Rumah tangga yang baru dibina satu tahun dan belum diberi momongan itu, tampak adem dan damai. Namun, ketika mantan istri dari suaminya tiba-tiba hadir dan menitipkan anaknya, masalah itu mulai timbul.
Mampukah Nala mempertahankan rumah tangganya di tengah gempuran mantan istri dari suaminya? Apakah Fardana tetap setia atau justru goyah dan terpikat oleh mantan istrinya?
Ikuti kisahnya yuk.
IG deyulia2022
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Es Rujak Idaman
Toko sedang ramai siang ini. Nala ikut membantu melayani pembeli, di balik kondisinya yang saat ini kurang vit.
Dari sejak pagi, Nala merasa ingin makan es rujak. Sayangnya tempat jualan es rujak adanya lumayan jauh. Tidak bisa ditempuh dengan jalan kaki.
"Aduh, mulut aku nggak enak banget. Apakah memang begini kalau orang hamil? Pagi mual, dan siang-siang begini rasanya ingin makan yang segar-segar seperti es rujak," gumamnya pelan dan tidak terdengar oleh siapapun.
Nala tahu, tempat dijualnya es rujak. Di tempatnya tidak banyak yang jual es rujak. Sebenarnya es rujak itu bisa saja setiap toko atau warung menjualnya kalau kebetulan punya idenya sama. Rujak yang didinginkan atau dibekukan ke dalam freezer, tentu saja dinamakan es rujak.
Entah kenapa, sudah bertahun-tahun lamanya sejak SD dulu, baru kali ini lagi dia ingin makan es rujak. Rasanya bikin ngiler dan meleleh.
"Apa aku pergi dulu saja ke tempatnya untuk membeli es rujak?" Nala bertanya pada dirinya sendiri dan menimbang-nimbang kira-kira pas di sana penjualnya masih banyak stok es rujak atau tidak.
Nala jadi bingung sendiri. Niat hati merajuk dan menyembunyikan kehamilannya ini dari Dana maupun kedua mertuanya, tapi rasanya saat mengidamkan sesuatu, seperti tidak ada orang lain yang bisa dia andalkan untuk membelikannya es rujak.
Kadang dalam hatinya ingin menghubungi saja suaminya lalu memintanya membelikan es rujak. "Tapi, tidak. Aku tidak mau Mas Dana curiga atau tahu dulu kalau aku saat ini sedang hamil."
Akhirnya Nala siang itu memutuskan untuk pergi sejenak keluar untuk membeli es rujak di sebuah warung yang dulu saat masih SD tempatnya jajan dan membeli rujak di sana.
"Mbak Asni, saya akan keluar dulu untuk membeli sesuatu. Tapi, nanti saya ke sini lagi, kok," ujar Nala memberitahu Asni sang pelayan toko.
"Iya, Mbak. Siap. Hati-hati, ya, Mbak," balas Asni.
Nala keluar dari toko dan memburu motornya. Tidak lama, motor itu melaju membelah jalanan yang memang selalu ramai oleh kendaraan.
Tempat penjual es rujak itu memang letaknya lumayan jauh dari toko kecantikan milik Nala. Dulu Nala memang sekolah di sana, dan warung sebelah sekolah itu kebetulan menjual es, salah satunya es favorit Nala yaitu es rujak.
Es rujak terdiri dari beberapa ukuran, ada yang kecil, sedang dan besar. Biasanya Nala saat itu hanya membeli yang kecil harganya 2000 Rupiah.
Kurang lebih 800 meter jarak yang ditempuh, akhirnya Nala sampai di warung itu. Dia merasa lega dan berharap es rujak yang dia mau masih ada.
Memasuki teras warung, sudah ada beberapa pembeli yang belanja. Nala memasukinya dan langsung menuju kulkas besar yang berada tepat di depan samping kiri warung.
Nala sudah tahu biasanya es rujak itu memang disimpan di kulkas besar transparan itu. Meskipun sudah beberapa tahun lalu, tapi posisi kulkas di warung itu masih sama letaknya.
Sayang sekali, es rujak yang dia pengen sepertinya tidak ada dan sudah habis.
"Ahhhh, nggak ada," desahnya kecewa. Nala mencoba mendongak ke dalam, dia bermaksud menanyakan pada pemilik warung yang tentu saja sudah kenal dengannya.
"Bu Wati, apa kabar Ibu?" Alih-alih menanyakan es rujak, Nala justru bertanya kabar terlebih dahulu pada pemilik warung, meskipun sudah kurang lebih delapan tahun tidak menginjakkan kaki di warung ini, akan tetapi Nala masih hapal betul dengan Bu Wati.
Namun, ada banyak perubahan dengan warung itu. Warungnya semakin luas dan bertingkat, karena menyatu dengan rumah.
Bu Wati yang ditanya menatap Nala sambil tersenyum. "Alhamdulillah saya sehat, Neng. Mau beli apa? Ambil dulu sendiri barangnya, nanti dihitung di kasir," balas Bu Wati mempersilahkan.
Warungnya memang begitu, pembeli bisa ambil barang sendiri, lalu setelah pembeli merasa barangnya sudah cukup, baru dihitung dan bayar di kasir.
"Iya Bu, saya mau beli es rujak, tapi kok habis," jawab Nala.
"Ohhh, habis ya di kulkas?" balas Bu Wati.
"Iya habis, Bu. Eh, Ibu, masih ingat saya nggak? Saya pelanggan di warung Ibu lho sejak saya masih sekolah di SD sebelah," ujar Nala berusaha mengingatkan Bu Wati akan dirinya.
Bu Wati terlihat bingung, dia merasa kenal tapi tidak ingat dengan nama anak-anak SD yang dulu sering belanja ke warungnya. Karena banyak anak-anak SD yang selalu belanja ke warungnya.
"Siapa ya, ibu sih merasa kenal, tapi tidak ingat namanya. Maaf. Tapi, ngomong-ngomong siapa Neng ini, biar ibu ingat-ingat," ujar Bu Wati seraya mengamati Nala mencoba mengingat namanya siapa tahu nyangkut.
"Saya Nala, Bu. Nala yang selalu jajan es rujak di sini."
Bu Wati, sejenak berpikir tapi tidak lama dari itu ia berteriak tanpa sadar, saking senangnya karena bisa mengingat Nala.
"Ya ampun, Neng Nala? Neng Nala yang setiap jajan ke warung ibu selalu beli es rujak sama gorengan?" teriak Bu Wati mengingat Nala.
Nala tersenyum bahagia karena Bu Wati mampu mengingatnya. "Iya, Bu. Itu memang saya."
"Duhhhh, Neng Nala makin dewasa makin cantik saja. Ngomong-ngomong Neng Nala sudah menikah belum? Akhhh, sepertinya belum, ya? Pasti Neng Nala sekolah dulu yang tinggi mengejar dan mengejar karir yang cemerlang."
"Saya sudah menikah, Bu. Setahun yang lalu," jawab Nala.
"Sudah menikah rupanya. Syukurlah. Dangkal juga jodohnya, masih muda sudah menikah. Gimana sudah ada buntutnya?" Obrolan itu makin berlanjut.
"Belum Bu, tapi...."
"Bu Wati, garfitnya masih ada di gudang atau sudah kosong?"
Ucapan Nala terpotong oleh seorang pelayan warung yang menanyakan persediaan barang.
"Masih ada, kamu ambil saja satu ball, lalu dipajang. Jangan lebih dari satu ball kalau dipajang," ujar Bu Wati memperingatkan. Pelayan itu pergi, kini Bu Wati kembali fokus pada Nala.
"Maaf, Neng Nala, obrolan kita terjeda sejenak. Tadi Neng Nala mau beli es rujak, ya? Tadi sih masih ada beberapa biji. Kalau Neng Nala mau, besok saja ke sini lagi. Ibu sisihkan untuk Neng Nala sebagai pesanannya," ujar Bu Wati.
"Boleh Bu. Saya pesan untuk besok. Besok sekitar jam segini saya ambil."
"Baik Neng. Besok pasti disiapkan," ujar Bu Wati.
Terpaksa Nala harus pergi fari warung itu dengan tangan hampa. Hatinya mendadak sedih, karena makanan idamannya tidak dia dapatkan.
"Eh, maaf. Seperti istrinya Kapten Fardana. Ini Mbak Nala istrinya Kapten Fardana, kan?" tegur seseorang berpakaian ASN di sebuah angkatan mengenali Nala.
Nala menoleh dan mengangguk. Dia tidak kenal ibu ASN itu, tapi ibu ASN itu mengenali Nala.
"I-iya, Bu. Betul, saya Nala istrinya Mas Dana."
"Ya ampun, kebetulan banget kita bertemu. Beli apa Mbak Nala ke warung sejauh ini, padahal warung di tempatnya banyak? Tidak jauh juga sih, ya. Masih satu kota ini. Tadi, saya dengar ingin beli es rujak, ya?" ujar ASN itu yang ternyata Bu Azizah.
"Iya, Bu. Walau jaraknya lumayan jauh hampir satu kilo meter, karena rindu ingin makan es rujak, jauh pun saya susuk ke sini. Sayang, es rujaknya ternyata habis," sahut Nala kecewa.
"Rupanya Mbak Nala sedang kepengen makan es rujak. Kebetulan saya yang tadi ngabisin di kulkas Bu Wati. Saya borong ada sisa enam. Kalau Mbak Nala mau, saya kasih buat Mbak Nala satu."
Bu Azizah meraih satu es rujak ukuran sedang lalu diberikan pada Nala.
Nala berbinar, hatinya senang bukan kepalang.
"Ya ampun, Bu. Serius ini untuk saya?"
"Serius. Tapi, maaf, saya hanya berikan satu saja. Sebab yang lima bungkus adalah pesanan keponakan saya yang sedang hamil," ucap Bu Azizah meyakinkan.
"Tidak apa-apa, Bu. Satu juga sudah alhamdulillah."
Setelah mendapatkan es rujak dari Bu Aziziah secara gratis karena tadi Bu Azizah menolak dibeli, Nala berterimakasih lalu berpamitan dengan hati riang.
Bu Azizah menatap kepergian istri atasannya itu sembari berpikir, "Jangan-jangan istrinya Kapten Fardana sedang ngidam. Senang banget soalnya saat dapat es rujak tadi."
kuncinya dana harus tegas dan mertua g ikut campur
bener2 mertua jahat bisa2nya GK bisa bedain mana wanita terhormat dan wanita bar2.