Diora, seorang wanita yang hidup mandiri. Kehidupannya cukup senang, tentram, nyaman, dan damai dengan cinta serta kasih sayang yang diberikan oleh kekasih dan sahabatnya.
Namun, ketentraman itu musnah seketika setelah Davis, pria kaya yang arogan masuk ke dalam kehidupan Diora. Hanya karena kebaikan Diora menolong pria itu ketika badai salju membuat Davis begitu menginginkan Diora menjadi miliknya.
Berbagai cara Davis lakukan untuk mendapatkan wanita itu, hingga akhirnya Diora terpaksa harus menikah dengan Davis atas jebakan yang dibuat oleh pria itu.
Kehidupan pernikahan yang mereka jalani tanpa cinta, karena Davis hanya terobsesi dengan Diora. Akankah pernikahan itu membawa kebahagiaan untuk Diora? Atau sebaliknya?
Follow instagram Author yuk : heynukha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
“Aku beri kau waktu tiga hari untuk menggantinya,” ketus Davis. Mengambil iced caramel machiato yang sudah diminum Diora dan menyeruputnya tepat pada sedotan bambu bekas bibir Diora.
“Kenapa kau minum milikku ... kau kan sudah aku pesankan sendiri,” kesal Diora. Menyadari secara tidak langsung mereka sudah berciuman dari sedotan yang sama, membuatnya lupa dengan perkataan Davis.
“Kau tidak lihat minumanku sudah kau tumpahkan dan membuat gelasnya kotor dengan noda bekas cappuccino itu,” sungut Davis mengangkat gelasnya untuk ditunjukkan pada Diora.
“Astaga ... hanya sedikit noda seperti itu kau tidak mau meminumnya?” tanya Diora tak percaya. Membuatnya menggelengkan kepala, sungguh dia tak menyangka akan bertemu dengan orang yang bisa dikatakan ribet baginya.
“Ya, sudah tak aesthetic lagi dilihat,” jawab Davis membuat Diora menggembuskan nafasnya lemas.
“Kalau begitu kita bertukar saja, kau minum milikku.” Diora meletakkan iced kesukaannya, merelakannya untuk dihabiskan orang lain. “Dan aku akan meminum milikmu.” Ia mengambil gelas kecil dengan sedikit noda itu, lalu meminumnya tepat pada bercak coklat di gelas yang sudah mengering. “Kau juga? Tidak mau meminum milikmu karena ada noda cappuccino di gelasmu?” tanyanya menatap George dan menunjuk gelas di hadapan pria yang sedari tadi hanya diam membisu.
“Tidak,” cicit George singkat, memandang Diora sebentar.
“Ku congkel matamu jika melihatnya,” ancam Davis. Membuat Diora yg mendengar bergidik ngeri, sedangkan George hanya biasa saja mendengarnya.
“Pelit sekali,” ejek George tanpa merubah mimik wajahnya yang tak menggambarkan apapun, lalu memalingkan pandangan ke ponselnya.
“Kau minumlah dan habiskan ... aku membelinya dengan uang hasilku bekerja sendiri, jika kau tak mau meminumnya, aku yang akan menghabiskan ... aku tak rela jika kau membuang uangku percuma seperti itu,” cecar Diora pada kedua pria di samping kanan dan kirinya. Membuat mereka merasa sedikit tak enak hati karena tak meminumnya.
George langsung mengambil dan menghabiskan tanpa sisa. Begitu juga dengan Davis, mengambil gelas cappuccino dan menenggaknya tepat pada bekas bibir Diora.
“Dasar serakah,” cibir Diora. Mendengus kesal, karena semua minuman sudah ada bekas bibir pria arogan yang ia harap tak akan menjadi jodohnya.
“Minumlah,” titah Davis memberikan cup iced yang ia rampas tadi.
“Tidak! untukmu saja, aku tak mau minum pada bekas bibirmu,” tolak Diora. Mengembalikan kehadapan Davis. Namun ditolak, lalu terjadilan saling mengembalikan iced berkali-kali hingga tumpah dan mengenai pakaian Davis.
George hanya tertawa dalam hati melihat drama di depannya.
“Kau membuat pakaianku kotor!” seru Davis menatap dirinya yang basah.
“Maaf ... aku tak sengaja,” sesal Diora. Ia mengambil tisu lalu mengelap meja dan lantai yang kotor.
“Kenapa kau malah membersihkannya bukan membersihkan bajuku,” berang Davis menatap Diora yang berada di bawahnya sedang membersihkan.
Diora mendongakkan kepalanya lalu berucap, “karena pakaianmu sudah menyerap sedangkan ini tak dapat diserap kecuali dibersihkan.”
“Duduk!” titah Davis penuh penekanan tak mau dibantah. Membuat Diora langsung kembali membenamkan tubuhnya di kursi. “Kau harus mengganti mobilku dan pakaikanku dengan yang baru, aku beri waktu tiga hari untuk menggantinya ... aku tak mau tahu,” terangnya mengulangi, tak ingin berbasa-basi lagi.
“Itu namanya penindasan,” kesal Diora mengerucutkan bibirnya.
“Berikan padaku kartu identitasmu,” pinta Davis, menengadahkan tangan kanannya ke depan wajah Diora yang terlihat bingung.
“Untuk apa?” tanya Diora. Meskipun bingung tapi dia tetap mengeluarkan dompetnya dari dalam tas.
“Sebagai jaminan agar kau tak akan kabur.” Tanpa sopan santun, Davis langsung menyambar dompet itu dan mengambil kartu identitas Diora. “Terima kasih traktirannya,” ucapnya, lalu beranjak pergi meninggalkan Diora setelah mengembalikan dompet dan kunci mobil. Karena ia akan ada pertemuan penting, sehingga tak dapat lebih lama di sana. Sesungguhnya ia sangat ingin langsung membawa Diora saat ini juga.
my love cocoknya panggilan itu buat Doria bukan sebaliknya ya Thor ....he....
Dannes
baru emak bapak nya 😁
tapi kesemuanya bagus2 thor
lgsg like, subscribe,vite dan d tutup ☕