NovelToon NovelToon
JANDA OH NO! OH YES!

JANDA OH NO! OH YES!

Status: tamat
Genre:Janda / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:3.6M
Nilai: 4.7
Nama Author: mom yara

Putri Ceria gadis cantik yang harus menyandang status janda di usia muda. Saat berumur 19 tahun Putri menikah dengan pemuda dikampung tempat tinggalnya. Namun pernikahan yang baru seminggu itu harus kandas.



Setahun menjanda tidak mudah baginya. akhirnya Putri merantau ke kota. Di kota pun hidupnya penuh lika-liku.


"Bagaimana kalau aku yang membayarmu 1M," ucap kakek yang baru saja menolongnya.



Bagaimana kisah si janda muda hidup di Kota? Siapa kakek yang akan membayarnya 1 M?


Penasaran bagaimana kisah si janda muda, yuk langsung baca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom yara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 Alergi

Putri sibuk di dapur sejak sore hari. Ia ingin menyiapkan makan malam spesial untuk calon penghuni hatinya. Masakan pedas dan udang saus madu sebagai menu utama.

Sambil bersenandung ia menata semua makanan di atas meja. Sebentar lagi Hardian akan pulang, jadi, semua makanan harus sudah siap.

Terdengar suara pintu apartemen terbuka dan sudah dapat dipastikan siapa yang masuk ke dalam apartemen. Putri menghampiri sang suami yang baru saja pulang kerja. Seharusnya sang suami sudah sampai setengah jam yang lalu. Putri tidak tahu saja, jika sedari tadi Hardian berdiri di depan pintu apartemen.

"Mandilah dulu, setelah itu makan malam," ucap Putri menghampiri sang suami lalu mengambil tas kerja yang dibawa suaminya. Hardian terdiam dengan perhatian kecil wanita itu, ia tersenyum tipis.

Dengan wajah segar dan juga senyum yang terukir di bibirnya Hardian duduk di meja makan, namun setelah melihat menu makanan di atas meja, senyumnya mendadak hilang. Hardian menelan ludahnya kasar.

"Aku menyiapkan ini semua dari sore, Paman harus makan banyak." Putri mengambilkan nasi, udang dan juga menu lainnya lalu meletakkannya di depan suaminya.

Hardian kembali menelan ludahnya kasar, menatap makanan di piringnya lalu beralih menatap ke arah wanita yang sudah mengisi hatinya itu. Ada rasa tidak tega dihatinya, wanita itu tulus menyiapkan semua hanya untuk dirinya.

Hardian mengambil sendok lalu menyuap makanannya ke dalam mulut sembari menatap wanita itu, keduanya saling melempar senyum. Kupu-kupu mulai berterbangan di atas kepala mereka. Hingga tak terasa makanan di piring pun habis. Setelah menyadarinya, Hardian meneguk air di dalam gelas lalu beranjak.

"Aku ke kamar dulu," Hardian berjalan cepat menuju kamar, membuka lemari lalu mengambil obat yang tersimpan di dalam laci.

Hardian segera menelan obat yang sudah ia masukkan ke dalam mulutnya, lalu meneguk air yang ada di atas nakas.

Napasnya memburu, tubuhnya terasa panas, ia berjalan ke arah ranjang, lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur, menarik selimut lalu memejamkan kedua matanya sembari menahan sesuatu yang bergejolak di dalam tubuhnya.

Tak lama, Putri masuk ke dalam kamar.

"Dia sudah tidur." Putri melihat jam yang ada di dinding. "Masih jam 9 malam, tumben, paman tidur jam segini."

Setelah keluar dari dalam kamar mandi dan memakai cream malam, Putri naik ke atas tempat tidur. Menghadap ke arah laki-laki yang membelakanginya. Menatap punggung itu cukup lama.

Paman sudah tidur. Kenapa dia tidak minta jatah lagi? Bukankah kalau pengantin baru seharusnya setiap hari. Ah... kenapa aku yang jadi mesum. Apa yang aku harapkan? Bercinta? Ah, aku ingin merasakannya lagi. Eh... tidak.

Putri memukul kepalanya, lalu membalik tubuhnya, setelah itu menutup kedua matanya untuk segera tidur. Tak lama dengkuran halus mulai terdengar.

Hardian yang sebenarnya belum tidur, bangun lalu memandang wanita itu. Ia segera bangkit dari atas ranjang lalu berjalan keluar kamar. Diluar rumah, asisten Sakti sudah menunggunya. Sakti melajukan mobilnya setelah Hardian masuk ke dalam mobil.

Mobil melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. sesekali Sakti melirik ke arah sang bos.

Kenapa harus makan udang, Tuan. Lihatlah sekarang anda harus menahan rasa sakit itu sendirian.

Ya, hardian alergi udang dan dia juga tidak suka makanan pedas.

Tak lama Hardian sampai di Rumah Sakit. Dokter Vino sudah menunggunya karena Sakti sudah memberitahu kedatangan mereka.

"Bagaimana bisa dia makan udang?" tanya Dokter Vino pada Sakti. Sakti hanya mengedikkan bahunya.

Hardian sudah tak sadarkan diri, ia dibawa keruang perawatan. Setelah pemeriksaan selesai, Hardian dibawa ke ruang rawat.

*

*

Pagi sekali.

Putri menggeliatkan tubuhnya, sebelum membuka kedua matanya.

"Tampan." Pemandangan pertama yang dilihatnya, wajah tampan sang suami. Putri menatap ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna itu.

Senyum jahil terbit di bibirnya. Putri menjepit hidung Hardian dengan tangannya membuat Hardian tidak bisa bernapas, seketika Hardian membuka kedua matanya. Sementata Putri tertawa kecil setelah mengerjai Hardian.

Hardian masih menatap Putri dengan perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dia bersikeras untuk pulang dari rumah sakit hanya demi wanita itu. Wanita yang selalu ada di pikirannya.

Hardian mendekat lalu menindih wanita yang berstatus sebagai istrinya itu.

Mereka berdua saling menatap dengan jantung yang berdebar kencang.

Apa dia akan meminta haknya sekarang, kegiatan panas di pagi hari, aku ingin mencobanya. Putri tersenyum lembut.

Aku menginginkannya, tapi akan sangat memalukan jika gagal lagi. Aku harus olahraga dulu supaya lebih perkasa. Hardian.

Hardian mengurungkan niatnya, meskipun burungnya sudah siap untuk mematuk, dia menahannya sekuat tenaga. Kemudian Hardian mengecup kening wanita itu.

"Ayo, kita olahraga?" ajak Hardian. Putri mengangguk malu-malu. Kemudian Hardian bangkit dari atas tubuh wanita itu.

Katanya olahraga, loh, kok, bangun?

"Hey, aku sudah siap." Ingin rasanya Putri mengatakan itu, tapi terhenti ditenggorokan. Kelamaan menjanda dan dikelilingi pria hidung belang membuat otaknya kotor.

*

*

"Paman, tunggu! Aku lelah."

Putri tertinggal di belakang. Dia sudah tidak kuat untuk berlari lagi.

"Manja," ucap Hardian sembari tersenyum tipis.

"Lelah sekali," rajuk Putri, napasnya sudah ngos-ngosan, efek jarang olahraga.

"Ini baru dua kali putaran. Ayo, semangat! Tiga kali putaran lagi," kata laki-laki itu.

"Aku duduk saja, aku tunggu Paman disini." Putri langsung duduk di bangku taman yang ada di dekatnya, mengambil air di dalam tas kecil lalu meneguknya sampai habis

Hardian menggelengkan kepalanya lalu kembali berlari. Putaran berikutnya Hardian melewatinya. Dari jauh Putri melambaikan tangan seperti anak kecil, membuat Hardian malu.

"Ayo, Paman, semangat!" Hardian tak melihat ke arahnya, dia melewati istrinya begitu saja, namun jauh dilubuk hatinya, ada desiran aneh yang membuat bibirnya terangkat ke atas setelah melewati wanita itu.

Putaran berikutnya, Putri mengurungkan niatnya untuk memberi semangat pada laki-laki itu, setelah melihat siapa wanita disamping suaminya.

Dengan cepat Putri berdiri lalu berlari ke samping Hardian. Sekarang mereka bertiga berlari bersama. Putri dan wanita itu, yang tak lain adalah Sayla saling melempar tatapan tajam.

Mereka terlihat seperti musuh yang memperebutkan pangeran. Sedetik kemudian, Putri tersenyum jahil.

"Aduh..." Putri berpura-pura jatuh. Hardian dan Sayla spontan berhenti lalu melihat ke arah Putri yang sudah duduh di bawah.

"Paman, kakiku sakit, sepertinya terkilir. Gendong... " Putri mengulurkan kedua tangannya pada Hardian dengan mimik wajah sendu.

Tanpa mengucapkan apapun, Hardian duduk jongkok di depan Putri. Wanita itu tersenyum menang ke arah Sayla lalu naik ke punggung suaminya.

Sayla menatap Hardian, ia merasa cemburu akan sikap Hardian pada Putri yang terlihat manis dimatanya.

Setelah naik ke punggung Hardian, Putri menjulurkan lidahnya ke arah Sayla. Membuat Sayla mengepalkan tangannya erat dengan wajah tak ramah.

"Paman, aku masih ingin memutari taman ini."

"Yang benar saja, kau itu berat." Sayla yang menjawab dengan ketus.

"Aku tidak bicara padamu."

Tanpa berucap, paman mengikuti kemauan Putri, berleliling taman satu putaran lagi. Sementara Sayla menatap tak suka ke arah Putri.

"Paman memang hebat, kuat dan perkasa. Sama seperti di atas ranjang," puji Putri setelah Hardian berjalan beberapa langkah.

"Au... bokongku."

*

*

1
fay_1571
🥰🥰🥰
Wisnu Mahendra
terlalu fokus dengan putri dan hardian, gak ada selingannya...misalnya aditya atau ratna...jadi terkesan monoton
Kutipan Halu
Ceritanya bagus kak, kalau berminat mampir juga yaa ke cerita baru kuuu iniii!!! 😊
👇👇👇
Terjebak Dalam Cinta Hitam
mimma
Luar biasa
Liaaa♡♡
bagus
fitri
😁😁😁
Baraka
putri juga egois
Alif
hardian gk jelas
Rismawati Damhoeri
jadi kemana Ratna sebenarnya?
Sri Puryani
😀😀gk bs bayangkan klo hardian jd sering senyum...
Sri Puryani
kakek bela putri
Sri Puryani
hardian peka dong.....istri itu pgn di dekati dirayu biar gk marah, kamu hrs mengalah
Sri Puryani
bibi diksh wkt 2 hr, ternyata smpe 1 mggu blm plg jg
Sri Puryani
katanya hardian sdh menyiapkan resepsi pernikahan tp kok blm" ?
Sri Puryani
kenapa mulut laki" itu tdk kau tampar sj hardian?
Sri Puryani
ratna kemana putri? kok gk dicari? ktnya minta tlg hardian kok gk ada kbrnya
Sri Puryani
Buruk
Sri Puryani
putri dileluk paman kok diam sj sih ...
raditya kyknya disembunyikan hardian
Sri Puryani
wah dua" nya suka sama putri nih
Sri Puryani
keluar sj dr kerja htl putri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!