Kedamaian yang seharusnya bertahan kini mulai redup. Entitas asing yang disebut Absolute Being kini menjajah bumi dan ingin menguasai nya, manusia biasa tak punya kekuatan untuk melawan. Namun terdapat manusia yang menjadi puncak yaitu High Human. High Human adalah manusia yang diberkahi oleh kekuatan konstelasi kuno dan memakai otoritas mereka untuk melawan Absolute Being. Mampukah manusia mengembalikan kedamaian? ataukah manusia dikalahkan?. Tidak ada yang tahu jawaban nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyukasho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27: Wabah Berjalan
Portal ungu yang berkilau memudar perlahan, meninggalkan kelima sosok itu berdiri di tengah reruntuhan kota yang sunyi dan nyaris tak bernyawa. Udara dingin mengalir dari celah-celah bangunan hancur yang tertutup lumut dan debu waktu. Reruntuhan Zafrel bukan hanya kota yang mati. Kota itu adalah makam terbuka bagi ribuan nyawa yang hilang dalam perang pertama melawan Absolute Being.
Langit di atas mereka muram, tertutup awan kelabu yang tidak bergerak. Angin membisikkan suara-suara samar, seakan-akan dinding kota ini menyimpan kenangan penderitaan yang belum selesai.
Sho melangkah lebih dulu, jubahnya berkibar pelan tertiup angin. Matanya menelusuri jalur-jalur runtuh dan patung-patung setengah hancur yang pernah menggambarkan kejayaan Zafrel.
"Energi di sini... sangat padat, tapi juga terkontaminasi." Ucap Aria pelan sambil meraba udara.
Yara menyipitkan mata, tangan kanannya bersiap untuk memanggil badai angin. "Seperti rawa tak terlihat. Setiap langkah di sini seperti menarik sesuatu ke bawah." Ucap Yara dengan penuh kewaspadaan terhadap sekitarnya.
Kieran meletakkan telapak tangannya ke tanah. Petir kecil memancar sesaat sebelum lenyap. "Ada resonansi... sangat halus, tapi berdenyut. Sesuatu sedang aktif di sekitar sini."
Liora menghela napas, mencoba menjaga keberanian. "Kalau benar salah satu dari mereka ada di sini, kita harus cepat. Sebelum dia menyerap lebih banyak energi dari kota ini." Ucap Liora sembari melihat-lihat sekitar.
Sho mengangguk. "Kita bagi dua kelompok. Aku dan Aria ke arah timur—ke reruntuhan kuil pusat. Kieran, Yara, dan Liora ke barat—area distrik pemerintahan lama. Kita kembali ke titik ini sebelum tengah malam." Perintah Sho kepada rekan-rekannya.
"Aku setuju, jika ada keadaan darurat maka lancarkan serangan kalian masing-masing keatas langit." Ucap Kieran.
Mereka pun berpencar.
Sho dan Aria melangkah pelan, melewati lorong-lorong batu dengan ukiran kuno. Energi di sini semakin padat, membuat napas terasa berat.
"Ini... tempat pemujaan
para dewa sebelum perang pecah. Tapi sebagian besar simbol di sini dihancurkan." Gumam Aria sambil menyentuh dinding penuh simbol.
Sho memperhatikan altar di tengah ruangan yang hancur. Di atasnya, masih menyala api tak kasat mata. "Kau merasakannya?" Tanya Sho.
Aria mengangguk. “Ada sisa aura manusia... bercampur dengan sesuatu yang asing. Bekas pertemuan. Tapi yang membuatku takut bukan itu." Jawab Aria.
"Memangnya apa?" Tanya Sho lagi.
"Bayangan... seseorang berdiri diatas altar ini belum lama." Ucap Aria
Mendengar hal itu, Sho langsung mencabut kalungnya, mengubahnya menjadi Bident bercahaya hijau. "Kita tak sendirian disini." Ucap Sho dengan penuh ke kewaspadaan.
"Mari kembali ke tengah kota dan berkumpul dengan yang lain nya terlebih dahulu." Ucap Aria.
Sementara itu di distrik pemeliharaan lama. Yara, Kieran, dan Liora memasuki bangunan setengah roboh yang dulunya balai kota. Pilar-pilar granit besar menjulang seperti tulang-belulang raksasa.
"Aku merasakan sesuatu... seolah-olah ada mata yang mengawasi." Bisik Yara.
Kieran mengangkat tangan. "Diam. ada seseorang selain kita disini." Bisik Kieran.
Mereka semua menahan napas. Kemudian, suara tawa pelan terdengar. Seperti anak kecil.
Liora menoleh cepat kearah sumber suara itu. "Itu suara anak kecil?" Tanya Liora dengan penuh keheranan.
Tawa itu berubah menjadi gema menakutkan, dan tiba-tiba sebuah sosok mengambang muncul di atas mereka, sosok itu adalah laki-laki tanpa bayangan yang pernah diperlihatkan oleh Zenith.
"Kalian terlambat... semuanya sudah dimulai." ucapnya dengan suara yang seperti remaja untuk tubuh sekecil itu.
Petir meledak dari tangan Kieran, Yara memanggil angin badai, dan Liora mulai merapalkan sihirnya—tapi sebelum serangan diluncurkan, bocah itu sudah menghilang... meninggalkan mereka dengan simbol api membara di lantai dengan lambang bintang yang terpecah.
"Kieran, aku merasakan kehadiran Kagutsuchi dari sosok yang muncul barusan." Ucap Raijin kepada Kieran, suaranya bergema didalam kepala Kieran.
"Kurasa kita perlu kembali ke titik pertemuan terlebih dahulu dan berdiskusi dengan Sho dan Aria." Ucap Yara dengan nada bicara yang serius, tidak seperti biasanya yang dipenuhi candaan.
Kembali ke titik pertemuan.
Sho dan Aria telah lebih dulu sampai. Saat Kieran, Yara, dan Liora tiba, wajah mereka tegang.
"Kami bertemu salah satu dari mereka, itu adalah sosok anak kecil yang di beritahukan oleh Zenith." Ucap Kieran cepat.
Sho mengangguk. "Kami berdua juga merasakan kehadiran seseorang, namun hanya jejaknya yang ada, tapi kami tidak menemukan sosok itu." Sambung Sho.
Aria menambahkan, "Dan aku yakin... kita akan menghadapi mereka lebih cepat dari yang kita kira." Tambah Aria.
Yara menatap simbol api yang kini membara di tangannya, bekas interaksi langsung dengan entitas itu. "Kita masuk ke permainan mereka sekarang... dan tak ada jalan keluar selain maju. Sosok yang memiliki tubuh anak kecil memiliki konstelasi Kagutsuchi, kita harus berhati-hati." Ucap Yara sembari mencoba menghilangkan simbol api yang berbekas ditangan nya.
"Itu Informasi yang berharga." Sambung Aria.
Mereka semua berdiri dalam keheningan yang berat. Di atas reruntuhan Zafrel, awan hitam mulai berputar perlahan... tanda bahwa sesuatu telah terbangun.
Langit Zafrel mendadak menghitam. Awan-awan menebal dalam pusaran besar, seakan langit sendiri membusuk. Bau logam dan darah membumbung dari celah-celah tanah, bercampur aroma menyengat seperti daging yang membusuk.
Sho, Aria, Yara, Kieran, dan Liora berdiri dalam siaga penuh di tengah altar reruntuhan. Suasana terasa lebih berat dari biasanya, seperti dunia sedang menahan napas.
Dari pusaran awan, muncullah satu sosok. Ia melayang turun dengan keanggunan menyeramkan. Seorang wanita tinggi dengan rambut merah menyala seperti darah segar yang mengalir liar di udara. Jubahnya panjang dan sobek-sobek di ujung, memperlihatkan kulit pucat keabuan yang diliputi pola seperti retakan batu. Tapi yang paling mengerikan adalah matanya. Sepasang rongga putih terang tanpa pupil, seperti dua bulan mati yang bersinar dingin.
Dunia terasa sunyi saat ia menyentuh tanah. Aria bergidik. “Itu dia... salah satu sosok yang dilaporkan oleh Zenith." Ucap Aria dengan suara bergetar.
"Sho... aku merasakan kehadiran Sekhmet menyelimuti sosok itu" Ucap Persephone kedalam kepala Sho.
Sho mengangguk. "Waspadalah, konstelasi yang menaungi wanita itu adalah Sekhmet!" Seru Sho.
Wanita itu membuka tangannya. Kabut merah menguar dari tubuhnya, perlahan menyelimuti reruntuhan seperti racun hidup. Tanah yang disentuh kabut itu menghitam, dan tanaman yang tersisa di antara batu pun mati dalam sekejap.
"Aku... Irene. Pendeta darah, ratu penyakit. Dulu aku penyembuh. Kini aku pembawa keadilan sejati." Ucap Irene, suaranya bergema.
"Kini Sekhmet telah bangkit dari pengkhianatan manusia. Dan aku satu dengan kehendaknya." Sambung Irene, suaranya terdengar begitu mengintimidasi dan mencekam.
Tanda konstelasi Sekhmet muncul. Sebuah lingkaran dengan siluet singa dan matahari di tengahnya muncul menyala di punggung tangan kirinya. Tapi tak seperti konstelasi lainnya yang biasa menyatu dengan sang pengguna, milik Irene seperti... menguasai dirinya. Atau justru sebaliknya. Ia yang menguasai sang dewi.
Sho maju, Bident-nya terbentuk. “Irene! Kau apakan Sekhmet! seharusnya Sekhmet tidak diciptakan untuk menyebar kematian." Teriak Sho lalu menerjang kearah Irene.
Irene tersenyum tipis. "Sekhmet bukan dewi pengasih. Ia adalah murka. Aku hanya memurnikan dunia dengan warisannya." Seru Irene dengan suara yang kencang.
Ia mengangkat satu jari ke langit. Dari awan gelap, hujan merah mulai turun. Tapi ini bukan hujan biasa... tetesannya menyentuh kulit, dan langsung membuat bisul merah meletus di tubuh para Hollow yang mendadak muncul dari bawah tanah. Beberapa makhluk itu berteriak... lalu meledak, menyebarkan kabut penyakit lebih jauh.
Yara menutup wajahnya dengan jubah, "Ini... bukan sihir biasa. Ini kutukan tingkat tinggi!" Ucap Yara dengan penuh kewaspadaan.
Liora mulai melafalkan mantra pelindung, menciptakan kubah cahaya untuk mengusir kabut."Aegis Mea!" Ucap Liora. Tapi bahkan sihir suci miliknya bergetar melawan energi Sekhmet yang terdistorsi.
Yara melapisi tubuhnya dengan angin lalu melesat maju, mencoba menyerang langsung.
Namun Irene mengayunkan tangan, dan dari tanah muncul ratusan tangan hitam tipis seperti roh orang mati yang kelaparan. Mereka meraih Yara, menariknya ke tanah. Ia melepaskan ledakan angin untuk membebaskan diri, tapi wajahnya pucat karena terinfeksi, bintik-bintik merah bermunculan di bahunya.
Kieran segera menyambar Yara dan membawanya ke belakang, menyelimuti nya dalam pusaran petir pelindung.
"Kita tak bisa melawan langsung! dia sedang menyebar penyakit ke seluruh area!" Teriak Sho dengan, mata nya hanya tertuju pada Irene.
"Sho hati-hati!" Seru Aria kepada Sho.
Irene melangkah mendekat perlahan, kabut penyakit terus menari di sekelilingnya. Tapi matanya... tak berpaling dari Sho.
"Bintangmu bersinar terang, Sho. Tapi semua bintang akan mati. Sama seperti konstelasi lainnya, Sekhmet akan membakar jalanmu." Ucap Irene, suaranya benar-benar mengintimidasi.
Sho reflek melompat ke depan, menyerang dengan Bident dalam bentuk penuh. Cahaya hijau meledak dan mengenai dada Irene secara langsung dan membakarnya hidup-hidup dengan api hijau. Tapi bukan daging atau darah yang menyembur... melainkan uap hijau dan kilatan kutukan.
Irene tertarik mundur, tubuhnya retak, tapi tertawa kecil. "Kuakui kau kuat. Tapi kau belum tahu... siapa yang benar-benar memegang kendali." Desis Irene, suaranya terdengar licik bagaikan ular.
Tiba-tiba, dari sisi altar, portal merah darah muncul. Dua sosok lain perlahan berjalan keluar. Satu pria tua dengan topeng burung dan wajah nya sepenuhnya tertutup. Satu lagi, seorang anak laki-laki yang dilaporkan memiliki konstelasi Kagutsuchi, ia memiliki rambut berwarna keperakan dan jubah obsidian.
Aria menjerit pelan, "Tiga High Human yang dilaporkan oleh Zenith kini berada di sini... firasat ku benar-benar tidak nyaman."
Sho berdiri tegak, luka di bahunya mulai menyebar ungu, tanda infeksi Irene. Tapi dia tak mundur.
“Kau boleh kendalikan Sekhmet sekarang, Irene... Tapi aku bersumpah atas nama Persephone. aku akan membebaskan dewi itu dari wabah yang kau bawa." Seru Sho.
Langit menggelegar. Konstelasi-konstelasi para High Human yang baru saja muncul mulai berpendar di atas reruntuhan. Perang bintang baru saja dimulai.
Btw bagusss bangett, aku menunggu chapter berikutnyaa/Applaud//Applaud/
sayangg lioraa🫂🫂
peluk jauh untukmu sayanggg🫂🫂
Btw Aria cantik 08 berapa neng? /Smirk//Smirk/
Semangatt terus buat authornya yaaaa
Rasanya campur aduk kayak nasi uduk, aaaa aku ga bisa ngungkapin perasaan ku dengan kata' tapi yang pasti ini KERENNN BANGETTTTT
Oiyaa, semangat terus yaa buat authornyaa /Determined//Determined/