🌻Bijaklah dalam membaca. Novel ini mengandung unsur 21+🌻
Siapa yang mau mengalami kegagalan di hari pernikahan? Pasti tidak ada yang menginginkannya.
Niranida Alifia, hampir saja mengalaminya. Kekasihnya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H.
Untunglah ada seorang pria yang mau menikah dengannya, dan acara pernikahan berjalan lancar. Tapi bagaimana jalan kisahnya kalau menikah bukan dengan pria pilihannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vivi We, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 33. Maaf
Setelah berperang dengan dirinya sendiri untuk menyudahinya, tiba-tiba dengan reflek,
Plakk,,,
Suara tamparan itu terdengar dan mendarat tepat di pipi tampan Arka. Arka yang mendadak mendapatkan hadiah tamparan, menghentikan kegiatannya. Dia menatap Nira tajam. Tatapan yang tadinya terbalut gairah, kini menjadi tatapan penuh amarah.
Arka meninggalkan Nira yang masih terbaring di ranjang tanpa kata-kata. Dia masuk ke dalam kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin untuk meredamkan gelora panas yang membara di tubuhnya dan juga pikiran yang telah dipenuhi kabut birahi.
Bugh,,
Arka meninju dinding kamar mandi. Dia tak menyangka akan ditampar oleh seorang wanita, terlebih yang menamparnya adalah istrinya sendiri. Apakah salah apabila dia meminta haknya sebagai suami?
Rasa ingin memiliki sepenuhnya semakin menggebu saat dia mengingat kembali istrinya dekat dengan pria lain. Jelas sekali dia melihat dari pancaran saat Bayu menatap istrinya. Rasa suka tersirat dari mata Bayu. Arka tak suka itu. Itulah awal di mana dia harus memiliki Nira seutuhnya agar tak ada pria lain yang akan mengambil Nira dari sisinya.
Entah apa yang dia rasakan saat ini. Apakah dia cemburu? Dia tidak tahu. Mungkin dia tak menyadari akan perasaannya. Dia lebih mementingkan ego dan harga dirinya untuk sekedar mengakuinya.
Memang awalnya dia hanya berniat untuk membuat pelajaran dan perhitungan pada Hendra yang tak lain adalah papa mertuanya. Tapi sepertinya kini dia terjebak dalam permainannya sendiri. Dia kini jatuh ke dalam sebuah perasaan yang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.
Sedangkan Nira, dia duduk sambil bersandar di kepala ranjang. "Ma,, maaf." ucap Nira dengan perasaan bersalahnya. Dia menatap pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat. Entah apa yang dilakukan Arka karena sudah hampir setengah jam berada di dalam sana.
Nira tertunduk lesu. "Bukan maksudku seperti itu. Bukan maksudku juga untuk melukai wajah tampanmu itu." lirih Nira sambil melihat tangan yang sudah lancang menampar wajah tampan Arka. Kelima jari itu yang telah memberi bekas merah di pipi suaminya. Mungkin juga akan membekas di hati Arka. Ahh, semoga tidak.
"Kau itu bodoh sekali, Nira. Lancang!" rutuk Nira sambil memaki tangan kanannya.
Deg,,
Seketika Nira menoleh ke arah kamar mandi saat terdengat suara pintu terbuka.
"Aduh, aku harus bagaimana?" tanyanya. Dia memilih bersembunyi di balik selimut. Menutupi semua tubuhnya sampai tak ada yang terlihat sedikitpun.
Cukup lama tak ada pergerakan sampai dia merasakan sedikit guncangan di ranjang yang menandakan kalau Arka telah berbaring di sampingnya.
Sepuluh menit berlalu, sunyi yang dirasakannya. Penasaran apakah Arka telah tidur, Nira membuka selimut yang menutupi kepalanya dengan sangat pelan. Matanya melirik pada tubuh kekar yang kini berbaring membelakanginya.
Rasa bersalah kembali merasukinya ketika melihat tubuh tenang itu tertidur. Masih terngiang-ngiang saat tangannya melayang tadi.
"Akhh,, kenapa mata ini tidak juga terpejam?" gerutunya karena sudah satu jam dia hanya membolak-balikkan badan ke kanan dan ke kiri.
Kini Nira membalikkan tubuhnya tepat menghadap pada Arka. Tangannya terjulur dan jari lentik itu mencolek-colek punggung yang terlihat sangat kekar itu.
"Arka, apa kau tidak pegal tidur seperti itu? Jangan ditahan, nanti kesemutan lho. Aku minta maaf kalau telah merusak atau bahkan melukai wajah tampanmu itu. Sungguh itu reflek. Tidak ada unsur kesengajaan." jelas Nira dengan tatapan mengiba. "Apa kau tahu? Aku merasa bersalah sampai tak bisa tidur. Apa kau mau memaafkan aku? Jangan diam saja, Arka. Jangan membuatku merasa bersalah seperti ini. Bagaimana kalau sampai besok pagi aku benar-benar tak bisa memejamkan mata ini? Apa kau tega melihat mata pandaku? Nanti aku tidak cantik lagi lho. Ayolah Arka, bilang kalau kau memaafkan aku! Apa kau mau aku dilaknat oleh malaikat karena tak mau melayanimu? Asal kau tahu, aku bukannya tak mau melayanimu. Tapi,, tapi,,"
Nira mengoceh sambil jemarinya bermain di punggung Arka. Dia terus berbicara walau tak ditanggapi oleh Arka sama sekali. Sampai pada kata terakhirnya menggantung ketika mata itu telah terpejam dan mungkin dia telah menari-nari di dalam alam mimpi.
kl dah begini byk x syaratnya....😞
but...ttp Semangat!!!
nyimak ya 🤝☺️💪
kasihan GEO ya ...
gmna nanti klo Arka tau klo Nira adlh adiknya Livia