Juminten dan Bambang dari namanya sudah sangat khas dengan orang desa.
Kisah percintaan orang desa tidak ada bedanya dengan orang kota dari kalangan atas hingga bawah.
Juminten, gadis yang ceria dan supel menaruh hati kepada Bambang kakak kelasnya di sekolah.
Gayung bersambut, Juminten dan Bambang dijodohkan oleh kedua orangtua mereka.
Pernikahan yang Juminten impikan seperti di negeri dongeng karena dapat bersanding dengan pria yang dia cintai hancur berkeping-keping. Disaat Juminten berbadan dua, Bambang lebih memilih menemui cinta pertamanya dibandingkan menemaninya.
Apakah Juminten akan mempertahankan rumah tangganya atau pergi jauh meninggalkan Bambang dan segala lukanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa Mulachela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Kring!
Kring!
Juminten segera mengambil ponselnya yang ada di nakas. Senyumnya mengembang, membaca panggilan masuk dari suaminya.
"Halo.. Assalamualaikum, Mas!"
"Waalaikumsalam, sayang lagi dimana?"
"Lagi di kamar Emak, Mas. Ini lagi ndusel di ketiak, Mak" jawab santai Juminten.
Plak!
"Au! Sakit, Mak! Jumi kan, jujur!" Rohaya menggelengkan kepala dengan sifat polos jujur anaknya.
Bambang kaget mendengar istrinya sudah di sana. "Sayang, kapan pergi kesana?"
"Tadi, diajak sama Bang Eka kesini. Kayaknya Jumi nginep disini deh, Mas. Boleh?" Sambil menata bantalan tangan Emaknya. "Emak, kangen kelonan ma Jumi! Tadi aja baru ketemu, Jumi langsung di peluk-peluk! Padahal baru juga nggak di apeli beberapa hari!"
"Gimana nggak meluk? Lu mau jadi korban sosorannya si Sueb. Mak, mana yang tega? Dudul!" geram Rohaya.
"Kenapa sih, Mak? Ikut mulu, kalo ada anaknya teleponan!"
"Itu tandanya, kuping Emak masih berfungsi! Harusnya bersyukur, 'Alhamdulillah, Emak kupingnya masih berfungsi, masih kuat di ajak nguping' !"
"Lah, kok Emak jadi curhat! Kan—"
"Yaudah, sayang disana hati-hati, ya!"
"Maaf ya, Mas. Emak agak julid orangnya!" jawab Juminten dengan berbisik, membuat Rohaya geram mendengarnya.
"Yaudah, Mas matiin ya. Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!"
Mala yang sedang duduk di sebelah brankar ranjang Radit, berjalan menghampiri Bambang di sofa.
"Kan aku udah bilang, Abang pulang aja! Aku nggak mau Juminten punya pikiran jelek lagi sama aku!"
Bambang menggenggam tangan Mala, "Mala, Abang sama Juminten bersatu juga karena dukungan kamu! Kalau bukan karena kamu yang menyuruh Abang buat buka hati, mungkin Abang masih mengagumi kamu!"
Mala menarik tangan yang di genggam Bambang. "Aku mohon, jangan terlalu baik lagi sama aku!" Mala segera berdiri menjauhi sofa, kembali duduk di kursi sebelah brangkar.
Bambang pun bersiap pulang, sepertinya kehadirannya disana tak di sambut baik dengan Mala. "Aku pamit pulang, ya!" membuat Mala kaget.
"Katanya nginep disini, Bang?"
"Nggak, deh! Abang pulang aja!"
"Jangan, Bang!" Mala meraih tangan Bambang. "Please, temenin Aku! Aku takut sendirian disini! Please, Abang tidur di sofa, ya! Mala biar tidur di kursi sini!"
Lagi-lagi, Bambang luluh dengan pesona Mala. Bambang pun menganggukkan kepalanya, lalu memilih tidur menemani Mala.
Sebelum tidur, dia mengirim pesan untuk istrinya.
Bambang : [Yank, besok bolos sekolah, yuk! Mas ajak jalan-jalan. Besok pagi Mas jemput]
🍓🍓🍓🍓
Esok harinya, jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Bambang sudah bersiap memakai jaket kulit hitam juga tas ranselnya.
"Abang berangkat dulu, ya!"
Mala seketika memeluk Bambang. Jujur, setelah dia merelakan Bambang dengan Juminten, ada rasa yang mengganjal di hatinya. Dia kehilangan semua perhatian juga kepedulian Bambang padanya. Bambang memeluk balik Mala, menyalurkan semangatnya agar dia kuat menjalani segalanya sendirian.
"Hati-hati, Bang!" Bambang mengangguk lalu mengusak rambut Radit yang masih terlelap. "Jaga diri, ya! Salam sama Mbok!"
Bambang mengemudikan motornya ke rumah mertuanya, Eka yang sedang menikmati segelas kopi hangat dikagetkan suara motor adik nya.
"Abang kira kamu betah disana, ternyata punya rasa rindu juga sama istrimu!" sindir Eka.
Bambang yang baru sampai, menyambar kopi yang di minum Abangnya. "Abang jangan cari masalah, ini lagi di rumah mertua!" terlihat tatapan mata tak suka.
"Dik, Abang hanya nggak mau kejadian kemarin terulang lagi! Tugas Abang hanya ingatkan kamu! Selebihnya, terserah kamu!" Eka masuk ke dalam rumah, meninggalkan adiknya yang duduk di kursi.
"Good morning Justin and Jessica!" Bambang seketika menoleh, suara melengking istrinya terdengar dari sebelah rumah. Bambang pun segera menghampirinya.
"Au! Au! Kalian menodai mataku pagi-pagi! Maaf, ya! Permisi, sengaja mengganggu!" Juminten meletakkan pakan di dekat pohon delima merah.
"Yank! Ngapain? " teriak Bambang, Juminten pun menoleh. Senyumnya mengembang, melihat suaminya sepagi ini sudah datang.
"Ini, naruh nasi campur buat sarapan mereka!" Juminten pun segera keluar, agar tidak mengganggu aktivitas baru Justin dengan istrinya.
Juminten menggandeng suaminya ke dapur, mendudukkan nya di kursi dekat kompor.
"Bentar, Jumi cuci tangan dulu, Mas!" tangannya terampil mencuci tangan lalu menyiapkan segelas kopi dan kudapan sepiring jajanan pasar untuk mengganjal perut suaminya.
Bambang tersenyum melihat istrinya yang sigap melayaninya. "Terima kasih, sayang!" mengecup dahi Juminten sedetik.
"Ehem! Permisi obat nyamuk lewat, mau ambil tas buat belanja. Mohon maaf sudah menggangu, silahkan dilanjutkan!" sindir Rohaya menatap tajam anak dan menantunya, yang lagi-lagi tak tau tempat.
"Manten baru sih, manten baru! Tapi, nggak tau tempat!" gerutu Rohaya sambil mengambil tasnya.
"Yang sabar ya, manten lawas!" Rohaya menatap bibir tajam anaknya, yang selalu pintar membalas semua ucapannya.
Bambang pun memakan kudapan yang sudah di sugukan. Juminten segera bersiap untuk acara bolos mereka bersama. Juminten memakai t-shirt krem dengan leging hitam panjang, dipadu jaket kulit hitam agar senada dengan suaminya. Tak lupa, rambut panjangnya yang terurai membuat kesan cantik istrinya terlihat.
"Ayo, Mas! Jumi udah siap!" Ucapnya sambil mengambil sneakers merahnya.
"Mau kemana?" tanya Eka melihat dandanan couple mereka berdua. "Bukannya kalian harusnya sekolah? Jangan bilang, kalian mau bolos!"
"Bolos sehari doang, Bang! Kemarin, Mas yang ngajak! Ini hari pertama Jumi bolos, makanya Jumi exiceted. Kalo dulu-dulu, mana boleh sama orang tua Jumi bolos. Sakit pusing doang aja, suruh sekolah! "
"Mau kemana kalian?" Bapak yang baru pulang mengantar Emak belanja kaget melihat penampilang mereka.
"Katanya, mereka mau bolos!" jawab Eka.
Udin menarik nafas panjangnya, mengajak anak dan mantunya duduk di ruang tamu.
"Bukan Bapak sama Abang nggak ngehargai Bambang sebagai suami Juminten. Tapi, kita cuman ingin kalian fokus belajar! Masa depan kalian masih sangat panjang!"
Emak yang baru masuk dari ghibah di depan rumah, juga kaget dengan penampilan mereka.
"Kenapa ini?" tanya Emak yang pura-pura tak tahu apa yang akan mereka lakukan.
"Mereka mau bolos! Pusing, Bapak. Ajak mereka ngobrol Mak! " Udin memilih meninggalkan mereka.
"Ada ulangan nggak kalian?" Mereka menggeleng bersama.
"Ada tugas nggak kalian?" Mereka menggeleng bersama.
"Ya sudah, sekarang Emak kasih ijin kalian buat bolos! Hari ini kalian buat puas jalan-jalan! " senyum cerah terlihat di wajah mereka berdua.
"Tapi.. Setelah itu! Nilai sekolah dilarang jeblok! Khususnya Juminten!" Juminten yang ditunjuk Emaknya, menundukkan kepalanya.
"Walaupun kamu sudah punya suami, kewajibanmu tetap belajar! Belajar juga buat bekal kamu besok. Kira-kira kamu malu nggak, pas anak kamu tanya 'Ibu, ini soalnya jawabannya apa? Terus kamu jawab Wah, Ibu lupa!' Kira-kira apa kamu nggak malu, Jum? " Juminten menganggukkan kepalanya.
"Sama, Bambang juga nanti akan seperti itu! Setidaknya, kalian sekolah sampai lulus SMA! Lowongan pekerjaan dimana-mana juga yang di butuhkan minimal pendidikan SMA, Nak."
Eka ikut berbicara, "Bahkan sekarang mayoritas yang di cari sarjana, Mak!" "sambil menoleh ke Emak." Abang juga lulusan S1 Teknik Mesin, tapi nyatanya profesi Abang sekarang apa?"
"Mbang, Jum! Kalian juga harus ingat, sekolah kalian masih di bayar kami." Eka menoleh ke Emak lagi, "Maaf, Mak! Bambang memang bekerja ojek online. tapi, untuk bayar uang daftar ulang sama uang spp masih dari uang Eka."
Bambang jgn galau gitu,noh Rena sdh siap jd masa depanmu. tinggal kedipkan matamu buat othor. biar bisa dpt daun muda😁✌️🏃🏃🏃💨💨💨💨