Inem Bukanlah Seorang Pelayan

...🌸 Happy reading 🌸...

Ditempat lain, Arjun sedang tertidur pulas dibalik selimut yang hangat dan lembut. Wajah polosnya terpampang jelas menunjukan ketampanannya saat terlelap. Tangganya melingkar memeluk guling yang empuk layaknya seorang anak kecil.

Ting tong,,, ting tong,,,

Terdengar suara bel pintu mengusik tidur nyenyak Arjun. Diapun menggeliat dan mengerjapkan matanya. Saat duduk mau bangun untuk membuka pintu, dia merasa kepalanya sangat pusing dan juga berat. Sehingga dia memutuskan untuk berbaring lagi.

Setelah beberapa saat, dia mendengar ada orang yang berbincang- bincang di luar kamarnya. Yang satu suara perempuan dan yang satunya lagi suara lelaki. Karna merasa tak asing dengan kedua suara itu, dia lalu mencoba untuk bangkit dan keluar dari kamarnya.

Disana dia melihat Lashira sedang bercakap dengan seorang lelaki yang tak lain adalah Kelvin. Sahabat sekaligus teman kerjanya.

Dengan langkah gontai Arjun menghampiri kedua orang itu didekat pintu masuk. Melihat keadaan Arjun yang saat ini hanya memakai kaos onlong dan kolor, membuat Kelvin terkejut. Dia tak mengira kalau ada Arjun disana sehingga diapun menjadi salah tingkah.

"Boss,,, " Ucap Kelvin bercucuran keringat dingin membasahi kening dan lehernya.

Setelah ikut bekerja bersama dengan Arjun begitulah Kelvin memanggilnya. Sebenarnya Arjun tak mau seperti itu, dia lebih suka panggilan nama aja sama sewaktu masih kuliah dulu. Namun Kelvin tetap saja memanggilnya begitu. Awalnya Kelvin hanya bercanda namun sekarang malah menjadi kebiasaan.

"Kamu ngapain pagi - pagi kesini?" Tanya Arjun.

"Eh nggak sengaja bos. Tadi ada urusan disekitar sini trus kepikiran mampir deh." Kilah Kelvin sambil nyengir. Digaruknya kepalanya yang tak gatal dan lalu mengusap te gkuknya sendiri.

"Oh,,, " Jawab Arjun singkat.

"Si@l kenapa sibos malah disini sih?" Guman Kelvin dalam hati.

"Masuk gih,,, aku mau mandi dulu." Ucap Arjun lalu pergi menuju kamar mandi yang terletak dikamar Lashira.

"Bagus ya,,, sekarang udah mulai bobok bareng nih?" Ucap Kelvin sinis.

"Ini nggak seperti apa yang kamu kira." Jelas Lashira."

"Terus itu apa? Dia disini dari semalam kan? Dan lihat saja itu pakaiannya!. Aku nggak yakin kalau kalian nggak ngapa - ngapain."

"Buang jauh pikiran burukmu itu! Semalam itu,,,, !"

Lashira mulai menceritakan kejadian semalam. Mulai dari Arjun yang mencarinya dan meminta untuk menemaninya ke club dimana yang sering didatangi Lashira setiap kali ada masalah ataupun merayakan sesuatu.

Ini diluar kebiasaannya. Arjun yang sama sekali tak suka dengan gemerlapnya club malam, malam ini tiba - tiba saja ingin ditemani kesana. Dia menenggak minuman yang tak pernah disentuhnya. Tak hanya minum satu gelas, tak disangka Arjun menghabiskan hampir dua botol berukuran besar. Hal ini sungguh diluar dugaan Lashira.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa sampai kayak gini?"

Itulah pertanyaan yang sering kali diucapkan Lashira, namun Arjun tak menanggapi pertanyaan kekasihnya.

Tanpa menceritakan apa yang sedang dialamainya sekarang ini. Arjun terus saja menenggak minuman yang ada didepannya tanpa jeda dan Lashira hanya bisa diam dan menuangkan minuman kedalam gelas Arjun yang selalu kosong.

( Tuh gelas bocor kali ya 😄 )

Karena tak mungkin mengantar Arjun pulang dalam kondisi mabuk berat. Akhirnya Lashira berinisiatif untuk membawanya pulang ke apartemen dan menidurkannya diatas ranjangnya hingga pagi menjelang.

Setelah mendengar cerita Lashira tentu saja Kelvin nggak percaya begitu saja. Dia masih berfikiran pasti telah terjadi sesuatu diantara mereka berdua. Dia teringat waktu mengantar Lashira yang juga mabuk waktu itu. Mereka hampir saja melakukan hal yang tak sepantasnya dilakukan.

"Gadis yang pintar, tapi aku tak percaya ucapannu." Komentar Kelvin setelah mendengar cerita Lashira.

"Terserah,,, lagian kan nggak ada urusannya sama kamu. Dia kekasihku dan kamu hanyalah temanku. Jadi kamu nggak berhak ikut campur urusanku!"

"Oh jadi begitu ya,,, disaat kamu senang kamu bersamanya tapi disaat kamu sedih kamu akan mencariku. Memangnya aku ini apa? Teman pelampiasanmu ha?" Kelvin meninggikan suaranya.

"Kelvin apa - apaan kamu ini? Pelan kan suaramu! Aku nggak mau Arjun salah paham sama kita."

"Baiklah,,, kita lihat aja,,, apa yang akan Arjun lakukan kalau dia tahu kita seperti ini!"

Tangan Vian mencengkram dagu Lashira dengan kuat hingga mendongak dan mendekatkan bibirnya ke bibir Lashira. Sontak Lashira menolak perlakuan Kelvin terhadapnya. Dia mendorongnya kuat - kuat hingga cengkraman Kelvin terlepas dan mundur beberapa langkah kebelakang.

"Gila,,, Kelvin kamu sudah gila."

"Ya aku memang gila, gila karna kamu."

"Tutup mulutmu itu. Sebaiknya sekarang kamu pergi dari sini!"

Lagi - lagi Lashira mendorong Kelvin hingga keluar dari apartemen dan lalu menutup pintunya. Lashira bersandar membelakangi pintu, memejamkan mata dan mengatur nafasnya pelan.

Keanehan sikap Kelvin akhir - akhir ini membuat Lashira merasa tidak nyaman. Berbagai pertanyaan bermunculan di benaknya. Apa sebenarnya yang membuat sahabatnya itu bisa berubah sikap terhadapnya.

Sejak kejadian Kelvin bermalam di apartemen Lashira. Sejak saat itu Kelvin mulai berani menunjukan perasaannya. Dia juga tak segan - segan mencumbu kekasih sahabatnya walau sering kali mendapat penolakan.

Beberapa saat kemudian Arjun pun keluar dari kamar sudah mengenakan pakaian rapi. Dia menanyakan kepada gadisnya dimana temannya. Dengan gagap Lashira menjawab kalau Kelvin buru - buru pergi karna ada urusan mendadak.

Ketidak beranian untuk mengatakan yang sejujurnya kepada kekasihnya membuat dia harus terjerumus dalam kebohongan yang entah sampai kapan.

...****************...

Hari sudah beranjak sore, Vian bersiap akan menjemput Inem di kampusnya. Seperti biasa, dia akan selalu berpamitan kepada ibunya.

"Vian berangkat dulu ya mam!"

"Mau kemana? "

"Mau jemput Inem lah mam."

"Panggil dia kak!. Jangan memanggilnya seperti itu!"

"Lhah emang kenapa mam? Biasanya juga seperti itu kan?"

"Dia kakak iparmu Vian. Tak sepantasnya kamu memanggil sebutan nama aja."

"Vian boleh ngomong nggak mam!"

"Apa?"

Sejenak Vian terdiam, dihelannya nafas panjang dan lalu memberanikan diri untuk mengutarakan apa yang menjadi beban hatinya saat ini.

Sebenarnya Selly tak kaget mendengar pernyataan Vian, karna dia sudah mendengar percakapan antara Vian dan juga Inem waktu itu. Selly hanya tak menyangka secepat ini anak bungsunya mengatakan kemauannya.

Dengan tegas Selly menentang perasaan Vian. Berupaya sekeras mungkin agar Vian bisa mengurungkan niatnya untuk mempersunting istri kakaknya sendiri. Walau Vian terus saja membujuk namun Selly tak gentar sama sekali, meski alasan yang diberikan Vian itu masuk akal. Selly tetap menaruh harapan kepada anak sulungnya dan anak dari sahabatnya agar mereka bisa hidup bersama dan bahagia layaknya pasangan suami istri pada umumnya.

Kini kekecewaan dan kebimbangan mendera hati Vian. Ternyata bukan hanya Inem yang menentang perasaannya melainkan ibunya sendiri pun mempunyai pendapat yang sama. Haruskah dia mengikuti kata mereka atau malah bersikekeh memperjuangkan perasaannya terhadap kakak iparnya?

...🌸 Bersambung 🌸...