Seperti halnya alinea yang membutuhkan penggabungan beberapa rangkaian kata dan kalimat untuk bisa terbentuk sempurna, begitu pula dengan kisah cinta yang membutuhkan rangkaian perasaan untuk menjadi sebuah kisah cinta yang sempurna.
Berangkat dari sebuah tikaman tak kasat mata yang membuat hati begitu terluka, seonggok daging yang bernyawa mempunyai harapan untuk bisa mendapatkan sebuah cinta layaknya Rasulullah yang begitu mencintai Khadijah.
Mungkin semua orang bisa menentukan tujuan mereka, tapi tidak dengan apa yang akan mereka temukan. Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Disinilah perjalanan diantara suka dan duka dalam kehidupan yang terakit indah menjadi sebuah ALINEA CINTA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lin Aiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
"Kak...,"
Suara Mina menghentikan aktivitas Sky yang sedang menyantap sarapannya yang telat sebab sibuk mengurus Sora yang hendak kembali ke Jakarta.
"Eh, Dek. Ayo sarapan..." Ajak Sky, ia senang melihat Mina yang mau keluar kamarnya setelah beberapa hari sering mengurung diri di kamar.
Mina duduk di kursi meja makan. "Ada yang mau mina tanyakan."
"He'em, apa?"
"Apa kak Sora benar-benar mengikhlaskan Kak Almeer untukku?" tanya Mina.
Sky meletakkan sendok dan garpunya diatas piring, kemudian melipat kedua tangannya dan menatap Mina.
"Dia sangat menyayangimu, Mina. Dia memang terlihat bodoh dan ceroboh, tapi dia punya kelebihan yang jarang sekali orang lain miliki..., ketulusan. Terutama untuk keluarga." Jawab Sky.
"Ikhlas itu hal yang sulit, Dek. Tapi kakak yakin, dia akan berusaha mengikhlaskan Almeer untukmu." Lanjut Almeer.
"Apa aku salah jika aku memperjuangkan kebahagiaanku, Kak?"
Sky menggeleng, "Semua berhak bahagia, Dek. Termasuk kamu, Sora maupun Almeer. Kalian semua berhak bahagia. Tapi kamu juga harus ingat, jangan sampai keinginanmu untuk bahagia harus merusak kebahagiaan orang lain."
Mina mengatupkan bibirnya rapat-rapat, dia sadar kalimat kakaknya itu sebenarnya untuknya.
"Sora bertemua dengan Almeer ketika kami berusia delapan tahun, Sora adalah cinta pertama Almeer, Dek."
"Benarkah!?" Mina terbelalak.
Sky mengangguk, "Almeer memendam perasaan itu sampai saat ini. Tapi, karena suatu hal dia tidak berani menyatakan perasaannya pada Sora."
"Tapi, tadi pagi kak Almeer—"
"Entahlah...," Sky mengangkat kedua bahunya, "Aku tidak tahu dia dapat keberanian darimana hingga akhirnya berani melamar Sora. Udah takdir mungkin..." Lanjutnya.
Mina kembali diam, dia merasa benar-benar jahat karena ingin bahagia, tetapi ia melupakan satu hal. Meskipun kakaknya melepaskan Almeer, belum tentu Almeer akan menerima cintanya.
Mina berdiri dari duduknya dan meninggalkan meja makan.
"Mau kemana, Dek?" Teriak Sky.
Gadis bertubuh mungil itu mengabaikan pertanyaan kakaknya. Ia berlari menuju ke rumah Almeer. Gerbang rumah itu sudah terbuka, cafe sudah persiapan untuk buka. Mina berharap Almeer ada di rumahnya.
"Assalamu'alaikum...," Mina mengucap salam tepat didepan pintu rumah Almeer.
"Wa'alaikumsalam...," Ruby menutup Qur'an yang ia baca di ruang tengah dan pergi menuju ke ruang tamu untuk membukakan pintu sang tamu.
"Iya? cari siapa, mbak?" tanya Ruby ketika membuka pintu.
"Maaf, Tante. Apa kak Almeer ada di rumah?" tanya Mina.
"Al sudah berangkat kerja dari tadi." Jawab Ruby.
Mina kecewa karena ia sudah terlambat.
"Ada perlu penting sama Al, ya?" tanya Ruby.
"Iya, Tante. Agak mendesak." Jawab Mina.
"Ke kantor aja, Mbak. Gak terlalu jauh, kok." Ruby memberi saran.
Mina mengangguk, "Terimakasih, Tante. Saya pamit dulu." Mina mencium tangan Ruby, "Assalamu'alaikum...,"
"Wa'alaikumsalam....,"
Mina berlari kecil meninggalkan Ruby. Sedangkan Ruby masih mencoba mengingat siapa gadis yang baru mendatanginya tersebut.
"Ada apa Mina kesini, Ma?" tanya Ameera yang baru datang dari arah cafe.
"Oooh, itu yang namanya Mina? pantas saja Mama merasa gak asing lihat dia."
"Kenapa? Mama lebih suka Mina daripada mbak Sora?" tanya Ameera.
"Hush! Gak boleh gitu." Ruby mencubit pelan hidung putrinya, "Siapapun pilihan mas mu, Mama pasti dukung."
Mina terkekeh kecil.
***
"Kak Sky!!"
Teriakan Mina membuat Sky terkejut hingga menyemburkan air yang minum ya yang belum sempat ia telan. "Apa, Deeeek?" tanyanya kesal.
"Kak, anter aku ke kantor kak Almeer, yuk!" Pinta Mina.
"Ogah! Ngapain juga kesana? Sama pak Khusno atau si Radit sana." Tolak Sky mentah-mentah.
"Ayolah, Kak. Demi kak Sora."
Sky menatap heran dan mencoba menebak sesuatu, "Maksud kamu apa, Dek?"
"Aku gak mau menyesal dikemudian hari karena keegoisanku, Kak." Kata Mina, "Ayoo, Kak. Jangan mikir lama-lama." Mina menarik tangan Sky dan mengajaknya keluar rumah.
"Mas Radit, pinjam kunci mobilnya dong." Pinta Mina pada Radit yang baru selesai mencuci mobil yang biasa ia kendarai untuk mengantar Mina kemana-mana.
"Silahkan, Non."
"Makasih, Mas." Mina mengambil kuncinya dan memberikannya pada Sky.
Kakak beradik itu pun segera pergi ke kantor Almeer. Namun sampai sana, Mina harus menelan kekecewaan lagi karena Almeer sedang ada pertemuan di luar kantor.
"Udahlah, Dek. Nunggu dia pulang aja." bujuk Sky.
"Aku maunya nanti malam kak Almeer tuh udah berangkat ke Jakarta, Kak. Papa khawatir karena papa nyuruh kak Aga ke Jakarta itu buat dinikahin sama kak Sora." Ujar Mina panik, ia tak henti mengadu kedua ibu jarinya.
"Ya udah, pesenin aja dia tiket pesawat. Ntar kalau dia pulang suruh langsung berangkat."
Mina mengangguk, "Kak Sky pesenin ya, aku gak bawa hape nih."
"Bentar, ku telepon Aga biar pesenin." Sky mengeluarkan ponselnya, namun segera di rebut Mina.
"Katanya bisa ngelakuin apapun yang gak bisa dilakuin orang lain, nyatanya gak bisa ngelakuin apa yang orang biasa lakuin." Gumam Mina, ia mengotak atik layar ponsel kakaknya.
Sky hanya mengintip ketika Mina memasukkan data diri Almeer, dirinya dan milik Mina sendiri.
"Kok, kamu hafal nomor identitas Almeer, Dek?"
"Namanya juga cinta, Kak. Nomor katepe aja di hafalin."
"Oooh..., gitu ya." Gumam Sky, ia merasa geli sendiri melihat kedua saudaranya sangat menggilai orang yang menjadi saingannya.
***
Usai Sholat Isya', Mina ditemani Sky datang ke rumah Almeer. Mina memberanikan diri meminta maaf dan menjelaskan maksud kedatangannya.
"Aku mohon, Kak Almeer mau meneruskan niat baik Kak Almeer ke kakakku..." Pinta Mina.
"Apa kamu benar-benar serius dengan perkataanmu, Mina? aku tak mau merusak hubungan persaudaraan kalian." Almeer terlihat ragu mengenai permintaan Mina.
"Aku akan berusaha untuk mengikhlaskanmu, Kak. Biarlah urusan perasaanku aku yang mengagasinya. Tapi untuk saat ini Yang terpenting kamu dan kak Sora bisa menyatukan rasa kalian." Mina masih meyakinkan Almeer.
"Kami udah pesankan tiket ke Jakarta. Maunya sih malam ini, tapi karena full booking jadi besok pagi." tambah Sky.
Almeer tak tertegun, ia tak tahu jika mereka sudah seniat itu.
"Kak....," Mina masih menunggu jawaban.
Almeer mengangguk, "Iya, Mina. Insyaa Allah aku akan pergi bersama kalian ke Jakarta."
"Alhamdullillah, kak Sora pasti seneng banget."
Almeer tersenyum, ia bersyukur jika Mina mau merubah keputusannya. Degub jantungnya sekarang mulai berbeda, karena kali ini bukan hanya Sora yang akan ia temui, tapi ia juga harus menghadapi orangtua Sora. Menjelaskan semua keadaannya dan niat baiknya pada orangtua Sora.
"Udah, Dek. Kita pulang...," Ajak Sky.
Mina mengangguk kemudian menatap Almeer, "Pesawatnya jam Delapan empat lima, Kak." Kata Mina.
"Iya, Mina."
"Udah, Ayooo." Sky sudah tak sabar untuk segera pergi, karena hatinya juga belum cukup kuat untuk bertemu Ameera.
"Kami pamit dulu, Kak. Assalamu'alaikum...," Pamit Mina.
"Wa'alaikumsalam...,"
Almeer mengantar kepergian Mina dan Almeer sampai didepan pintu ruang tamu rumahnya. Senyum tipis mengembang disana meskipun semua orang bisa menebak bagaimana cemas hatinya.
"Papa senang kamu buat keputusan yang baik."
Almeer menoleh ke belakang, papa dan mamanya sudah ada di ruang tamu. Ia kembali ke dalam menghampiri Hiko dan Ruby.
"Minta do'anya ya, Pa, Ma..." Pinta Almeer.
"Tentu, do'a terbaik pasti untukmu." Sahut Ruby.
Hiko menepuk bahu putranya, "Perjuangkan apa yang harus kamu perjuangkan."
Almeer mengangguk. "Terimakasih, Pa, Ma."
***
Pintu keluar VIP Bandar Udara internasional Soekarno Hatta menjadi tempat tujuan Sky, Mina dan Almeer. Beberapa pengawal mereka sigap selalu di belakang. Pelayanan VIP dan pengawal yang selalu membantunya, bahkan hanya sekedar membawakan tas ransel miliknya membuat Almeer sangat risih.
Ia menatap pria berkaos putih dengan celana jeans dan sebuah kacamata hitam sedang berjalan lurus tegap disampingnya, dan seorang gadis muslimah berkerudung lebar berjalan dengan anggun di samping kakaknya. Rasa tidak percaya diri mucul di benaknya.
Ya Allah, benarkah apa yang kulakukan ini? bagaimana bisa tiba-tiba aku merasa sekecil ini sedangkan aku hanya dihadapan hambamu.
Keluar dari pintu VIP, ada beberapa orang pria yang memakai setelan hitam menyambut kedatangan Almeer, Sky dan Mina lalu menunjukkan arah dimana sebuah MPV premium class keluaran terbaru sudah menyambut mereka.
"Silahkan, Tuan." Seseorang membuka pintu mobil dan bertiga mereka masuk ke dalam mobil.
Kendaraan yang ditumpangi Almeer mulai melaju, dua mobil sedan dibelakang mereka mengikuti segera. Almeer tersenyum masam, bukankah ini terlalu berlebihan? batinnya.
Tak banyak percakapan diantara mereka bertiga didalam mobil. Mina memilih membaca sebuah buku, Sky sibuk berbicara dengan rekan bisnisnya menggunakan bahasa Inggris, sedangkan Almeer menatap keluar jendela. Mencoba mengukuhkan kembali rasa percaya dirinya yang mulai dipangkas kenyataan.
Setelah bersabar menikmati jalanan ibu kota yang padat, mobil mulai melambat ketika memasuki pintu gerbang sebuah rumah mewah milik salah satu pengusaha sukses se-Asia.
Mobil terhenti tepat didepan pintu utama rumah. Pilar besar sebagai peyangga rumah, lantai teras yang terbuat dari marmer, lampu gantung unik bertengger di langit-langit teras, semua kemewahan itu nampak begitu berbeda dimata Almeer. Berbeda sekali dengan saat pertama kali dia datang mengantar Sora.
Beberapa asisten rumah tangga berdiri menyambut kedatangan mereka.
"Ayo masuk, Kak." Ajak Mina.
Almeer mengangguk. Ia mengikuti langkah Mina dan Sky untuk masuk ke dalam rumah. Sekali lagi, kenyataan memangkas rasa percaya dirinya. Namun foto Sora di dalam bingkai foto keluarga berukuran besar di ruang tamu itu membuat Almeer mendapat kekuatan kembali.
Kamu punya Allah, Al. Bagaiamana kamu takut terlihat miskin dihadapan mereka sedangkan kamu hamba dari Allah yang maha kaya. Almeer menyemangati dirinya lagi.
"Assalamu'alaikum, Ma..." Mina berlari menghampiri mamanya yang baru menginjakkan kaki di lantai satu.
"Wa'alaikumsalam, kenapa gak bilang-bilang kalau pulang sayang?" tanya Senja.
Mina pindah memandang Almeer yang berdiri di dekat sofa ruang tamu.
Senja terkejut dengan kehadiran Almeer, "Kenapa Almeer ada disini, sayang?" tanya Senja penasaran. Hatinya sudah tak menentu, ia takut jika kedatangan Almeer kesini akan menyakiti salah satu putrinya.
"Kak Almeer ada perlu dengan papa, Ma." Jawab Mina.
Senja semakin terbelalak, rasa takut semakin membungkus benaknya.
"Siapa, sayang?" Langit yang menuruni anak tangga terlihat penasaran.
"Mas....," Senja berbalik menatap suaminya.
"Ada apa?" Langit mencoba mengintip siapa tamu yang membuat istrinya terlihat cemas. Dan setelah menemukan jawabannya, ekspresi wajah Langit berubah dingin.
***
Langit, Senja, Mina, Sky dan Almeer duduk di sofa ruang tamu rumah Langit. Almeer duduk sedikit menunduk sebab Langit sedari tadi menatapnya dingin tanpa bicara sepatah katapun. Entah apa yang sedang ada di dalam pikiran pria paruh baya itu. Sky bersikap cuek menatapi layar ponselnya, sedangkan Senja dan Mina bersikap sangat ramah dengan kedatangannya.
"Silahkan di minum, Nak Almeer." Senja sengaja memecah keheningan.
"Terimakasih, Bu." Ujar Almeer, ia meneguk teh hangat yang beberapa saat lalu diantar salah satu asisten keluarga Langit.
Senja mencubit pelan pinggang Langit agar berhenti menatap Almeer seperti itu. Langit menatap istrinya memberi isyarat agar tenang.
"Maaf jika kedatangan saya mengganggu waktu anda, Pak." Akhirnya ia memberanikan diri untuk membuka pembicaraan lebih dulu, ia tak bisa jika harus berdiam diri lebih lama.
"Ya, aku cukup terkejut dengan kedatanganmu." Jawab Langit, ia sedikit meringis ketika mendapat cubitan kecil dari istrinya.
"Mas..., jangan bikin anak orang takut, kasihan." Bisik Senja.
Langit kembali menatap Almeer, kini wajahnya lebih tegas.
"Saya disini ingin menyampaikan niat baik saya untuk meng-khitbah putri anda, Pak." Lanjut Almeer.
"Huh!" Langit tersenyum masam, tentu saja hal itu membuat perasaan Almeer menjadi tak karu-karuan.
"Sora atau Mina? kedua putriku menyukaimu. Benar, kan?" tanya Langit, "Bisa-bisanya mereka menyukai pria yang sama." Gumamnya.
Almeer semakin menunduk mendengar ucapan Langit.
"Siapa yang kau pilih?" tanya Langit.
"Saya berniat menjadikan Kianga Sora sebagai istri saya, Pak."
"Hahahahahaa...," Tawa Langit menggema diruang tamu yang besar itu. Namun tawa itu hilang seketika saat menatap Almeer kembali. "Apa yang membuatmu memilihnya?"
Untuk pertama kalinya Almeer menatap mata Langit penuh keyakinan, "Karena dia adalah Kianga Sora, Pak."
Langit terdiam, pandangan mereka beradu. Tatapan Langit cukup mengintimidasi Almeer, namun pria muda itu tak akan menunjukkan rasa ragunya.
"Aku takut niatmu melamar putriku karena terpaksa...."
Almeer kebingungan dengan maksud pertanyaan Langit padanya.
Senja yang melihat kehadiran putrinya langsung berdiri, "Sudah pulang, sayang?" Sapa Senja menghampiri Sora.
Sora terdiam, ia sedang memahami kalimat yang di ucapkan papanya barusan. Ia tahu hal ini akan terjadi, tapi kenapa secepat ini. Hatinya belum sembuh, hatinya masih merangkak menyembuhkan luka.
Tas di tangan Sora terjatuh, ia tak punya tenaga untuk menentengnya. Almeer yang mengetahui itu langsung menoleh ke belakang.
"Sora...,"
"Almeer..., "
Sora mematung dengan pikirannya sendiri hingga Senja menghampirinya. Air mata menetes di pipinya.
"Sayang...," Senja mengusap airmata putrinya.
"Sora ke kamar dulu, Ma." Pamit Sora.
"Kak Sora!" Mina berlari untuk menahan Sora. "Kak, dengerin dulu."
Sora memejamkan matanya untuk menahan air matanya, namun itu sama sekali tak berhasil. Yang terjadi malah sebaliknya, air mata itu mengalir lebih deras.
"Kak..., Kak Almeer kesini buat melamar kak Sora." Ujar Mina.
Sora membuka matanya dan menatap adiknya untuk memastikan pendengarannya.
Mina mengangguk, "Kak Almeer datang untukmu, Kak."
"Deeek...,"
"Aku gak mau menjadi penghalang diantara kalian, aku tahu kalian saling mencintai." Ujar Mina.
"Dek, kakak udah janji ke kamu."
Mina menggeleng, "Mina masih harus bersabar lagi menunggu pemilik tulang rusuk ini."
Sora masih tercengang, Mina tersenyum dan mengangguk untuk meyakinkan kakaknya. Ia menarik Sora untuk duduk di sofa ruang tamu bersama yang lainnya.
Almeer tersenyum lembut pada Sora, sedangkan wanita itu masih berusaha menerima situasi yang sedang ia alami.
"Kau benar mencintai dia?" Langit mengulang pertanyaannya.
Almeer mengangguk penuh keyakinan, pandangannya masih lurus menatap Sora yang sedang duduk lurus didepannya.
"Aku takut kau menerima putriku karena terpaksa, sebenarnya kau hanya ingin memanfaatkannya untuk usaha yang sedang kau rintis."
"Pa!!" Pekik Sora tak terima dengan pendapat papanya.
"Ga!" Panggil Langit pada Aga.
"Ya, Tuan."
"Ambilkan map hitam di atas meja kerjaku." Pinta Langit.
"Baik, Tuan." Aga pergi menuju ke ruang kerja Langit.
"Almeer bukan orang seperti itu, Pa." Sora masih keukeh membela Almeer.
"Semua laki-laki yang kau sukai pasti kau bilang orang baik, dia berbeda dengan yang lainnya." Sahut Langit.
"Pa..., Almeer memang berbeda. Dia benar-benar berbeda dari yang lainnya."
"Ya, Papa tahu dia memang berbeda dengan yang lainnya." Langit mempertegas kata berbeda pada kalimatnya.
Tentu saja hal itu membuat Sora, Almeer bahkan Sky ikut terkejut.
"Paaa...," Sora memohon agar Langit tak sampai mengucapkan hal yang akan membuat Almeer terluka.
"Silahkan, Tuan." Aga datang memberikan sebuah map bersampul hitam tebal.
Langit mengambil dan membuka lembar demi lembar kertas yang ada di dalam map itu. "Sagara Almeer, bekerja sebagai direktur di perusahaan Animasi milik orang tuanya dan berencana mengakhiri masa kerjanya bulan ini. Mempunyai usaha desain grafis dan animasi yang baru dirintisnya setahun yang lalu. Dengan karyawan 8 orang dan pendapatan kotor bulanan tak sampai tiga puluh juta."
Langit menatap Almeer, "Aku tidak yakin Sora bisa hidup hanya dengan uang segitu."
"Paaa!!" Sora berdiri menghampiri papanya.
"Mas, tolong jangan seperti ini." Senja ikut mengingatkan suaminya.
"Aku harus luruskan semuanya disini. Okelah, jika kamu memang tulus mencintainya atau mungkin kamu tak mau memanfaatkannya. Tapi, aku tidak bisa membiarkan putriku hidup serba kekurangan."
"Saya mungkin tak terlalu banyak harta, Pak. Tapi saya sebagai seorang pria mempunyai tanggung jawab untuk tak membuatnya sampai kekurangan dalam hal apapun."
Langit tersenyum masam, "Kata-katamu sungguh manis sekali."
BUG!
Langit melempar map ke atas meja, map itu terbuka dan menunjukkan ada foto pria muda dan seorang wanita muda berambut pendek.
"Aku bisa saja membantu masalah keuanganmu. Tapi aku tidak yakin bisa membungkam semua mulut orang jika putriku menikah dengan anak mantan artis terkenal Ibrahim Akihiko dan Antanara pricilia. Scandal orangtuamu sangat menggegerkan kala itu."
"Paaa, Cukup!!" Teriak Sora, ia kembali menangis ketika papanya membuka aib keluarga Almeer didepan semua orang.
Sky yang tak tahan dengan sikap papanya langsung berdiri, "Aku tak tahu papa punya sikap searogan, ini." Ujar Sky.
"Kau pikir bisa membohongi papa dan menutupi siapa dia?" tanya Langit. Ia tersenyum masam, melipat kedua tangannya di dada dan menyandarkan tubuhnya di sofa.
Sky menghampiri Almeer, "Maafkan papaku sudah menghinamu, Al. Seharusnya aku tak memaksamu untuk kesini. Aku akan mengantarmu pulang." Sky mengambil tas milik Almeer.
"Tidak, Sky. Papamu tidak menghinaku. Beliau hanya khawatir tentang kebahagiaan putrinya jika menikah denganku." Ucap Almeer.
"Aku senang kau cukup pintar untuk memahami semua ucapanku." Sahut Langit. "Sebaiknya kau urungkan niatmu melamar putriku. Sebab aku sudah mempunyai calon yang ku anggap cocok untuknya."
"Aga!" Langit menunjuk pria tinggi yang sejak tadi hanya berdiri diam disampingnya.
-Bersambung-
.
.
.
.
.
INFO DULU, DIBACA!
GAK JADI DEH. GAK ADA INFO. HAHAHAHAHA.
HAYO, SIAPA YANG TEBAKANNYA BENER???
SORA KE ALMEER APA KE AGA? APA KE PRANY AJA?
MAAFKAN KALO ADA TYPO TYPO YA.
Jangan lupa BAYAR AKU dengan tekan LIKE, ketik KOMENTAR, kembali ke halaman sampul buat KASIH BINTANG LIMA dan kalo ada yang punya lebihan poin kasih VOTE novel ini ya.
Terimakasih sangat laf laf kuh.
narsis nya gen papa hiko banget
/Facepalm/
orang tua begitu tuh karena sayang ,peduli ,care .bukan maksud merendahkan,meremehkan .
laa haula wa laa quwwata illaa billaah /Sob//Sob//Sob//Sob/