[Sekuel dari Novel "Love Me Please, Hubby"]
Almahyra Tsalsania, seorang mahasiswi berusia 20 tahun yang terjebak cinta dengan pria yang usianya terpaut jauh darinya. Dia mencintai pria itu selama lima tahun, namun sayangnya cintanya tak berbalas. Pria itu terlalu mencintai kakaknya untuk bisa melihat keberadaannya.
Daniel Vieri Nathaniel, pria matang berusia 32 tahun. Dia adalah pewaris kedua dari Grup H, menjabat sebagai wakil direktur utama. Selama lima tahun hidupnya dihabiskan untuk mengejar cinta yang sia-sia. Dia tidak tahu ada cinta tulus yang menunggunya.
Karena jebakan orangtuanya, Daniel harus berakhir menikahi Alma, adik dari wanita yang dicintainya.
Mampukah Daniel menerima cinta Alma?
Mampukah Alma membuat Daniel mencintainya?
Bagaimana kisah cinta mereka? Baca terus kelanjutan kisah mereka dalam novel DANIEL & ALMA.
#StoryOfDaniel&Alma
#CintaDalamDiam
#Diusahakan untuk update tiap hari ^^
~ErKa~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 29 - Rencana Mommy Kate??
Daniel memiliki feeling tidak
enak. Ibunya pasti sedang merencanakan sesuatu. Mereka sangat menginginkan
cucu. Pasti akan ada rencana-rencana gila yang akan mereka lakukan untuk
mencapai keinginan itu.
"Al..."
"Ya?"
"Ehm... Apakah... Apakah
bulan ini Kamu sudah mendapatkannya?"
"Mendapatkan apa Kak?"
"Itu- Ehm, bagaimana
mengucapkannya ya..." Daniel kebingungan. Rasanya terlalu vulgar bila dia
bertanya apakah Alma sudah datang bulan. Tapi dia bingung bila harus menggunakan
kata-kata lain.
"Apa Kak? Mendapatkan
apa?"
"Itu... Setiap bulan semua
wanita yang sudah dewasa pasti akan mendapatkannya... Ehm..."
"Oh, maksud Kakak
menstruasi?" Alma berkata dengan gamblang. Mengejutkan Daniel. Wajah
Daniel kembali memerah.
"Ya maksudku itu. Apa Kamu
sudah mendapatkannya?"
"Sudah Kak. Kenapa Kakak
bertanya?"
"Oh..." Daniel
mendesah kecewa. Itu artinya Alma tidak hamil. Apa yang terjadi pada *malam itu*
tidak membuahkan hasil. "Tidak, tidak apa-apa. Ayo makan."
Entah mengapa Daniel merasa
kecewa mengetahui kenyataan Alma tidak hamil. Padahal bila menyangkut masa
depan Alma, akan lebih bagus bila Alma tidak hamil dulu. Wanita itu bisa
menyelesaikan kuliah dan meraih impiannya terlebih dulu. Dia seharusnya senang
Alma tidak hamil. Tapi Daniel tetap saja kecewa dan sedih.
"Jadi bagaimana Kak? Besok
Kita jadi ke rumah Mama?"
"Ya, jadi. Lebih baik Kita
yang kesana daripada membiarkan Mommy kesini."
"Oke Kak, Aku akan
siap-siap dulu."
"Al..."
"Ya?"
"Kamu masih marah? Aku
minta maaf. Jangan pergi dari rumah lagi." Daniel berkata sendu. Alma
menjadi merasa bersalah.
"Tidak Kak. Aku tidak
marah. Aku hanya ingin menginap di rumah Kak Nisha. Aku merindukannya."
Alma ngeles.
"Kalau rindu, katakan saja.
Aku yang akan mengantarkanmu kesana. Tidak perlu pergi sendiri."
"Iya Kak. Aku juga minta
maaf sudah membuat Kakak khawatir."
"Kamu janji tidak akan
melakukannya lagi?"
"Kalau itu...tergantung..."
Alma tersenyum tengil. Ada keisengan seorang bocah di dalamnya.
"Dasar anak kecil."
Daniel mengetuk kepala Alma.
"Auww, sakit Kak."
"Biar Kamu kapok."
Alma mengusap-ngusap kepalanya
sembari bersungut-sungut.
"Oh ya Al, jangan terlalu
akrab sama orang yang baru di kenal. Ini Jakarta. Kota dengan segala macam
karakter manusia ada. Kamu tidak akan pernah tahu isi hati seseorang."
"Ngomong apa sih Kak? Aku
gak ngerti. Memang salah ya Kak kalau Aku akrab dengan teman kerja?"
"Bukan itu maksudku. Jangan
terlalu akrab dengan pengendara ojol itu."
"Ojol? Mas Ezra maksudnya?
Kakak tahu Aku naik ojol?"
"Mas? Kamu panggil dia
'Mas'?"
"Iya. Gak mungkin manggil
adik kan. Secara umurnya lebih tua dia."
"Kenapa panggil Aku 'Kakak'
tapi panggil dia 'Mas'? Aku juga lebih tua darimu." Daniel bertanya sewot.
Dia kesal mengetahui Alma memanggil ojol tampan itu dengan panggilan mesra.
Siapa tadi namanya? Ezra? Menyebalkan sekali. Bukan hanya wajahnya yang tampan,
tapi pria itu juga memiliki nama yang bagus!
"Ha? Kenapa ya? Mungkin
karena kebiasaan?"
"Ubah kebiasaanmu. Panggil
Aku 'Mas' juga."
"Hah? Gak mau ah. Geli Kak.
Mas Daniel... Duh, gak cocok banget, hihihi." Alma terkikik lucu. Semakin
membuat Daniel kesal.
"Memang kalau dia cocok
gitu?!"
"Ya cocok-cocok saja. Dia
kan masih muda Kak. Mau di panggil Mas, Kakak, Oppa, Koko, juga cocok-cocok
saja..."
"Jangan terlalu dekat
dengannya! Dari wajahnya saja sudah kelihatan kalau dia bukan laki-laki yang
baik."
"Hihihi, iya-iya. Terserah
Kakak saja..."
"Aku serius Al!"
"Ya-ya." Alma
menganggap kata-kata Daniel sebagai angin lalu. Dia melanjutkan makannya dengan
senyum kecil yang masih tersungging di mulutnya. Sementara Daniel sangat kesal
karena perkataannya tidak di anggap.
Malam itu mereka tidur di kamar
masing-masing. Meskipun kesal karena Alma tidak mendengarkan kata-katanya, tapi
Daniel senang. Setidaknya malam ini Alma pulang ke rumah mereka. Tidak
meninggalkannya dalam kesendirian lagi.
***
Pagi itu adalah weekend. Sesuai
dengan permintaan Mommy Kate, Daniel dan Alma pergi mengunjungi orang tua Daniel.
Kedatangan mereka di sambut dengan hangat.
"My little boy, my sweet
girl..." Mommy Kate merentangkan tangan lebar-lebar. Memeluk Alma dan
Daniel secara bergantian. "Mommy senang kalian mengunjungi Mommy. Ayo
masuk." Mommy Kate menggandeng tangan Alma dengan akrab. Meninggalkan
Daniel di belakang mereka.
"Bagaimana sayang? Apa
Daniel tidak menolakmu di kantor?"
"Tidak Ma. Rencana Mama
sangat hebat. Mama tahu dia pasti akan menolakku dengan alasan Aku harus kuliah.
Tapi menggunakan kuliah di dalam rencana Mama, membuat dia tidak bisa berkata
apa-apa. Mau tidak mau dia menerimaku di perusahaan Ma."
"Bagus. Mommy ikut senang
untuk kalian. Segera beri Mommy dan Papa Ed cucu yang lucu. Yang wajahnya mirip
seperti kalian." Mommy Kate memegang dagu Alma dengan gemas. Mengagumi
paras ayu nan manis Alma. Alma hanya bisa tersenyum masam.
Bagaimana mungkin dia memberikan
mereka cucu, anak mereka saja hanya menganggapnya sebagai seorang adik. Alma
menghela napas berat. Dia takut mengecewakan Mommy Kate yang sudah begitu baik
padanya.
"Nanti malam kalian akan
tidur di sini. Ini adalah kamar Daniel sebelum dia memutuskan untuk pergi dari
rumah." Kate membuka pintu kamar. Mendorong Alma untuk memasuki kamar itu.
"Tapi Ma..."
"Gak ada tapi-tapian. Ayo
masuk." Kate juga mendorong Daniel masuk. "Makan siang akan siap
sebentar lagi. Kalian istirahat dulu. Nanti Mommy panggil kalau sudah
siap." Dan Mommy Kate meninggalkan
mereka berdua di dalam kamar.
Daniel dan Alma saling
bertatapan dengan canggung. Meskipun mereka menikah sudah dapat beberapa
minggu, namun mereka tidak pernah tidur dalam satu ranjang. Ini kali pertama
mereka akan tidur seranjang dalam kondisi sadar.
"Al, ini pasti tidak nyaman
untukmu. Aku akan tidur di sofa. Kamu tidurlah di kasur..."
"Tidak-tidak. Aku yang akan
tidur di sofa. Kakak tidurlah di sini. Ini adalah kamar Kakak. Rasanya tidak
sopan bila Aku yang tidur di sini sementara Kakak di sofa."
"Al, Aku memaksa."
"Aku tidak mau."
Mereka bersilat lidah. Saling
mempertahankan pendiriannya masing-masing. Pada akhirnya mereka mengambil jalan
tengah.
"Ya sudah, Kita akan
sama-sama tidur di ranjang. Aku janji tidak akan macam-macam. Jika Kamu tidak
percaya, Kamu bisa memberikan pembatas di tengah-tengah."
"Pembatas Kak?"
"Iya, apa saja yang
menurutmu aman."
"Aku percaya Kakak."
Alma berkata sendu. Mereka saling bertatapan.
Tok...Tok...Tok... (Bunyi pintu
di ketuk)
"Tuan dan Nyonya Muda,
makan siang sudah siap." Terdengar suara pelayan dari luar pintu. Akhirnya
Alma dan Daniel turun ke ruang makan.
Seharian mereka menemani
aktivitas Mommy Kate dan Papa Edwin. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk
saling mengakrabkan diri. Tak terasa jam makan malam pun datang. Mereka kembali
ke rumah dan makan malam bersama.
Setelah makan malam selesai,
Daniel pergi ke ruang kerja ayahnya. Sementara Mommy Kate menarik tangan Alma,
membimbingnya untuk mengikuti langkahnya. Kate membawa Alma ke dapur. Kemudian
dia mengambil gelas yang berisi minuman berwarna coklat ke kuning-kuningan. Dia
menyerahkan gelas itu pada Alma.
***
Happy Reading ^^