"Tolong, lepaskan aku Anthonio. Kau tak seharusnya ada disini." Maria Ozawa
"Tidak, sampai kapanpun aku tak akan melepaskan mu. Aku tak akan membiarkan mu terluka lagi, Maria." Anthonio Vanders
"Apa yang mereka lakukan di dalam sana?" Marimar Ozawa
Tujuh tahun lamanya menikah, namun tak membuat hati Anthonio tergerak sama sekali. Bahkan hanya sekedar membuka hati pun, tak dapat lelaki itu lakukan. Hatinya benar-benar membeku, menciptakan sikap dinginnya yang kian meledak. Sementara Marimar yang sangat mencintai suaminya, Anthonio. Merasa lelah tatkala mendengar sebuah fakta yang begitu menusuk hatinya.
Lantas, fakta seperti apakah yang membuat sikap Marimar berubah tak hangat seperti dulu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Sesuai Ekspektasi
Hari itu merupakan hari yang melelahkan untuk Marimar, dimana dirinya yang terus meyakinkan sang mediator agar tetap menyetujui keinginannya bercerai dengan Anthonio. Proses mediasi berjalan dengan cukup alot dan berhasil gagal, karena Anthonio menolak keras keinginan Marimar.
Meskipun mediator telah menengahi Marimar untuk mempertimbangkan lagi keinginannya, tentu saja sama sekali tidak merubah niat dan keputusan yang telah Marimar ambil. Sekalipun Anthonio memohon, dan berjanji akan melakukan apapun yang Marimar inginkan asal sang istri mencabut gugatannya, tetap saja hal itu tak merubah apapun. Marimar tetap kekeh mengambil jalan perceraian sebagai langkah awal untuk mengakhiri segalanya.
Tekadnya sudah bulat untuk bercerai dengan Anthonio. Baginya tidak ada yang perlu dipertahankan lagi karena apapun hasilnya pasti akan berakhir saling menyakiti. Dan Marimar tidak ingin jika hal itu terjadi lagi dalam hidupnya. Dia ingin segera bebas dari hubungan tidak sehat ini dan bergegas melanjutkan study nya untuk menjadi seorang balerina sesuai dengan impiannya.
Rasa sakit dan perih yang dia rasakan, ternyata telah merubahnya menjadi sosok Marimar seperti batu. Wanita cantik itu begitu keras kepala, sedikitpun tidak dapat dilenturkan. Apapun yang menjadi keinginannya saat ini harus segera tercapai tak peduli hal buruk yang terjadi.
Marimar yang sekarang benar-benar berubah drastis, berbeda dengan Marimar yang dulu memiliki sisi lembut dan penyayang. Dulu mungkin Marimar tidak akan bisa hidup tanpa sosok Anthonio yang dicintainya. Tapi untuk sekarang, justru hal itu tidak ada lagi dalam kamus hidupnya. Yang ada dia mati-matian hendak meninggalkan Anthonio. Setelah mengetahui fakta yang menyakitkan itu, membuat perasaan Marimar menjadi mati rasa. Bahkan, dia tak lagi percaya dengan sosok lelaki yang dia pikir semua lelaki itu sama saja hanya bisa menyakiti hati dan perasaannya.
Tampak Anthonio meninggalkan gedung Pengadilan Agama dengan raut wajah yang kusut, mengingat sidang pertama berakhir dengan hasil yang tidak sesuai dengan ekspetasinya. Hal itu terlihat oleh Marimar, namun tak sedikitpun menggoyahkan tekadnya. Wanita cantik itu tetap dengan keputusannya untuk bercerai dengan Anthonio. Mengakhiri pernikahan yang tak di inginkan ini sesuai dengan impian Anthonio.
"Marimar, apa kau yakin dengan keputusanmu ini?" tanya Sheila pada sahabatnya yang tengah menikmati makan siangnya di sebuah restoran mewah. Usai melakukan sidang tadi, keduanya pun memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu.
Seketika Marimar pun menghentikan kegiatan makannya, kemudian mendongakkan wajahnya menatap Sheila yang ada di hadapannya.
"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu padaku?" Bukannya menjawab justru Marimar melontarkan pertanyaan pada sahabatnya itu dengan tatapan heran.
"Aku rasa ... sepertinya Anthonio benar-benar serius dengan ucapannya. Mungkin saja dia berniat untuk menebus kesalahannya yang telah dia lakukan selama tujuh tahun itu. Apa kau tak berniat memberikan Anthonio kesempatan untuk memperbaiki semuanya?" Dengan penuh keberanian, Sheila pun melontarkan pertanyaan pada sahabatnya. Dia ingin tahu bagaimana reaksi Marimar sebenarnya saat tidak ada Anthonio di dekatnya.
Mendengar itu membuat Marimar tersenyum tipis, bola matanya menatap lurus pada wajah Sheila yang ada di hadapannya.
"Tidak, Sheila. Semuanya sudah berakhir, dan sampai kapanpun tidak akan ada kesempatan untuknya." Marimar menggelengkan kepalanya sebagai tanda jawabannya.
"Benarkah? Tapi ... bukankah kau sangat mencintainya sedari dulu? Lalu hal apa yang membuatmu mati rasa seperti ini dan berpikir bahwa semuanya sudah berakhir. Lagipula mereka juga sudah lama putus bukan? Jadi apalagi yang kau khawatirkan?" Sheila mengerutkan keningnya. Rasa penasaran yang begitu tinggi membuatnya melontarkan kembali pertanyaan pada Marimar.
Ucapan Sheila berhasil membuat Marimar terdiam sejenak, wanita cantik itu tak langsung menjawab pertanyaan sahabatnya. Detik itu juga mimik wajah Marimar berubah menjadi sendu, seolah menggambarkan suasana hatinya saat ini. Bohong jika hatinya tidak terenyuh saat melihat Anthonio memohon kepadanya untuk diberikan kesempatan memperbaiki kesalahannya selama tujuh tahun ini.
Namun, hal itu tentu saja tak membuat Marimar goyah. Wanita cantik itu tetap pada keputusan awal sesuai dengan rencananya. Mengenai Anthonio, mungkin saja lelaki itu merasa syok atau mungkin tidak terbiasa dengan sikapnya yang berubah drastis seperti saat ini. Mengingat Marimar yang selalu bersikap hangat, perhatian dan juga manja padanya membuat Anthonio terusik akan hal itu. Terlebih, Marimar sampai mengajukan sebuah gugatan cerai untuknya. Dan tidak mungkin juga bila Marimar akan menjilat ludahnya sendiri. Hal itu sama saja membuatnya mengulang kisah yang sama seperti dulu.
Marimar menghela napas beratnya, kemudian menghembuskannya secara perlahan.
"Kalau boleh jujur, jauh dalam lubuk hatiku sampai saat ini pun aku masih mencintai Anthonio. Tapi untuk kembali lagi dengannya, rasanya itu tidak mungkin sekali. Sudah cukup selama tujuh tahun ini aku menyimpan rasa sakit dan perihku sendirian tanpa membaginya dengan orang lain. Aku begitu bodohnya menganggap Anthonio mencintaiku tapi nyatanya tidak. Dia sama sekali tidak melihat ke arahku bahkan terkesan dia selalu menghindariku. Bahkan kau mungkin tidak percaya bila Anthonio mengatakan perasaanya pada Maria, juga ingin segera menceraikan saya untuk mengakhiri pernikahan yang tidak diinginkannya," lirih Marimar berusaha mengungkapkan segala unek-uneknya yang bersarang dalam benaknya.
"Aku yakin saat ini Anthonio hanya merasa syok dengan perubahan sikapku, tidak mengubah perasaannya yang tidak mencintaiku. Dia hanya belum terbiasa melakukan apapun sendiri, secara aku lah yang menyiapkan segala kebutuhannya selama ini. Berjalannya waktu, dia pasti akan menerima fakta bahwa hubungan ini memang harus berakhir. Dan ini keputusan yang terbaik untuk kami berdua," lanjut Marimar mencoba menjelaskan semuanya pada sahabatnya agar mengerti dengan keputusannya kali ini.
Terdengar hembusan napas dari bibir Sheila. Wanita cantik itu menatap sendu pada Marimar saat ini, sungguh dia dapat merasakan bagaimana perasaannya Marimar kala itu. Dia sungguh prihatin pada nasib sahabatnya itu yang selama ini terlihat bahagia.
"Maaf, maafkan aku Marimar. Bukan maksudku membela Anthonio, hanya saja aku ingin mengetahui perasaanmu yang sebenarnya pada Anthonio. Dan sekarang aku sudah mengerti alasanmu mengapa kau begitu kekeh untuk menggugat Anthonio. Bahkan tak ada sedikitpun niatan untukmu memberinya kesempatan sekali lagi."
Sebuah lengkungan indah terbit dari bibir Marimar. Kedua netranya menatap lekat pada Sheila.
"Tak apa Sheila. Mungkin kau sebelumnya tidak mengetahui semuanya soal Anthonio. Tapi setelah aku menceritakan semuanya, mungkin saja kau dapat memahaminya dengan baik. Dan aku tidak ingin terlibat apapun dengannya, aku ingin segera mengakhiri semuanya dan melanjutkan rencana awalku."
"Kau harus kuat Marimar. Aku yakin kau dapat melewati semuanya dengan baik. Kapanpun kau membutuhkanku, aku akan membantumu sebisa ku. Aku akan selalu mendukung apapun yang membuatmu bahagia. Semoga kau mendapatkan lelaki yang terbaik, dan mencintaimu dengan tulus Marimar."
.
.
.
🥕Bersambung🥕
Alhamdullilah atas ijin Allah SWT, novel "Suamiku Bukan Milikku" berhasil terpilih 20 bab terbaik. Terima kasih atas semua dukungan kalian pada cerita author ini, semoga Allah membalasnya berkali-kali lipat. Mohon tetap dukung cerita ini ya Readers, tanpa kalian karya ini tidak akan ada apa-apanya 🙏🙏🙏
📌 Dimohon untuk tidak tabung bab yah, tiap di up baca satu persatu biar Author nya semangat. Mohon terus dukungannya ya Readers untuk cerita recehku ini 😊 🙏
kenapa dengan Antonio bukanya kemarin mau mengatakan semua rasa di hati ko jadi belok