Gajendra Nareswara seorang Presdir perusahaan ternama di kotanya, akan pindah ke apartemen baru. Dia membutuhkan asisten rumah tangga, untuk membersihkan dan menyiapkan segala kebutuhannya di apartemen.
Zhafira Maheswari seorang mahasiswi semester akhir, yang di minta ibunya untuk menjadi asisten rumah tangga di apartemen Gajendra. Ibunya yang berkerja di rumah keluarga Nareswara, tidak punya pilihan selain meminta putrinya, karena dia belum mendapatkan asisten rumah tangga yang berkerja di apartemen anak majikannya.
Kesalahan yang di perbuat Zhafira atau yang biasa di panggil Fira, membuat dirinya di hukum menjadi pacar pura-pura Gajendra atau biasa di panggil Jeje. Tapi siapa sangka benih cinta memulai muncul, saat mereka mengakhiri sandiwara mereka.
Jeje yang mengatakan kepada mamanya, bahwa dia mencintai Fira meminta untuk melamar Fira untuknya. Tapi ternyata rencana licik, telah di siapkan sang mama, untuk memisahkan mereka berdua.
Bagaimana perjuangan beda status sosial antara mereka berdua.
update setiap hari.
ig: myafa16
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon myafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luka Fira
Setelah Arman menyuruh Fira untuk masuk. Fira pun masuk ke ruangan Arman, mengekor di belakang Arman.
"Duduklah!" perintah Arman sambil berjalan mencari kotak obat.
Fira duduk di Sofa ruangan Arman, dan nampak Arman mengambil kota obat. Setelah mememukan kotak obat yang di carinya, Arman berjalan menghampiri Fira yang tengah duduk.
Arman membuka kotak, dan berniat ingin mengolesi salep pereda nyeri pada tangan Fira.
Tapi belum sempat Arman melakukannya, Fira sudah menolaknya.
"Biarkan saya saja, Pak," pinta Fira tak enak jika Arman yang akan mengolesinya.
"Baiklah..." Arman hanya bisa pasrah, dan memberikan obat pereda nyeri pada Fira.
"Terimkasih Pak, atas bantuannya," ucap Fira tersenyum.
"Aku senang sekali melihatnya di dekatku begini. "
Sejak pertama kali melihat Fira di depan lift, Arman sudah mulai terpesona dengan Fira. senyum Fira dengan hiasan lesung pipinya membuat daya tarik tersendiri bagi Arman.
"Iya sama- sama, kebetulan saja saya melihatnya," jelas Arman.
Arman merasa datang di saat yang tepat. Dirinya yang baru saja dari ruangan Jeje, harus melihat kejadian itu.
"Tapi saya jadi tidak enak dengan mbak Rani, membuat sampai dapat surat peringatan."
Fira sebenarnya merasa tidak enak dengan Rani, yang sampai mendapatkan surat peringatan, walaupun yang di lakukannya memang tidak benar.
"Kamu tidak perlu merasa tidak enak, dia memang pantas mendapatkannya. Dia sudah sering menindas karyawan lain tapi saya tidak pernah melihatnya sendiri"
Fira masih sibuk mengolesi salep pada tangannya, mendengarkan penjelasan Ara
man dengan baik. Fira juga tahu bahwa ternyata Rani memang sering melakukan ini dengan karyawan lain.
"Dan satu lagi, setelah ini kamu akan belajar dengan saya, saya akan meminta orang menaruh meja di ruangan sebelah situ" Arman menunjuk ruangan di sebelah yang tersekat dengan kaca.
"Tidak apa-apa Pak, saya bisa belajar dengan mbak Rani saja," pinta Fira yang tidak enak satu ruangan dengan Arman.
"Kamu mau dia menyakitimu lagi."
"Tapi tadi dia sudah mendapat surat peringatan, mungkin dia tidak akan melakukannya lagi."
"Saya tahu Rani, dia tidak akan melepaskan kamu begitu saja, saya harap kamu tidak keberatan dengan keputusan saya"
Fira yang mendengar penjelasan Arman, mau tidak mau menerima keputusan Arman yang akan mengajarinya sendiri. Fira berfikir, mungkin Arman lebih mengenal Rani dari pada dirinya.
**
Setelah mendapatkan obat dari Arman, Fira keluar dari ruangan Arman, dan menuju ke kantin untuk makan siang, karena jam sudah menujukan jam istirahat.
Saat tiba di kantin Fira mencari teman-temannya, dan menemukan mereka setelah mengedarkan pandang ke sekeliling kantin.
Fira menghampiri mereka, dan ikut bergabung bersama mereka. Sesaat kemudian Fira memesan makanan, dan makan bersama teman-temannya.
"Fira gimana keadaan kamu?" tanya Zara saat tengah makan.
Gosip Rani menyakiti Fira sudah menyebar di bagian pemasaran, jadi wajar kalau Zara sudah mendengar kabar ini.
"Tidak apa-apa cuma tangan aku saja yang agak melepuh terkena air panas," jelas Fira.
Zara, Linda, dan Nayla pun melihat tangan Fira yang melepuh terkena air panas.
"Keterlaluan sekali si Rani, tidak kapok-kapok dia menganggu karyawan lain," sahut Linda kesal.
"Memang dia sering ya begitu?" tanya Naila yang mendengar ucapan Linda.
"Iya dia memang terkenal selalu menindas anak baru, dan karena kalian anak magang jadi juga di incar, tapi syukur pak Arman melihatnya," lanjut Linda lagi.
"Iya, untung Pak Arman melihatnya," timpal Zara.
"Iya tapi aku jadi tidak enak membuat Rani mendapat surat peringatan dari Pak Arman," ucap Fira mengingat hukuman yang di berikan Arman untuk Rani.
"Sudah lah dia memang pantas mendapatkannya," ucap Linda menenangkan Fira.
"Lalu apa kamu masih berkerja membantunya lagi?" tanya Zara lagi memastikan perkerjaan Fira.
"Tidak, Pak Arman memintaku membantunya, dan dia yang akan mengajariku," jelas Fira.
Saat sedang asik mengobrol dengan teman-temannya, tiba-tiba ada yang menghampiri mereka, dan membuat mereka berhenti berbicara.
"Nona Zhafira, anda di panggil ke ruangan Presdir," ucap Reza mendekati Fira.
Reza yang di tugaskan Jeje untuk memanggil Fira, memberi tahu Fira di saat Fira sedang makan bersama teman-temannya.
Ada rasa tidak enak saat Fira di panggil oleh pemilik perusahaan dia berkerja. Fira hanya takut, teman-temannya tahu kalau Fira adalah kekasih Jeje.
"Apa Presdir mendengar kejadian ini sampai dia memanggilmu?" tanya Linda.
Linda yang sudah lama berkerja di perusahaan ini juga di buat heran, kenapa sampai Presdir mereka memanggil Fira. Linda yang baru saja melihat, kejadian Fira dan Rani, menebak bahwa kejadian inilah yang membuat Fira di panggil.
"Aku tidak tahu," jawab Fira, "aku pergi dulu ya," ucap Fira seraya berdiri.
Fira pun meninggalkan teman-temannya, dan mengikuti Reza untuk ke ruangan Jeje.
"Silakan." Reza membukakan pintu, dan mempersilahkan Fira untuk masuk ke dalam ruangan Jeje.
"Terimakasih," ucap Fira ramah pada Reza.
Fira masuk ke dalam ruangan Jeje. Saat masuk Fira melihat Jeje sedang duduk di sofa, dan sudah ada beberapa makanan di atas meja Jeje.
Jeje yang melihat Fira masuk pun, memanggil Fira
"Sayang..." panggil Jeje, dan memberi isyarat tangan, agar Fira mendekat.
Fira melangkahkan kakinya menghampiri Jeje yang sedang duduk di sofa. Fira pun ikut duduk di samping Jeje.
"Apa kamu sudah makan?" tanya Jeje, dan Fira mengangguk.
"Baiklah temani aku makan saja ya"
Fira yang tidak makan, memilih menemani Jeje. Dia mengambilkan nasi dan beberapa lauk untuk Jeje.
Tapi saat mengambilkan makanan tiba-tiba tanganya di pengang oleh Jeje, "Kenapa ini?" tanya Jeje panik melihat tangan Fira melepuh.
"Kalau Jeje tahu pasti dia akan marah besar "
"Oh ini, tadi aku membuat minuman lalu aku tidak sengaja menyengolnya, tapi sudah aku obati," bohong Fira.
Fira terpaksa berbohong agar Jeje tidak marah, Fira tidak mau membuat Jeje sampai memecat Rani. Bagi Fira surat peringatan dari Arman sudah cukup, untuk hukuman atas apa yang di lakukannya.
"Benarkah?" tanya Jeje curiga.
"Iya, aku terlalu gugup di hari pertamaku berkerja, jadi aku menumpahkan minumanku sendiri," bohong Fira lagi, agar Jeje percaya dengan ucapannya.
"Kamu tidak perlu gugup, dan berhati-hatilah lain waktu, aku tidak mau kamu terluka."
Jeje membelai wajah Fira lembut.
"Iya, aku akan lebih berhati-hati."
Fira pun menemani Jeje untuk makan dia ruangannya, sambil Jeje menanyakan apa saja yang di lakukan Fira hari ini.
Fira menceritakan bahwa dirinya membantu sekertaris Arman untuk memfoto copy beberapa dokumen. Fira sama sekali tidak menceritakan apa yang di lakukan Rani padanya.
.
.
.
.
.
Jangan lupa like🥰
nayla egois