Seraphina di culik dari keluarganya karena suatu alasan. Lucunya ... Penculik Seraphina malah kehilangan Seraphina.
Seraphina di temukan oleh seorang perempuan yang sedang histeris sedih karena suaminya selingkuh, sampai mempunyai anak dari hasil selingkuhan. Perempuan yang menemukan Seraphina tidak mempunyai anak. Karena itulah dia memungut Seraphina. Jika suaminya punya anak tanpa sepengetahuannya jadi ... Mengapa tidak untuknya?
Kehidupan Seraphina nyaman meski dia tahu dia bukan anak kandung dari keluarganya saat ini. Kenyamanan kehidupannya berubah saat orang tuanya mati karena ledakkan.
Saat dirinya sedang terkapar tak berdaya dalam kobaran api. adiknya Ken, berbisik kepada dirinya untuk lari sejauh mungkin. Dengan sekuat tenaga ia melarikan diri dari seorang yang memburunya, karena ia penyintas yang sangat tak diharapkan.
Inilah perjalanannya. Perjalan yang penuh suka dan duka. Perjalanan kehidupannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miao moi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bayi kana telah besar
Kana menatap Seraphina dengan intens. Ia tersenyum tipis melihat Seraphina yang sedang membaca bukunya. Begitu cepat berlalu. Sekarang, bayinya sudah besar. Sudah makin cantik. Mata Seraphina besar berwarna hijau, saat menatap mata Seraphina Kana merasakan ketenangan, Kana sangat suka melihatnya. Seraphina sudah akan berumur delapan tahun.
Rambut panjang Seraphina berwarna merah terang. Rambut yang cantik. Kana sering mengepang rambut Seraphina. Selalu ada ide pola rumit yang suka terlintas di benaknya, membuat ia selalu mencobanya di rambut Seraphina. Hasilnya selalu bagus di bandingkan saat Seraphina masih balita, selalu berakhir kusut.
Dum. Dum. Dum suara nyaring dari dentuman alat musik membuat jendela gemetar. Seraphina tersentak kaget mendengarnya. Mata Seraphina kemudian berbinar-binar mendekati jendela, tangannya menuding, "mereka sudah datang!" Kata Seraphina antusias.
"Ayo ibu kita melihatnya!" Kata Seraphina meloncat-loncat kegirangan.
Kana tersenyum melihatnya. Kedua pelayannya riya dan Mary menghampiri mereka dengan senyum di bibirnya. Mereka juga tidak sabar melihatnya. Mereka bergantian melongokkan kepalanya di jendela, berusaha melihat.
"Ken dimana?" Tanya Kana tidak melihat anak laki-lakinya.
"Dia bersama kakek dan ayahnya, nyonya." Jawab riya.
"Apa mereka tidak mau melihat festival?" Tanya Kana, karena setahunya anak itu juga bersemangat ingin melihat festival.
Kedua pelayannya mengangkat bahunya tidak tahu. Benar, ken adalah anak Juan dari perempuan lain. Awalnya ia sangat tidak mau melihat ken barang sedikitpun, tidak mau menerima ken.
Awalnya ia sangat membenci anak itu. Bayi Ken ... lahir dalam kondisi tidak sehat, dia rentan sakit. Pada suatu malam badan ken panas tinggi, dia demam. Seisi rumah kalang kabut karena teriakan Juan yang panik karena anak laki-lakinya kejang-kejang karena panas.
Awalnya ia santai saja meski Juan teriak-teriak panik. Ia diam tidak keluar dari kamarnya. Santai sambil meninabobokan Seraphina. Tetap diam meski diam-diam penasaran. Saat malam menjadi sangat larut barulah ia keluar dengan lilin kecil di tangannya, ia berjalan dengan perlahan menuju kamar bayi Ken.
Lampu-lampu sudah di matikan oleh pelayan. Sudah tidak ada suara di dalam rumah, suara rengekan bayi terdengar oleh telinga Kana. Desiran gaun piamanya membuatnya terusik, ia khawatir ada yang mendengar dirinya berjalan selarut ini.
Ia sudah rela telanjang kaki, ia tidak memakai sendalnya khawatir akan membuat suara saat ia berjalan. tapi ia rasa sia-sia saja karena suara dari gesekan pakaiannya.
"Keparat lah pakaian ini, mengapa aku tadi memilih memakai yang satu ini?" Bisik Kana kesal sendiri.
Ia penasaran dengan kondisi bayi itu. Apakah bayi itu akhirnya akan mati juga? Sama seperti ibu kandungnya?
Begitu ia membuka kamar bayi Ken, ia langsung melihat Juan yang tertidur telentang kelelahan, di kursi. meski bayi itu masih mewek menangis tapi sudah tidak sekencang tadi. Pelayan yang menjaga terkejut melihat Kana. Kana langsung menempelkan jari telunjuk di bibirnya, isyarat agar tidak berbicara.
Pelayan itu langsung mengangguk patuh. Dan saat itulah pertamakali nya ia melihat Ken saat bayi. Begitu amat kecil. Begitu terlihat sangat rapuh. Dan begitu merah karena panas. Hati Kana terenyuh saat itu juga. Tanpa sadar ia meletakkan telapak tangannya di dahi bayi Ken.
Tanpa diduga bayi itu berhenti menangis membuat pelayan yang menggendong bayi Ken terpaku kaget, lalu tersenyum lembut.
"Mau menggendongnya?" Bisik pelayan itu kepada Kana.
Kana ragu sesaat tapi pada akhirnya ia mengangguk. Begitu ia menggendong bayi Ken di dadanya ia merasa tertusuk, hatinya sakit. Bagaimana bisa ia membenci bayi mungil yang tidak tahu apa-apa ini? Bagaimana bisa ia tega?
Dengan pelan kana mengayunkan tubuhnya agar membuat bayi Ken lebih nyaman di pelukannya.
Tanpa disadari oleh Kana, Juan sudah bangun dari tidurnya. Ia terdiam membisu melihat Kana yang sedang menggendong bayi Ken. Tanpa sadar mata Juan berkaca-kaca melihatnya, tanpa sadar ia menatap intens kepada mereka. Juan terpesona melihat Kana yang akhirnya menggendong ken. Terpesona melihat Ken yang akhirnya berhenti menangis saat dekat dengan Kana.
Hati Juan damai saat melihatnya.
°°°°°°°
"Mary kau katakan kepada mereka kalau kami akan lebih dahulu berangkat melihat festival."
"Saya nyonya?" Tanya Mary dengan raut tidak mau, karena Mary juga antusias ingin segera melihat festival.
"Iya ... Kau bisa langsung menyusul kami setelah memberitahu mereka." Kata Kana.
"Saya ditinggal nyonya?" Tanya Mary.
"Kau tidak mau ditinggal?" Tanya Balik Kana.
Mary dengan kencang menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu cepatlah beritahu agar kau ikut dengan kami!" Kata Kana.
Tanpa berkata lagi Mary langsung berlari keluar dari ruangan. Seraphina dan riya terkekeh melihatnya. Seraphina dengan riang menggamit tangan Kana lalu menariknya dengan tidak sabar. "Ayo bu! Ayoooo!"
"Pelan-pelan sayang, sebentar dulu!" Kata Kana, sambil merapikan gaunnya.
Seraphina cemberut melihat ibunya yang masih berkata sebentar dari tadi. Ia sudah sangat tidak sabar melihat festival berjalan di luar sana. Ini pertamakali nya ia akan melihatnya. Di depan rumah pula. Itu kejadian yang jarang sekali.
"Ayo! Sekarang kita lihat." Seru Kana dengan geli melihat Seraphina yang langsung loncat riang.
Dum. Dum. Dum jantung Seraphina serasa ikut berdentum. saat mereka sudah mendekat melihat parade festival, mata Seraphina melotot saat melihat orang terbang melintas di atas dengan atraksi rumit. Mulut Seraphina terbuka.
Ia berseru saat melihat orang melakukan tarian pola indah dengan elemen api. Ia kembali takjub melihat tanah menyerupai raksasa bergerak melambai dengan riang kepada orang-orang, terdapat manusia asli di pundaknya.
Jantungnya makin berdentum keras saat drumband mendekat. Mereka begitu keren begitu sangat cemerlang dengan pakai seragam putih mereka, Seraphina terpesona. Ia kembali terpesona melihatnya atraksi dari sang mayoret yang melontarkan tongkatnya dengan Pola rumit keatas langit tinggi-tinggi, sebelum dengan lihai menjungkir balikkan tubuhnya.
Dengan lihai ia kembali memutarkan tongkatnya setelah ia kembali menangkap tongkatnya sebelum jatuh ke tanah. Tanpa di sangka tatapan mereka bertemu lalu sang mayoret tersenyum kepada Seraphina mengedipkan sebelah mata kepadanya.
Seraphina nyengir berseru lantang kepada sang mayoret yang telah berlalu. Seraphina mengendus kan hidungnya, ada bau sedap di udara. Matanya mencari-cari, apa yang berbau sedap itu. Seraphina menarik tangan ibunya meminta perhatian. lalu tangannya menuding ke orang yang berkata, "mari beli mari beli!"
Seraphina mendongak menatap ibunya dengan imut, "mari beli?!" Katanya sambil nyengir.
Kana ikut nyengir melihat Seraphina yang terlampau imut. Kana lalu mengangguk mengiyakan. Seraphina berseru senang.
Makin mereka mendekat kepada para penjual makanan, makin kencang orang-orang mengatakan "mari beli mari beli!"
"Baiklah, mari saya beli." Kata Seraphina dengan gaya sopan di buat-buat, membuat Kana kembali nyengir melihatnya.
Seraphina mengecap mulutnya tidak sabar ingin segera merasakan makan itu di mulutnya.