NovelToon NovelToon
Detektif Kerajaan

Detektif Kerajaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Fantasi / Putri asli/palsu / Cinta Seiring Waktu / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / TimeTravel
Popularitas:79
Nilai: 5
Nama Author: Staywithme00

"Kau berasal dari masa depan kan?" Ucapan Nares membuat Yarana diam. Bagaimana bisa Nares mengetahui hal itu?-Yarana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Staywithme00, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 25

Setelah beberapa jam mereka tempuh, kini mereka sampai juga di daerah Sellvana. Bila di daerah Dellvana terkenal dengan cuaca berembun, maka di Sellvana sebaliknya. Sellvana terkenal dengan cuaca panas yang ekstrim. Saking panasnya cuaca didaerah tersebut, kulit-kulit orang yang ada disana sedikit kering dibanding daerah lain.

“Disini panas sekali.” Nares melihat kearah matahari yang sedang bersinar terang mengarah ke wajahnya.

“Kau ini, lebay sekali.” Yarana merasa sinar mentari siang ini biasa saja. Biasanya ketika ia menjadi detektif, kejar-kejaran dengan penjahat di siang hari pun tak masalah.

“Bukan lebay, tapi panasnya matahari yang terik ini sangat tidak wajar.”

“Aku rasa, matahari di daerah ini berjumlah dua.” Nares dengan kalimat hiperbola nya membuat Yarana menggelengkan kepala.

“Disana rumahku.” Assal tiba-tiba saja berlari tanpa aba-aba yang jelas pada Yarana dan Nares.

“Dia ini, kebiasaan sekali lari tiba-tiba.” Yarana menyusul Assal dengan berlari sekencang mungkin. Nares yang mulai terbiasa dengan tingkah Assal, hanya berjalan santai. Ia tak mau membuang tenaganya menyusul Assal dan Yarana. Assal yang tadi berlari, lantas berhenti serentak di depan rumah seseorang. Ia terus memandangi rumah tersebut, hingga keluar seseorang kakek tua.

“Cucuku Toni…” Ujar sang kakek sambil membuka kedua tangannya ingin memeluk Assal.

“Kakek..” Ternyata nama Assal sesungguhnya adalah Toni. Ia mulai mendekati kakeknya. Saat Toni sudah mulai mendekat, kakeknya tiba-tiba saja mengeluarkan sebuah kayu.

Plakk.. kayu tersebut dipukulkan di kaki Toni.

“Eeh.. Tu-tunggu kakek.” Yarana ingin menghentikan kakek tua yang sedang memukul Toni.

“Sudahlah Yarana. Kalau kau jadi kakeknya, kau pasti juga akan memukul cucumu yang tidak kunjung pulang selama berhari-hari.” Nares menghentikan Yarana, agar detektif ini tidak ikut campur dalam masalah sepele ini. Yarana hanya memicingkan mata mendengar ucapan Nares.

“Kau ini.. berapa kali kakek bilang, jangan pergi kemana-mana. Tunggu kakek pulang dirumah dengan diam.” Kakeknya terus saja memukulkan kayu kecil dikaki Toni.

“Maaf kakek. Aku tidak akan mengulanginya lagi.” Toni sambil meringis kesakitan dengan pukulan pelan yang diberikan sang kakek.

“Lalu, bagaimana caramu pulang kesini?” Kakek Toni berpikir kalau cucunya ini sangatlah polos dan bodoh, jadi mana mungkin bisa pulang sendirian ke desa yang sangat jauh ini.

“Me-mereka yang mengantarku.” Toni menunjuk ke arah Yarana dan Nares.

“Wah, terima kasih.” Kakek Toni terkesima melihat dua orang bangsawan yang memperlakukan cucunya dengan baik. Walau Nares agak jengkel dengan Toni, tapi ia memperlakukannya dengan baik.

“Sama-sama kakek.” Ujar mereka yang tiba-tiba mengucapkan kalimat yang sama.

“Wah, pasangan suami istri yang kompak sekali.” Kakek dengan pikiran sempitnya mengira Yarana dan Nares adalah sepasang suami istri.

“Bu-bukan kakek.” Yarana mengelak lebih dulu. Sedangkan Nares, hanya diam sambil berpikir kalau kakek dan cucu ini tidak jauh berbeda(bakat mengejeknya menurun ke cucunya).

“Oh, kalian sepasang kekasih?” Tanya kakek lagi.

“Bukan.” Yarana dan Nares kini keduanya terlihat jengkel dengan kakek Toni.

“Haha.. maaf-maaf. Aku salah menduga.”

“Baiklah, sebagai permintaan maafku dan tanda terima kasih, silahkan masuk kerumah kami untuk beristirahat.” Kakek menawarkan sedikit bantuan pada mereka. Yarana dan Nares juga tak menolak bantuan tersebut, toh Toni agak sering mengganggu mereka. Kakek dan Toni lebih dulu masuk ke rumah tersebut. Sementara Yarana dan Nares menyusul langkah kakek.

“Pantas saja Toni melarikan diri, ternyata kakeknya sangatlah mengesalkan.” Nares berujar kecil, tapi terdengar oleh Yarana.

“Huss, jangan berbicara begitu pada orang yang lebih tua.” Yarana menyenggol lengan Nares agar dirinya tidak bicara sembarangan. Dan, Nares hanya mengangkat bahu mendengar ocehan Yarana.

“Dia ini, padahal kelakuannya juga kurang lebih dengan kakeknya Toni.” Bisik hati Yarana di keheningan, lalu menyusul ketiga orang yang sejak tadi telah masuk kerumah.

Rumah Toni tidak begitu luas, meski begitu sangat nyaman untuk dihuni. Rumahnya terbuat dari kayu-kayu yang telah dihaluskan, jadi memanjakan mata yang melihatnya.

“Duduklah nak!” Kakek mempersilahkan Yarana dan Nares untuk duduk disebuah kursi yang terbuat dari kayu rotan, ia keluar dari dapurnya sambil membawa dua gelas air untuk diminum Yarana dan Nares. 

Glekk.. glekk… Toni lebih dulu menghabiskan minuman yang disajikan untuk Yarana dan Nares.

“Toni!” Kakek tidak hentinya memarahi kecerobohan cucunya ini. 

“Hehe.. aku haus.” Ujar nya dengan santai lanjut berlalu berlari ke kamarnya untuk beristirahat.

“Maafkan dia ya nona dan tuan. Dia kehilangan orang tuanya di usia kecil, sebab itulah pertumbuhan akalnya terhambat.” Kakek tahu kalau tingkah Toni sering sekali menyusahkan orang-orang, maka dari itu ia melarang Toni untuk berkeliaran kemana-mana.

“Maaf kakek, tapi apa terjadi sesuatu yang buruk, hingga Toni menjadi begini.” Yarana teringat Toni terus mengatakan kalau ia sedang dikejar-kejar oleh orang-orang yang memakai zirah besi.

“Jadi, begini ceritanya.” Kakek mulai mengingat kejadian puluhan tahun silam.

Toni dan orang tuanya hidup dengan aman, harmonis serta begitu damai. Semua orang di desa ini senang dengan kepribadian orang tuanya termasuk Toni. Bahkan banyak para bangsawan yang bekerja sama dengan ayah dan ibunya. Pun saat masih berusia 5 tahun, Toni adalah anak yang sangat jenius. Ia bisa mengingat detail wajah dan mengingat apapun yang orang lain bicarakan walau itu hanya sepintas.

Namun, itu semua tinggalah kenangan saja. Ayah dan ibunya Toni dijebak oleh beberapa bangsawan kelas atas, mereka difitnah mencuri beberapa barang berharga kerajaan. Sebenarnya salah satu dari bangsawan yang menuduh ayah dan ibunya lah pelakunya, tapi mereka justru mengkambing hitamkan orang lain. Hingga akhirnya, ayah dan ibunya Toni dihajar oleh para prajurit yang dibawa bangsawan. Mereka disiksa hingga mati, tepat di hadapan Toni. Inilah sebabnya Toni menjadi terhalang tumbuh kembangnya. Pikiran dan ingatannya terhenti saat ia kecil. 

“Dan, sekarang tersisa aku. Akulah yang merawatnya hingga ia beranjak dewasa diusia sekarang, walaupun dengan pikiran anak kecil.” Kakek Toni mengakhiri penjelasan yang ia berikan pada Yarana dan Nares.

“Maafkan aku. Aku turut bersedih mendengarnya.” Yarana merasa tak enak hati mendengar kejadian yang sesungguhnya. Lantas Nares? Ia hanya menatap kosong ke arah Kakek toni.

“Tidak apa-apa nona. Semuanya sudah berlalu.” Ujar Kakek toni dengan senyuman yang telah ikhlas melewati badai yang ada.

“Dan omong-omong, selepas dari sini kalian akan kemana?” Kakek bertanya pada dua orang di hadapannya.

“Kami akan mencari tahu tentang racun ini.” Nares yang biasanya melakukan misi secara sembunyi-sembunyi, kini dengan terang-terangan memberitahu bila mereka sedang ingin melakukan sesuatu. Yarana melirik Nares dengan raut muka heran.

“Sepertinya aku pernah melihatnya.” Kakek Toni hidup di sebuah desa yang jauh dan terpencil, pasti pengetahuannya tentang racun akan lebih luas.

                         ***bersambung

Author: Terima kasih yaa yang udah nyempatin waktunya buat baca. Kamsahamnida🤗

1
kappa-UwU
Wah, gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya, thor! 😍
Staywithme00: ditunggu yaaaa ,terima kasih sudah mampir🙏
total 1 replies
menderita karena kmu
Sempurna deh ini. 👌
Staywithme00: terimaaa kasih kak🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!