Di sebuah desa yang masih asri dan sejuk juga tak terlalu banyak masyarakat yang tinggal hidup lah dengan damai jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota yang sibuk.
Kegiatan yang wajar seperti berkebun, memancing, ke sawah, juga anak-anak yang belajar di sekolah.
Di sekolah tempat menuntut ilmu banyak yang tak sadar jika terdapat sebuah misteri yang berujung teror sedang menanti masyarakat lugu yang tidak mengetahui apa penyebab nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risma Dwika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Rama merupakan murid yang berprestasi dan juga gagah berani.
Dia tiga tahun dua tahun berturut-turut menjadi juara umum di sekolah nya ini.
Tahun pertama, Zaki yang menjadi juara umum. Namun tahun berikutnya sampai saat ini nilai Rama yang paling unggul.
Selain cerdas, Rama juga merupakan seorang atlet profesional pencak silat.
Dari kecil memang sudah terlihat bakat nya. Sebagai orang tua, pak min dan juga Bu Sarmi mendukung bakat anak nya ini.
Pak min dan Bu Sarmi sering mengantar Rama untuk tanding pencak silat.
Terakhir Rama meraih medali emas untuk tingkat nasional.
Zaki pun suka ikut mengantar Rama bertanding dan memberi dukungan nya secara langsung.
Senyum ketika naik podium akan selalu teringat di memori.
Namun, Rama tak pernah sekalipun menggunakan ilmu bela diri nya untuk sombong atau untuk hal yang tidak semestinya.
Namun, kali ini rasanya Rama sudah muak sekali dengan tingkah anak lurah desa sebelah ini.
Karena ada saja tingkah nya yang membuat diri nya mengalami kesulitan di sekolah.
Tidak hanya Rama dan Zaki, Andik juga suka mengusili siswi di sekolah.
Tak jarang ia juga melakukan pelecehan verbal maupun fisik.
Namun, tak ada dari mereka yang berani melawan Andik.
Sekali melawan, pasti Andik serta kawan nya ini membalas lebih beringas lagi. Bahkan bisa merugikan materi seperti pak RT tempo hari yang ternak ayam nya di bakar habis tak bersisa.
Zaki tak mau Rama mengalami hal serupa. Apalagi Rama sendiri sedangkan Andik banyak anak buah nya.
Zaki tak mau sahabat nya ini kenapa kenapa, makanya dia selalu menenangkan Rama agar tak terpancing emosi nya.
"Nggak bisa di biarin lagi nih anak Ki. Nanti akan gue buat perhitungan jika sekali lagi usil sama kita. Lihat saja nanti". Wajah Rama merah padam karena menahan marah.
Zaki kepikiran sendiri.
Andik tak mungkin berhenti usil, dan Rama tipe orang yang selalu menepati janji dan perkataan nya.
'Apa gue harus belajar bela diri juga yaaa. Jaga jaga aja gitu'. Batin Zaki.
"Nah ini seragam nya yaa nak. kalian pakai toilet di sini saja. Habis itu tutup lagi pintu nya kalau sudah selesai. Nanti bapak yang bicara dengan guru pelajaran pertama kalian".
"Pak, terima kasih banyak yaa pak. Maaf merepotkan yaa pak". Ujar Zaki.
"Sudah, cepat selesaikan supaya bisa ke kelas".
"Baik pak"
Zaki dan Rama bergantian ke dalam toilet, setelah selesai mereka buru-buru ke kelas karena pelajaran sudah di mulai.
Zaki dan Rama berlari ke kelas, mereka mengetuk pintu lalu Bu guru mempersilahkan masuk karena pak Toto juga sudah memberitahu.
"Masuk nak". Bu ismi mempersilahkan zak dan Rama masuk ke kelas.
Beruntung Andik tidak sekelas dengan Zaki.
"Maaf, kami telat Bu ismi". Ujar Rama.
"Iyaa bukan salah kalian. Cepat duduk, pelajaran mau di mulai".
"Terima kasih Bu".
Zaki dan Rama mengikuti kelas dengan tenang.
Beruntung kepala sekolah mereka sangat bijaksana dan tak mudah takut hanya karena orang tua murid nya pejabat desa.
Pak Toto memang pemimpin yang tegas. Tak peduli wali murid nya pejabat, kalau salah yaa akan di tindak tegas.
......................
"Eh Rama, si Andik berulah lagi ya?". Tanya Dimas teman satu kelas nya ketika jam istirahat.
"Yah biasa lah. Mungkin kalo nggak usil meriang kali dia". Ujar Zaki.
"Bales kenapa ram. Yakin gue kalo lu bales, mereka nggak usil lagi. Pasti kapok dia". Dimas geram sekali dengan kelakuan Andik yang seenaknya.
"Nggak bisa sembarangan juga si dim. Mereka kan rombongan. Gue sendiri, harus pake strategi. Tapi males sebenernya berurusan sama dia. Nggak penting banget". Ujar Rama.
"Nanti gue bantuin deh bales nya ram". Ujar Dimas.
"Heleehhh, paling kabur duluan lu nanti".
"Hahahaha tau aja lu ah".
"Iyaa lah tau gue lu mah. Yang ada gue berdua Rama bonyok". Ujar Zaki.
"Nggak lah, kan ada Rama. Rama suhu loh, medali emas gitu".
"Nggak gitu konsep nya dong. Kan mereka rame-rame. Gue bukan Jackie Chan tauu". Ujar Rama.
"Yaa lu jet Li kan". Ujar Dimas lagi.
"Ah bisa aja Malih". kata Rama.
Bel pun berbunyi
Mereka semua kembali ke dalam kelas lalu melanjutkan pelajaran.
Sedangkan di sisi lain, anak buah Andik berlari menghampiri Andik.
"Bos, mau tau nggak? Si culun katanya mau bales dendam sama lu bos".
"Mana berani mereka cuy. Nggak bakalan". Ujar anak buah Andik yang lain.
Mereka tidak kembali ke kelas. Melainkan lagi santai di belakang sekolah.
Memang itu lah rutinitas mereka jika pelajaran setelah selesai istirahat di mulai.