Nabila Fatma Abdillah yang baru saja kehilangan bayinya, mendapat kekerasan fisik dari suaminya, Aryo. Pasalnya, bayi mereka meninggal di rumah sakit dan Aryo tidak punya uang untuk menembusnya. Untung saja Muhamad Hextor Ibarez datang menolong.
Hextor bersedia menolong dengan syarat, Nabila mau jadi ibu ASI bagi anak semata wayangnya, Enzo, yang masih bayi karena kehilangan ibunya akibat kecelakaan. Baby Enzo hanya ingin ASI eksklusif.
Namun ternyata, Hextor bukanlah orang biasa. Selain miliarder, ia juga seorang mafia yang sengaja menyembunyikan identitasnya. Istrinya pun meninggal bukan karena kecelakaan biasa.
Berawal dari saling menyembuhkan luka akibat kehilangan orang tercinta, mereka kian dekat satu sama lain. Akankah cinta terlarang tumbuh di antara Nabila yang penyayang dengan Hextor, mafia mesum sekaligus pria tampan penuh pesona ini? Lalu, siapakah dalang di balik pembunuhan istri Hextor, yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ingflora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Mabuk
"Oh, siapa namanya ... oya, Lani ya. Tolong bersihkan kamar mandi sebelum kamu keluar," ucap Hextor sambil lalu. Pria itu meletakkan Enzo di meja untuk ganti baju bayi.
Nabila sedikit merasa bersalah pada Lani karena bekas mandi Enzo tidak ia bersihkan, tapi itu tak berlangsung lama karena Hextor memanggilnya.
"Nabila!"
"Iya, Pak!"
Lani mengepal erat kedua tangannya yang sedang menggenggam baju kotor Enzo, tapi ia geram pun tak ada yang peduli. Dengan cepat ia ke kamar mandi dan membersihkan peralatan mandi yang berantakan sambil mengomel dalam hati.
Hextor sedikit merasa tenang saat melihat Enzo. Ada rasa sesal kenapa ia sampai bicara pada orang tua Helena, istrinya selingkuh. Padahal sekarang dugaan itu tidak terbukti. Malah Helena yang mencurigai dirinya selingkuh. Lalu, mau ditaruh di mana wajah ini kalau kenyataan ini diketahui orang tua Helena?
"Nah, sudah ganteng 'kan, kalo Enzo sudah mandi." Nabila menyisir rambut jagung Enzo.
Hextor melirik Nabila. Ia bersyukur bertemu perempuan baik yang mau mengurus anaknya. Kalau tidak, ia tidak tahu lagi bagaimana mendiamkan Enzo yang sudah berjam-jam menangis minta sussu waktu itu. Mungkin juga, Enzo sudah berpindah tangan diasuh oleh mertuanya.
"Ini, Pak. Bapak mau gendong?" Nabila menyerahkan Enzo yang sudah selesai berpakaian.
Hextor mengambil dan mendekapnya. Saat itu, keluar Lani dari kamar mandi, membuat perhatian Nabila berpindah pada wanita itu. Lani dengan cepat memindahkan baju kotor Enzo ke dalam tas cucian, kemudian dengan wajah cemberut ia keluar.
Pandangan Nabila kemudian beralih pada Hextor, tapi ia terkejut. Pria itu tengah memeluk Enzo sambil menitikkan air mata!
"Pak ...."
"Aku benar-benar jahat. Di saat istriku setia, aku malah meragukannya ...," isak Hextor.
Baru kali ini Nabila melihat pria itu rapuh. Bahkan menangis di hadapannya. "Jadi ... istri Bapak ...."
"Aku benar-benar jahat." Hextor menyentuh kepala Enzo dan mengusapnya pelan.
"Tapi Bapak 'kan tidak tahu, jadi Bapak tidak salah." Nabila berusaha menenangkan.
"Jangan menghiburku, Nabila." Hextor menoleh dengan tatapan sedih.
"Kan Bapak tidak tahu. Semua orang pasti bereaksi sama. Jangan menghukum diri secara berlebihan, Pak. Yang penting Bapak sudah tau kenyataannya."
Entah kenapa, kata-kata Nabila sedikit mengurangi rasa sedihnya. Ia tidak percaya, kata-kata itu bisa keluar dari mulut wanita itu, dan yang lebih tidak percaya lagi, ia baru saja mencurahkan perasaannya pada seorang wanita yang baru dikenalnya.
Hextor malu. Ia segera menghapus air mata di wajah dengan kasar dan menyerahkan Enzo pada wanita itu. Seketika wajahnya berubah datar. "Eh, urus saja Enzo, dan lupakan apa yang aku bicarakan barusan." Ia kemudian beranjak berdiri dan pergi.
Nabila melihat saja kepergian majikannya itu sambil bercanda dengan si kecil Enzo. Enzo tampak mulai mengantuk.
***
Hextor kembali melihat foto Helena dan dirinya di dalam bingkai foto. Foto itu diambil beberapa hari setelah mereka menikah. Wajah keduanya tampak begitu bahagia. Serasa dunia milik berdua. Mereka tidak pernah tahu masa depan apa yang akan datang menjelang.
Kenapa kebahagiaan itu begitu singkat? Kenapa Tuhan mengambil Helena begitu cepat? Apakah ini akhir dari kebahagiaannya?
Kembali air mata pria itu jatuh. Ia benar-benar rapuh, ditambah kesalahan telah mencurigai almarhum istrinya membuat dirinya seakan jadi manusia paling jahat di dunia. Mengapa begitu mudah ia curiga pada Helena yang begitu setia? Kenapa begitu mudahnya tak percaya?
Hextor menoleh ke arah sebuah lemari yang menempel ke dinding. Ia sudah tidak tahan. Ia butuh sesuatu yang bisa menenangkan. Di datanginya lemari itu dan membungkuk sambil membuka sisi dibagian kiri. Di sana ia menyimpan minuman laknat itu. Tanpa pikir panjang, diletakkannya bingkai foto itu di atas lemari dan berganti, mengambil botol itu dari dalam rak. Setelah membuka tutupnya dengan pembuka tutup botol, ia menenggaknya seketika. Sesudah itu, ia merasa lega.
Kembali ia memperhatikan foto itu. Kekecewaan karena dirinya begitu jahat, membuat Hextor melangkah keluar kamar. Di pagar pembatas, ia melihat ke bawah. Tidak ada siapa-siapa. Kembali ia menegak minuman itu. Air matanya masih mengalir pelan.
"Helena, maafkan aku ... kenapa aku tak percaya padamu." Sambil menegak kembali minuman itu, ia berjalan ke kamar. Namun beberapa pintu terlihat serupa. Saat ia membuka pintu di hadapan, ternyata kamar Enzo. "Ups, salah."
Ia kemudian memilih pintu yang satu lagi. Jalannya mulai sempoyongan. Ia langsung naik ke ranjang begitu masuk ke dalam kamar. Sempat ia meminum sekali lagi, sebelum meletakkan botol itu di atas meja nakas. Kemudian ia berbaring dan tertidur di ranjang.
Nabila baru keluar dari kamar mandi ketika mengetahui Hextor tidur di ranjangnya. Ia bingung, sejak kapan pria itu datang? Saat didekati, ia menyadari ada botol minuman keras berada di atas meja nakasnya. Sempat Nabila menghirup bau dari mulut botol yang membuat ia menyipitkan mata. "Ini Pak Hextor mabuk ya."
Cepat-cepat Nabila mengambil kerudung instannya yang ia letakkan di sandaran kursi, lalu memakainya. Setelah itu membangunkan sang majikan. "Pak ... Pak ...." Wanita itu mengguncang-guncang bahu Hextor pelan. Guncangan berikutnya, pria itu mulai membuka matanya.
"Oh, kamu ...." Sang pria bangkit dari tidurnya.
"Pak, Bapak salah kamar. Ini kamar Saya."
"Helena kamu bicara apa?" Hextor tiba-tiba meraih kedua lengan Nabila.
Nabila tentu saja kaget dan tercengang. "Pak ... Bapak salah orang!" Ia berusaha meyakinkan Hextor sambil melepaskan diri tapi pria itu malah menariknya ke atas ranjang.
"Aah ...!" Nabila dijatuhkan begitu saja hingga wanita itu panik. "Pak! Bapak mau apa!? Ini Saya, Pak, Nabila!"
Namun, Hextor tak mau mendengar. Dalam bayangannya, yang ada di hadapannya adalah sang istri. Kini pria itu naik di atas tubuh Nabila. "Sayang, aku merindukanmu ...."
"Pak!" Nabila berusaha mendorong pria itu ketika wajah Hextor mulai mendekat. "Pak!" Sebuah tamparan keras dilayangkan tangan wanita itu hingga sang pria terkejut. Di saat itulah Nabila bergerak cepat dengan mendorong majikannya ke samping dan ia segera bangkit lalu turun dari ranjang. Ternyata Hextor terguling ke lantai.
Untuk sesaat, wanita itu waspada, tapi Hextor tak bergerak. Nabila masih takut tapi pria itu tetap tak bergerak. Pelan-pelan didekatinya Hextor sambil melihat ke arah wajahnya yang menyamping. Terdengar dengkuran halus dari mulutnya. Ternyata Hextor kembali tertidur.
Nabila bingung harus bagaimana. Di satu sisi ia lega majikannya kembali tidur, tapi di sisi lain ia tak mungkin tidur di kamar yang sama dengan pria ini. Ia takut kalau-kalau Hextor bangun dan melakukannya lagi. Akhirnya ia putuskan untuk tidur di kamar Enzo.
Pelan ia keluar dan menutup pintu. Begitu pula ketika ia masuk ke kamar Enzo. Untungnya Enzo masih tidur.
Perlahan ia duduk di tepi ranjang. Sepertinya sang majikan sedang berada di titik terendahnya hingga mabuk dan salah masuk kamar, tapi bagaimana kalau lain kali dan usahanya berhasil?
Nabila membaringkan tubuhnya di ranjang. Ia teringat suaminya, Aryo. Bagaimana pria itu menjalani hidupnya kini tanpa dirinya dan bayi mereka? Bagaimana makannya? Pasti Aryo sangat kesepian. Nabila juga, dan ia merindukan suaminya. Ia ingat ponselnya ada di laci nakas.
Dengan cepat ia bangun dan tangannya meraih ponsel di laci. Jemarinya bergerak di atas ponsel dan tak lama terhubung.
Bersambung ....
😀😀😀❤❤❤😘😍😙
😍😙😗😗❤❤❤
ngeriiiu...
😘😍😍😙😗❤❤❤❤❤
satang Enzo tapi salah strategi..
😀😀❤❤😘😍😙
😀😀😀❤❤😘😍😙😙
❤❤❤😘😙😗😗
❤❤❤😘😍😙😙
jangn2 lani naruh serbuk gatal do pakaian Enzo..
untung Hextor tau lani melakukan sesuatu di lwmari anknya ..
jadi gak bisa nuduh nabila..
😀😀❤❤❤😍😙😗
❤❤😍😙😗
karena dia ingin hextir jadi miliknya...
😀😀😘😍😙😗❤❤❤😡