahkan, Non."
"Iya, Mbok. Makasih," ucap Yumna seraya menerima piring makan Zayn tersebut dari tangan Mbok Sum.
Yumna kemudian berdiri dari duduknya dan mulai mengambilkan nasi untuk Zayn.
"Segini udah cukup, Kak?" tanya Yumna kepada Zayn.
"Udah, segitu aja," jawab Zayn.
"Kak Zayn mau pakai lauk apa?" tanya Yumna lagi.
"Tumis buncis sama udang goreng aja," jawab Zayn.
Yumna menganggukkan kepalanya. Yumna pun kemudian menyendokkan tumis buncis dan menambahkannya ke piring makan Zayn. Tidak lupa juga Yumna mengambilkan dua potong udang goreng tepung, sesuai dengan permintaan Zayn tadi.
"Silahkan, Kak," kata Yumna seraya meletakkan piring makan Zayn tersebut di meja makan di depan Zayn saat ini.
"Hmm, makasih. Kamu juga ambil makan. Setelah itu kita makan bersama," ucap Zayn.
"Iya, Kak," balas Yumna.
Yumna kemudian juga mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Setelah itu Zayn dan Yumna pun lalu memulai acara makan malam mereka berdua tersebut dengan tenang.
Mbok Sum tersenyum senang melihat interaksi di antara kedua majikannya tersebut. Sepertinya hubungan sepasang suami istri itu sudah menjadi selangkah lebih dekat lagi sekarang.
🌿🌿🌿
Zayn dan Yumna sudah bersiap untuk tidur saat ini. Keduanya sudah sama-sama naik ke atas tempat tidur mereka berdua sekarang.
"Mmm, Kak Zayn keberatan enggak kalau gulingnya aku pindahin?" tanya Yumna dengan sedikit ragu-ragu.
Ya, selama ini memang Yumna selalu meletakkan dua buah guling di tengah-tengah tempat tidur mereka sebagai pembatas antara dirinya dengan Zayn.
"Kalau aku sih nggak masalah. Kan dulu kamu juga yang meminta untuk meletakkan dua guling itu sebagai pembatas kita," jawab Zayn.
"Maaf," lirih Yumna merasa bersalah.
"Kenapa harus minta maaf? Aku nggak ngerasa kamu salah kok," kata Zayn.
"Ya udah, sekarang gulingnya aku ambil, ya. Satu buat aku, satu lagi buat Kak Zayn," ucap Yumna seraya mengambil satu buah guling untuk dirinya sendiri dan menyerahkan satu guling yang lainnya kepada Zayn.
Zayn menerima guling tersebut dari Yumna. Tiba-tiba terlintas sebuah ide di kepala Zayn untuk menjahili Yumna.
"Sekarang udah nggak ada pembatas lagi. Jadi sekarang kita boleh kan tidurnya deketan?" tanya Zayn, sengaja ingin menggoda Yumna.
Yumna seketika membulatkan kedua matanya, merasa terkejut. Tetapi sedetik kemudian Yumna justru menjadi salah tingkah sendiri setelah mendengar pertanyaan dari Zayn tersebut.
"Kak Zayn iiihhh,,, modus," kata Yumna, antara kesal tetapi juga malu.
"Modus apanya? Kita kan suami istri. Mau ngapain aja juga udah sah, kan?" tanya Zayn meminta kejelasan.
"Tau ah. Udah malem, aku ngantuk, mau tidur," kesal Yumna.
Yumna langsung saja membaringkan tubuhnya seraya memeluk guling bagiannya tadi, dan membelakangi tubuh Zayn saat ini.
"Hei, nggak mau peluk aku aja nih?" tanya Zayn, kembali menggoda Yumna.
"Enggak. Mau peluk guling aja," jawab Yumna tanpa membalikkan tubuhnya.
"Tapi aku anget loh, nggak kayak guling itu yang tidak bisa memberikan kehangatan," goda Zayn lagi.
"Dih, baru tau aku kalau ternyata Kak Zayn itu orangnya narsis banget," gerutu Yumna, masih dengan tidak membalikkan tubuhnya juga.
Dan tawa Zayn justru langsung pecah begitu mendengar gerutuan dari Yumna itu tadi.
"Ha ha ha ha ha ..."
Tanpa sepengetahuan Zayn, Yumna diam-diam juga mengulum senyum. Baru kali ini Yumna bisa mendengar Zayn yang tertawa lepas seperti itu. Setelah tawanya mulai mereda, Zayn pun kemudian juga membaringkan tubuhnya di sebelah Yumna.
"Selamat malam, Yumna," ucap Zayn.
"Selamat malam, Kak Zayn," balas Yumna, lembut.