NovelToon NovelToon
Jadi Ibu Susu Bayi Mafia

Jadi Ibu Susu Bayi Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: ingflora

Nabila Fatma Abdillah yang baru saja kehilangan bayinya, mendapat kekerasan fisik dari suaminya, Aryo. Pasalnya, bayi mereka meninggal di rumah sakit dan Aryo tidak punya uang untuk menembusnya. Untung saja Muhamad Hextor Ibarez datang menolong.

Hextor bersedia menolong dengan syarat, Nabila mau jadi ibu ASI bagi anak semata wayangnya, Enzo, yang masih bayi karena kehilangan ibunya akibat kecelakaan. Baby Enzo hanya ingin ASI eksklusif.

Namun ternyata, Hextor bukanlah orang biasa. Selain miliarder, ia juga seorang mafia yang sengaja menyembunyikan identitasnya. Istrinya pun meninggal bukan karena kecelakaan biasa.

Berawal dari saling menyembuhkan luka akibat kehilangan orang tercinta, mereka kian dekat satu sama lain. Akankah cinta terlarang tumbuh di antara Nabila yang penyayang dengan Hextor, mafia mesum sekaligus pria tampan penuh pesona ini? Lalu, siapakah dalang di balik pembunuhan istri Hextor, yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ingflora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23. Maaf

Bola mata Nabila melebar karena syok. "Ngak ada kerjaan, Pak? Bukannya Bapak yang gaji Saya karena jadi ibu sussu ya, Pak ya? Apa itu bukan pekerjaan!? Ini mata Saya mengantuk tiap pagi lho, Pak karena menyussui Enzo marathon tiap malam. Apa itu bukan pekerjaan!? Jadi, yang disebut pekerjaan itu yang bagaimana? Harus yang kerja di kantor, begitu!?" Nada suaranya pelan-pelan memuncak.

Hextor segera menyadari ia salah bicara. Ia mengangkat telapak tangannya agar Nabila tidak salah paham. "Maaf, maaf. Bukan begitu maksudku ...."

"Apa Bapak gak lihat ada lingkaran hitam di mata Saya tiap hari!? Apa ini gak ada artinya!?" Nabila ingin rasanya menangis.

"Nabila, maaf ...."

"Kalau begitu ... cari saja ibu sussu lain karena SAYA AKAN BERHENTI DAN MENCARI PEKERJAAN LAIN YANG LEBIH BISA DIHARGAI!" Mata Nabila memerah dan mulai meluncurkan air mata.

"Nabila ...." Hextor mulai frustasi. Sebelum sempat bicara, sambungan telepon terputus. Nabila memutuskan sambungan telepon majikannya.

Hextor hanya bisa menghela napas. Kenapa ia sampai bikin kesalahan sebesar ini? Bukankah ia sendiri yang mewanti-wanti Arman agar jangan sampai bikin ibu sussu Enzo tidak betah dan meminta berhenti, tapi kini ia sendiri malah yang menghancurkannya.

Sekarang ia harus bagaimana? Ia tak mungkin bicara dengan Nabila karena pasti wanita itu tidak akan mengangkat teleponnya.

Walaupun begitu, Hextor kembali mencobanya. Terdengar nada dering yang beberapa saat berbunyi tapi tak diangkat. Lalu, bagaimana ia bisa bernegosiasi dengan Nabila kalau ia tidak bisa bicara padanya?

Sesaat Hextor berpikir keras. Kenapa ia bisa sebodoh ini? Nabila satu-satunya yang dibutuhkan Enzo saat ini dan ia dengan mudahnya membuat masalah.

Tiba-tiba ide cemerlang terlintas di kepala. Ia menjentikkan tangannya karena senang. Segera ia menelepon Arman. "Arman, kamu di mana?"

***

Arman tampak kikuk dengan bawaannya. Ia sempat bingung mendengarkan permintaan bosnya, tapi mau bagaimana? Ia harus melakukannya. Dengan pelan Arman mengetuk pintu, tapi ia tak berani membukanya. Butuh satu menit untuk akhirnya pintu itu dibuka.

Muncul Nabila di pintu. Ia terlihat kaget. "Pak Arman?"

"Eh, ini." Arman menyodorkan seikat bunga mawar berwarna pink.

Mata Nabila melebar. "Ini ... u-untuk Saya?"

"Eh, ini dari Tuan Hextor, bukan aku." Wajah Arman terlihat merah padam. "Baca saja pesan yang tertulis di dalam kartu."

Nabila yang masih kebingungan, melihat kartu yang dimaksud terselip diantara kelopak bunga. Ia mengambil dan membukanya. "Nabila, maaf. Lupakan kata-kataku tadi. Tertanda, Hextor." Nabila masih melongo dan menatap bunga itu.

"Tuan Hextor ingin kamu meneleponnya," sahut Arman lagi. Antara geram karena harus merendahkan diri, dan karena perintah atasan, ia terpaksa melakukannya.

"Oh!" Namun, Nabila masih terdiam di tempat.

"Eh, ini bunganya." Arman kembali menyodorkan buket bunga itu. Ia sempat melihat sekitar karena takut ada yang melihat dan salah paham.

"Oh, iya." Nabila mengambil buket bunga itu.

Setelah itu Arman buru-buru pergi. Sambil berpikir, Nabila menutup pintu. Ia melirik ke arah Enzo yang sedang berbaring di ranjang besar sambil tangannya sibuk bermain dengan mainan miliknya. Sesekali ia menggigitnya karena gemas.

Nabila mendatangi ranjang. "Enzo, papamu memberikan ini untukku. Apa ini artinya?" Wanita itu tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Baru pertama kali ia menerima bunga dari seorang pria. Nabila melirik Enzo dengan senyum mengembang. "Enzo, papamu romantis ya. Masa, ngasih ini ke Mbak? Apa dia tidak salah orang? Dia bukan naksir, Mbak 'kan ya?" Ia kembali menatap bunga mawar yang setengah mekar itu. Sempat ia menghirup baunya. Begitu lembut sehingga ia kembali tersenyum.

"Maafin gak ya ...." Matanya menatap langit-langit dengan jenaka. "Duuh ... aku istri orang. Asal tidak menggodaku, aku sih maafin." Nabila tersenyum sendiri dengan pipi memerah. Ia meraih ponsel barunya dan mulai menelepon.

"Halo." Nabila berucap pelan saat telepon tersambung.

"Eh, sebentar." Hextor tengah menandatangani berkas yang dibawa sekretarisnya. "Ok. Ada lagi?"

"No, Sir," sahut Safa.

"Ok, kamu bisa pergi." Kemudian Hextor beralih pada ponselnya di tangan selagi Safa pergi dari tempat itu. "Iya, Nabila?"

Nabila yang sempat mendengarkan suara pria itu dengan sekretarisnya, malah tampak bingung. "Eh ...." Ia tak tahu harus bicara apa.

"Nabila." Hextor memanggil pelan, memastikan orang yang diajak bicara, mendengarkan.

"Eh, iya, Pak."

"Aku minta maaf. Mungkin semalam itu aku ngantuk, jadi ngomong ngelantur. Kamu ngerti, 'kan?" Kini Hextor bicara lugas dan tampak formal.

"Iya, Pak."

"Kamu marah? Eh ... maaf. Aku tak berniat merendahkanmu. Wanita yang bekerja, apa pun itu, selama tidak menjual harga dirinya, adalah wanita yang terhormat. Aku menghargai pekerjaanmu, jadi jangan sangsikan dirimu." Kemudian ia beralih ke topik lainnya. "Oya, aku sudah mengirim nomor telepon yang kamu minta. Sekali lagi, aku minta maaf. Kamu tidak akan pergi, 'kan?"

"Eh ... tapi kenapa Bapak kirim bunga?" tanya Nabila ragu-ragu. Saat Hextor bicara formal, ia jadi salah tingkah.

"Kamu tidak suka?"

"Bukan begitu. Aneh rasanya. Seperti orang ... pacaran," sahut Nabila pelan.

"Habisnya, semalam itu, kamu tiba-tiba memutuskan telepon dan tidak bisa lagi dihubungi. Kamu tau 'kan, aku bingung kalau tidak ada yang bisa mengurus Enzo, sedang untuk mengejar pulang, jaraknya sangat jauh."

"Iya, Pak."

"Kamu gak akan meninggalkan kami, 'kan? Kalau kamu kesal dengan ucapanku, katakan saja. Aku akan perbaiki, tapi jangan tinggalkan Enzo, dia butuh kamu. Aku sangat sibuk di sini, aku mohon bantuanmu. Tentang bunga itu, kalau kamu tak suka, kamu bisa membuangnya. Aku akan carikan barang lain yang kamu inginkan."

"Eh, tidak, Pak. Saya suka kok, bunganya. Cantik. Saya belum pernah dapat bunga seperti itu," jawab Nabila malu-malu. Cara bicaranya terdengar lugu, tapi malah makin membuat Hextor gemas.

Pria itu sampai garuk-garuk kepala. "Eh, ya sudah kalau begitu. Aku matikan hapenya."

"Eh, Pak." Nabila menahan Hextor.

"Apa?"

"Bapak tidak ingin bertemu Enzo?"

"Enzo? Apa dia sudah bangun." Hextor kini tertarik.

"Iya, Pak. Ini Saya VC ya."

Seketika Hextor bisa melihat anaknya ketika mengganti mode layar. "Oh, Enzo sudah bangun ya." Pria itu tersenyum hingga hilang wajah kakunya.

Enzo pun terkejut. Ia melihat di layar ada ayahnya. Seketika bayi itu melepas mainannya dan mengulurkan kedua tangan gemas minta digendong.

"Enzo, Papa sedang keluar. Papa kerja. Nanti Papa pulang ya."

Tiba-tiba ada kepala Nabila ikut masuk di layar. "Pak, terima kasih bunganya ya."

Hextor yang kaget, kembali ke mode awal. Serius. "Oh, tidak apa-apa. Ya sudah, aku berangkat dulu. Aku mau ke luar kota."

"Oh, iya, Pak. Hati-hati di jalan." Nabila meraih tangan Enzo dan menggoyang-goyangkannya pada Hextor. "Dadah, Papa!"

Hextor hanya tersenyum tipis sebelum mematikan ponselnya. Ada perasaan aneh yang menjalar saat melihat gaya Nabila melambaikan tangan anaknya. Mereka bukan keluarga, 'kan? Kenapa bergaya seperti itu?

Hextor merapikan jasnya dan meninggalkan tempat itu.

***

Hextor menimbang-nimbang. Ia memainkan ponsel di tangan. Haruskah ia menelepon Nabila? Berarti hari ini ia menelepon wanita itu untuk kedua kalinya. Apa wanita itu tidak jadi besar kepala? Tapi kalau tidak menelepon, ia tak akan melihat Enzo, dan itu berarti ia juga akan sulit tidur.

Bersambung ....

1
Tri Handayani
thorrr'kapan kelakuan buruk suami nabila terbongkar'biar nabila cpt cerai dr suaminya yg durjana
Baby_Miracles: sabar-sabar
total 1 replies
Ani Basiati
semoga nabila tau thor kl suamianya selingkuh
Nar Sih
emang segaja bos mu ngk kasih no hp suami mu nabila ,biar kmu ngk telpon suami mu
Ani Basiati: lanjut thor
total 1 replies
Tri Handayani
Next thorrr'semangat up
Nar Sih
lanjutt kakk ,👍🥰
Susi Akbarini
nabila menghantui hextor..
😀😀😀❤❤❤😘😍😙
Susi Akbarini
😀😀😀❤❤😘😍😗
Tri Handayani
hektor'g usah d kirimin no tlfnya suami nabila,mnding tunjukin kelakuan busuk suami nabila biar dia g mengharapkan lagi suaminya.
Susi Akbarini
lanjutttttt....

😍😙😗😗❤❤❤
Susi Akbarini
waduhhhh..

ngeriiiu...
😘😍😍😙😗❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
Lani2..
satang Enzo tapi salah strategi..
😀😀❤❤😘😍😙
Susi Akbarini
apa lani lupa klao di rumah itu ada cctv..


😀😀😀❤❤😘😍😙😙
Susi Akbarini
lanjutttt..

❤❤❤😘😙😗😗
Tri Handayani
makanya jadi orang jangan jahat'kena batunya kan...
Susi Akbarini
lanjutttt...
❤❤❤😘😍😙😙
Susi Akbarini
waaahhh..
jangn2 lani naruh serbuk gatal do pakaian Enzo..
untung Hextor tau lani melakukan sesuatu di lwmari anknya ..
jadi gak bisa nuduh nabila..
😀😀❤❤❤😍😙😗
Tri Handayani
Next thorrr'semangat up
Susi Akbarini
lanjuttt..
❤❤😍😙😗
Susi Akbarini
bisa jadi dahlia yg udah bikin helena celaka..
karena dia ingin hextir jadi miliknya...
😀😀😘😍😙😗❤❤❤😡
Mbah dun3
Dahlia tersangka ya thorrt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!