NovelToon NovelToon
Operasi Gelap

Operasi Gelap

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Balas Dendam / Mata-mata/Agen / Gangster / Dark Romance
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Radieen

Amara adalah seorang polisi wanita yang bergabung di Satuan Reserse Narkoba. Hidupnya seketika berubah, sejak ia melakukan operasi hitam penggrebekan sindikat Narkoba yang selama ini dianggap mustahil disentuh hukum. Dia menjadi hewan buruan oleh para sindikat Mafia yang menginginkan nyawanya.
Ditengah - tengah pelariannya dia bertemu dengan seorang pria yang menyelamatkan berulang kali seperti sebuah takdir yang sudah ditentukan. Perlahan Amara menumbuhkan kepercayaan pada pria itu.
Dan saat Amara berusaha bebas dari cengkraman para Mafia, kebenaran baru justru terungkap. Pria yang selama ini menyelamatkan nyawanya dan yang sudah ia percayai, muncul dalam berkas operasi hitam sebagai Target Prioritas. Dia adalah salah satu Kepala geng Mafia paling kejam yang selama ini tidak terdeteksi.
Amara mulai ragu pada kenyataan, apakah pria ini memang dewa penyelamatnya atau semua ini hanyalah perangkap untuknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radieen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gudang Kayu di Hutan pinus 2

Amara tetap di sisi Fai, tangannya masih membelai kening pria itu yang panas, sambil mendengarkan deras hujan di luar. Waktu berjalan terasa lambat, dan setiap detik menambah kegelisahan di dadanya.

Tak lama kemudian, deru mesin mobil terdengar samar dari kejauhan, bercampur dengan suara hujan yang menimpa atap seng gudang. Amara menegakkan tubuhnya, jantungnya berdegup lebih kencang. Ia berlari kecil ke arah pintu gudang, mencoba membuka kunci kayu yang kokoh itu. Tapi sia-sia, pintu hanya bergetar. Ia mengintip dari celah gudang, terlihat kilauan cahaya mobil membuat dari jalan utama ke selah kayu - kayu pinus.

Amara berbalik ke arah Fai yang terkulai lemas, ”Fai.. tetaplah sadar, seseorang telah tiba.”

Fai mencoba membuka matanya perlahan, "aku harap itu adalah bantuan.. ”Suaranya terdengar lemah.

Suara langkah terburu-buru terdengar dari luar.

“Amara! Kau di dalam?” teriak Haris dengan nada panik.

Amara menempelkan bibirnya ke celah dinding gudang. “Haris! Aku di sini! Aku terkunci.”

Haris menggedor pintu keras-keras, tapi kunci besi tua yang melintang di luar tidak bergeming.“Sial! Aku akan cari pemiliknya!”

"Tunggu Haris!" Amara menahan dari dalam. ”Aku tidak tahu siapa pemilik gudang kayu ini, dan aku tidak mau seorang pun tahu aku di sini. Bisakah kau mendobrak atau mencari cara lain?”

Haris berfikir cepat. ”Ah ya.. aku akan ambil linggis di mobil!”

Tak berselang lama, Haris kembali. Suara langkahnya diikuti decitan logam.

"Mundur, Amara!" teriak Haris dari luar.

Amara bergegas menjauh dari pintu, kembali ke samping Fai dan menutupinya dengan kemeja yang berlumuran darah itu. Ia memeluk kepala Fai, bersiap menghadapi benturan.

"BRAKK!”

Suara logam beradu dengan kayu keras menggelegar di dalam gudang. Engsel pintu berderak, namun kunci tua itu masih menahan.

”BRAKK!”

Kali ini lebih keras. Pintu gudang bergetar hebat, dan debu serta serpihan kayu berjatuhan dari langit-langit.

"KREEKK... BRAKK!"

Akhirnya, dengan suara kayu patah dan besi bengkok, pintu gudang terbuka paksa.

Haris berdiri di ambang pintu, napasnya tersengal. Begitu matanya menangkap Amara yang minim pakaian dan berlumuran darah, dengan seorang pria yang terbaring tak sadarkan diri di pangkuannya, Haris terkejut, linggis itu jatuh dari tangannya dengan bunyi keras.

"Ya Tuhan, Amara! Apa yang terjadi?" Haris bergegas mendekat, jaketnya sedikit basah. Matanya tanpa sengaja menyapu keintiman mereka.

Amara menyingkir dari Fai. "Dia terluka parah. Kena tembak," jelas Amara, suaranya serak. "Hipovolemia dan demam tinggi. Aku sudah melakukan sebisa mungkin. Kita harus segera membawanya keluar dari sini."

Haris adalah seorang yang selalu bertindak cepat bahkan ketika berada di bawah tekanan. Ia segera menjatuhkan tas kecil yang dibawanya, lalu Aberjongkok di samping Fai, memeriksa denyut nadi dan lukanya. Wajahnya tegang, namun tatapannya masih diselimuti keterkejutan atas apa yang baru dilihatnya.

"Lukanya infeksi, harus segera dibersihkan," ujar Haris, melihat perban darurat dari kaos Amara. Ia kemudian melihat ke Amara yang hanya ditutupi bra hitam tipis. Ia tahu betul apa yang harusnya ia lakukan, tapi pikirannya mendadak keruh.

Haris kembali ke Fai, mengangkatnya dengan hati-hati. "Kita harus membawanya ke mobil sekarang."

Saat Haris membopoh tubuh Fai, pandangannya bertemu dengan Amara.

"Kenapa kau bersamanya, Amara?" suaranya rendah dan menusuk, sambil berhati-hati memanggul tubuh Fai. Ia tidak bisa menahan nada menuduhnya.

Amara memungut kemeja Fai, menyelimuti tubuhnya sendiri yang menggigil. Ia tahu ke mana arah pertanyaan itu, dan ia tidak punya waktu untuk drama.

"Aku akan menjelaskannya nanti, sebaiknya kita bergegas. Tempat ini tidak aman." Jawab Amara dingin, mendahului Haris menuju pintu.

Haris mengepalkan rahangnya. Ia melihat Amara berlari ke depan, membuka jalan, dan ia tahu Amara benar. Tapi melihat buronan yang mereka kejar, terbaring tak berdaya di pelukan Amara, dengan kondisi Amara yang... sangat minim pakaian membuat Haris kesal.

"Baik," gumam Haris tajam, mengikuti Amara keluar dari gudang kayu. "Kita akan membicarakannya setelah ini. Semuanya."

Amara sudah menunggu di samping mobil Haris yang terparkir agak jauh di balik pohon pinus. Ia membuka pintu belakang mobil.

"Taruh dia di sini," perintah Amara tegas.

Haris menurunkan Fai dengan hati-hati, membaringkannya di jok belakang. Amara segera merangkak masuk, menopang kepala Fai di pangkuannya. Ia mengeluarkan sebotol air mineral yang tertinggal di mobil Haris dan menuangkan sedikit di lukanya.

Haris kembali ke kursi kemudi, wajahnya masih kaku. Mesin mobil dihidupkan, dan Haris memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, menyusuri jalan setapak berlumpur yang gelap.

Hening yang tercipta dipenuhi oleh suara rintihan Fai yang samar dan napas Haris yang berat. Haris melirik kaca spion. Ia melihat Amara. Gadis itu menangkupkan kedua tangan di kening Fai yang berkeringat, lalu menyeka air di wajahnya.

"Mengapa kau harus bersamanya, Amara?" tanya Haris, suaranya pelan dan tertahan. "Kau tahu dia buronan. Kau tahu kita mencarinya."

Amara memejamkan mata sejenak. "Dengarkan aku, dia adalah saksi kunci. Aku yang mencarinya di tempat itu, dan saat kutemukan dia sudah terluka.”

"Lalu? Bisa saja ini adalah jebakan untukmu! Lihat dirimu, kau berantakan." Haris melirik pada Amara, hanya bra tipis membalut atas tubuhnya, siapapun yang melihat keadaannya saat ini pasti penuh dengan tanda tanya.

Amara mengangkat wajah, "apa yang kau pikirkan? Dia sedang sekarat! Jangan konyol! Dia tidak akan membahayakanku."

"Aku tidak konyol," kata Haris lirih, suaranya menjadi sangat pelan. "Aku hanya tidak ingin melihatmu terluka. Tapi kau... kau mempertaruhkan segalanya untuk dia. Untuk seorang buronan."

"Aku hanya ingin tahu kebenaran, Haris," balas Amara tajam.”Lebih baik kau fokus menyetir,kita tidak bisa membuang waktu untuk berdebat sekarang."

Haris kembali menatap jalan, "kemana kita akan membawanya?"

Amara menatap Fai, penuh kekhawatiran. ”Aku tidak tahu. Tapi yang pasti harus aman bahkan dari polisi.”

Haris menarik napas panjang, mencoba mengendalikan emosinya. Ia mengencangkan pegangannya pada kemudi.

"Aku kenal seorang dokter hewan, kenalan lama. Tidak akan ada yang tahu dia di sana," sambil kembali fokus pada jalan. "Tahan sebentar, kita hampir sampai."

1
Piet Mayong
so sweet deh fai dan Amara...
Piet Mayong
semanggad Thor...
Piet Mayong
musuh yg sesungguhnya adalah komandannya sendiri, Alfian.
sungguh polisi masa gthu sih....
Piet Mayong
seru ceritanya..
semangat.....
Radieen: 🙏🙏 Makasih dukungan, sering sering komen ya.. biar aku semangat 🩷
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!