Follow ig @abil_rahma
Icha gadis cerdas disekolahnya, terbukti dari segudang prestasi yang dia dapatkan. Tetapi sayangnya dia gadis yang terlihat culun dan jarang bergaul, itu disebabkan karena Ayahnya mengatakan kalau dia sudah dijodohkan sejak bayi dengan anak sahabat Ayahnya. Yang dia tau sahabat Ayahnya itu orangnya sangat baik sekali. Tetapi dia tidak tau siapa orang yang sudah dijodohkan dengannya.
Vicky Al Ghifari seorang cowok yang terkenal playboy disekolahnya, suka gonta-ganti pacar. Dia juga tahu kalau sudah dijodohkan sejak bayi, tetapi keadaan itu dia manfaatkan buat mencari pacar sebanyak-banyaknya. Karena dia tak tahu siapa yang sudah dijodohkan dengannya.
Mereka harus menikah saat masih SMA kelas XII karena suatu alasan. Akankah mereka bisa menerima pernikahannya dan hidup bahagia atau sebaliknya?Karena ternyata orang yang dijodohkan tak sesuai dengan harapan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DMS 32
Pagi hari seperti biasa, karena hari ini hari minggu, setelah sholat subuh keduanya melakukan joging disekitaran komplek. Hanya setengah jam saja mereka sudah kembali kerumah lagi.
Icha langsung meluncur kedapur karena mau memasak untuk sarapan pagi, sedangkan Al lebih memilih untuk mandi.
Setelah menyelesaikan masakannya, Icha pun bergegas untuk mandi karena badan sudah terasa lengket, habis olah raga ditambah langsung masak.
Kini keduanya sudah duduk dimeja makan untuk sarapan pagi.
"Makan sepiring berdua lagi ya, lebih enak Cha," ucap Al saat melihat Icha mengambil nasi goreng.
Icha pagi ini masak nasi goreng kesukaannya, dengan banyak suwiran ayam didalamnya.
"Baiklah, lebih ringan buat cuci piringnya juga," Icha tersenyum saat mengatakan itu.
"Sayang setelah ini kita jalan-jalan ya," ucap Al sambil menatap wajah Icha yang berada diaampingnya.
"Mau kemana emangnya?" tanya Icha penasaran.
"Ke suatu tempat, sekarang kita sarapan dulu,"
Keduanya pun sarapan, sesekali mereka saling menyuapi.
Setelah selesai sarapan keduanya bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat.
"Mau pake motor?" tanya Icha saat mereka sudah berada di depan rumah, karena dia melihat motor Al sudah terparkir disana.
"Iya, biar lebih romantis. Kita bisa berpelukan sepanjang jalan," ucap Al yang membuat Icha menggidikan bahu.
Al memasangkan helm pada Icha, Icha pun tak menolak dengan perlakuan Al itu, dia malah tersenyum bahagia.
"Ayo naik," titah Al setelah dia menaiki motornya.
Icha pun naik ketas motor, kedua tangannya memeluk erat perut suaminya. Lalu Al melajukan motornya dengan kecepatan sedang membelah jalanan ibu kota yang terlihat ramai meskipun hari libur.
"Sayang, kamu pernah naik motor sebelumnya?" tanya Al setelah lama mereka terdiam.
"Pernah," Icha menjawab dengan singkat.
"Kapan? Sama siapa?" tanya Al penuh selidik.
"Sama Nayla,"
"Oh aku kira sama pacar kamu dulu," ucap Al.
"Apa? Aku gak denger?" Icha bertanya karena memang dia tidak mendengar ucapan Al yang terbawa oleh angin.
"Nggak ada,"
Karena bisingnya kendaraan lain akhirnya mereka memutuskan untuk diam, jika di paksakan bicara maka hanya bising saja yang mereka dengar.
Saat dilampu merah Al menghentikan motornya, lalu menggenggam salah satu tangan Icha kemudian dia kecup berkali-kali.
"Kamu tau nggak sayang, kalau naik motor itu momen paling seru saat lampu merah?" tanya Al dia masih memegang salah satu tangan Icha.
"Enggak, emang kenapa?"
"Karena bisa seperti ini." Ucap Al sambil mengecup tangan Icha lalu bergantian mengusap-usapkan tangannya di paha Icha yang tertutup oleh celana.
"Kamu pernah ya berarti?" tanya Icha menyelidiki.
"Nggak juga, baru kali ini. Aku tahu itu kata temen ku,"
"Beneran?" tanya Icha memastikan.
"Beneran sayang,"
"Iya aku percaya,"
Kemesraan keduanya disaksikan oleh seseorang yang berada didalam mobil sebelah mereka. Dia sangat geram melihat keakraban keduanya.
"Ternyata rencanaku gagal, awas saja ya akan aku kasih pelajaran tuh cewek sok suci!" Ucap orang itu dengan geram. Dia memukul-mukul kemudi mobilnya.
"Gue relain dia sama sepupu gue, malah sekarang milih cewek sok suci itu, sia-sia pengorbanan gue," orang tersebut bicara sendiri didalam mobilnya.
Tak berapa lama pun lampu kembali hijau. Al dan Icha melanjutkan perjalanannya menuju tempat tujuan mereka.
Satu jam berlalu, mereka sampai disuatu tempat. Icha takjub melihat tempat yang mereka datangi. Danau dengan dikelilingi pepohonan rindang, disekitar danau juga ada taman yang asri. Disana tidak begitu sepi juga tidak ramai, hanya ada beberapa pengunjung saja.
Al mengajak Icha kesebuah rumah pohon didekat danau tersebut. Mereka naik ketas rumah pohon itu. Al membuka pintu rumah pohon yang terkunci.
"Kok kamu bisa bawa kuncinya?" tanya Icha penasaran.
"Rumah pohon ini spesial, yang bisa masuk cuma aku sama Alvian, karena kami yang pegang kuncinya," jelas Al.
"Kok bisa?"
"Tentu bisa dong, karena tempat wisata ini milik kelaurga Alvian, jadi kita sering kesini kalau lagi gabut, ayo masuk, lihat isinya apa," Al mengajak Icha masuk.
Didalam ada sebuah gitar yang masih bagus. Ada juga beberapa buku entah buku apa itu Icha belum melihatnya secara pasti. Ada juga foto Ak dan Alvian disana, semua itu tertata dengan rapi. Rumah pohon itu beralaskan sebuah karpet bulu, jadi nyaman untuk bersantai didalamnya.
"Biasanya kita suka nyanyi-nyanyi gak jelas disini, kadang sampai seharian kalo gak ada kegiatan," ucap Al lalu dia mengambil gitar.
"Mau aku nyanyiin sayang?" tanya Al.
"Emang kamu bisa nyanyi?"
"Bisa dong, ayo di luar aja sambil menikmati udara segar disini," mereka berdua pun keluar dan duduk disana.
"Aku mau nyanyi, dengerin ya," pinta Al.
Dia pun menyanyikan sebuah lagu cinta.
Aku hanyalah manusia biasa
Bisa merasakan sakit dan bahagia
Izinkan kubicara
Agar kau juga dapat mengerti
Kamu yang buat hatiku bergetar
Rasa yang telah kulupa kurasakan
Tanpa tahu mengapa
Yang kutahu inilah cinta
Cinta karena cinta
Tak perlu kau tanyakan
Tanpa alasan cinta datang dan bertahta
Cinta karena cinta
Jangan tanyakan mengapa
Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara
Kamu yang buat hatiku bergetar
Senyumanmu mengartikan semua
Tanpa aku sadari
Merasuk di dalam dada
Cinta karena cinta
Tak perlu kau tanyakan
Tanpa alasan cinta datang dan bertahta
Cinta karena cinta
Jangan tanyakan mengapa
Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara
Ho-oo ai-ya ha-a
Cinta karena cinta
Tak perlu kau tanyakan
Tanpa alasan cinta datang dan bertahta
Cinta karena cinta
Jangan tanyakan mengapa
Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara
Tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara
Al menyanyikan lagu tersebut dengan merdu, sesekali dia menatap Icha yang juga menatapnya. Mereka tersenyum saat kedua bola mata mereka bertemu.
Tatapan Icha tak pernah lepas dari wajah Al ketika Al menyanyikan lagu tersebut, dia terharu sekaligus bahagia. Karena Al menyanyi penuh penjiwaan, seakan-akan makna yang terkandung dalam lagu tersebut mewakili isi hatinya.
Al meletakkan gitarnya, lalu meraih kedua tangan Icha.
"Sayang, kamu tau lagu itu sama persis seperti isi hatiku, aku mencintaimu tanpa suatu alasan, tiba-tiba cinta ini hadir tanpa persetujuan, yang aku tahu sekarang aku sangat mencintaimu, tetaplah bersamaku sampai maut memisahkan kita," ucap Al sambil menatap bola mata Icha lekat-lekat.
"Terimakasih karena kamu sudah mencintaiku, aku berjanji akan selalu bersamamu sampai maut memisahkan kita," Icha juga menatap Al lekat.
Cup
Al mencium bibir Icha. Icha membalas ciuman itu, keduanya larut dalam hasrat cinta yang membara, sampai lupa dimana mereka berada sekarang, hingga deheman seseorang menyadarkan keduanya.
"Ehem,"
Mereka menyudahi ciuman itu, Al mencari sumber suara yang mengganggu kesenangannya. Sedangkan Icha menundukkan kepala karena malu kepergok.
"Kalo mau ciuman seperti itu dikamar, jangan di tempat umum seperti ini," ucap orang tersebut.
"Ck, ganggu aja sih lo," Al berdecak sebal karena orang tersebut mengganggunya.
"Kalian tu udah nikah, jangan pamer kemesraan di tempat umum, bukannya kalo di kamar lebih seru?" ucap orang itu sambil menik turunkan alisnya.
"Kalo iri bilang boss, makanya cepet cari pacar biar gak jomblo melulu," Al tak mau kalah.
"Gue gak akan cari pacar, gue maunya langsung nikah, pacaran setelah nikah lebih seru kayaknya, bisa bebas mau ngapain aja tanpa ada yang melarang? Bener gitu kan?"
"Hmm," Al hanya berdehem saja.
"Lo baru ngerasain kan gimana pacaran setelah nikah? Sebelum tidur mau nyium gak harus lewat hape, mau peluk gak usah ngebayangin, bisa langsung praktek, tapi sayangnya lo baru nyadar, coba sejak dulu lo nyadar gak akan nyesel," ucap orang itu panjang lebar.
"Udah ceramahnya? Kaya lo pernah ngelakui aja," protes Al.
"Gue emang gak belum pernah ngelakuin itu, tapi gue bicara fakta dan kenyataan yang ada,"
Al tak menanggapi dia membenarkan ucapan orang itu yang tak lain adalah Alvian.
"Cha biasa aja sama gue gak usah malu, gue udah paham," ucap Alvian karena melihat Icha yang sejak tadi hanya diam dan masih menunduk.
"Eh, iya Yan," Icha mengangguk danbtersenyum.
"Ngapain lo kesini?" tanya Al pada Alvian.
"Gue ngajakin lo tadi, tapi pesan gue gak lo bales, langsung aja kesini, pas di parkiran tadi liat motor lo, eh samapi sini gue lihat adegan tadi secara live," jelas Alvian.
"Gue lagi gabut dirumah, gue ngajak lo kesini yah karena kita dah lama gak kesini bukan?" Alvian menjelaskan lagi sebelum Al bertanya.
Mereka pun larut dalam obrolan. Alvian menggagalkan acara berduaan Al dengan Icha. Sebenarnya Al sedikit sebal, tetapi dia tak mau egois, kehidupannya juga butuh seorang kawan.
Bersambung.....
Jangan lupa like dan komennya ya.
Sudah dari semalam aku kirim, tapi sampai pagi ini belum juga lulus review
sholat terus maksiat jalan