Di kenal seorang pendiam dan tidak banyak bergaul membuatnya minder , sejak di usia belia seorang gadis desa sangat aktif dan sudah mengenal yang namanya jatuh cinta , apakah sekedar jatuh cinta saja atau sudah mengenal lebih dari sekedar cinta monyet ?
Dibalik kisah asmara ada sekelumit masalah pada sikap saudaranya yang membuatnya risih dan menjadi tertutup . lambat laun ia tahu siapa dirinya yang sebenarnya .
Mampukah ia menjalani kehidupan di luar sana tanpa ia sadari sudah terjebak dalam arus kehidupan dunia luar yang penuh dengan drama dan masalah ?
Apakah gadis yang dulu pendiam akan menjadi pendiam atau akan menjadi sosok yang lain ?
Yuk baca pelan-pelan dan berurutan agar tidak salah paham .jangan lupa dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Tes Semester
Menjelang tes semester Ira belajar dengan serius , setiap pulang sekolah selalu belajar sampai tertidur hingga menjelang sore . Malam harinya juga belajar juga sampai tertidur .
Pagi hari Ira sudah sampai di sekolah dan duduk dengan nyaman lalu membuka buku untuk belajar lagi . “Rajin amat belajarnya , semalam begadang ya ," celetuk Temon masuk kelas meletakkan tas di mejanya lalu duduk menghadap Ira .
Tempat duduk Temon bersebelahan dengan Ira membuatnya mudah berbicara tanpa berjalan melewati beberapa meja . "Belajar kok semalam bukan begadang juga kali ," sahut Ira tanpa menoleh masih fokus dengan belajarnya .
"Ra , nanti minta contekannya ya atau kasih jawabannya juga gak apa-apa," celetuk Dwi teman semeja dengan Temon .
"Ogah amat , buat sendiri saja kalau mau nyontek biar orang lain gak kena getahnya ," kata Ira menyahut perkataan temannya .
“Jadi orang jangan pelit nanti rezekinya seret ," kata Dwi tertawa bersama Temon .
"Mana ada nyontek termasuk bagian dari rezeki ," kata Ira sewot lalu mengalihkan pandangannya .
Bel berbunyi tanda masuk semua siswa masuk ke dalam kelas masing-masing bersama guru pembimbing membawa soal tersebut semester . Kemudian membagikan soal tersebut kepada siswa .
Hari itu siswa kelas satu dan dua sedang mengerjakan soal tes semester . Mereka dengan serius dan konsentrasi dalam mengerjakannya tanpa ada yang berbisik atau mengganggu teman lain .
“Sst ,,, sst ,Ra ," panggil Temon dan Dwi pada Ira . Ira pura-pura tidak mendengar justru Temon melemparkan kertas ke meja Ira membuatnya terkejut langsung menoleh .
Ira melotot kesal merasa terganggu . "Brisik banget sih kalian ," katanya dengan marah .
“Jawaban nomor sepuluh apa ?" tanya Dwi sambil memonyongkan mulutnya .
Ira sampai tertawa melihat tingkah dua temannya yang lucu . “Eh ,,malah tertawa bukannya kasih jawaban ," kata Temon agak sedikit keras membuat yang lain menoleh ke arah Temon .
"Temon , Dwi . Kalian sedang apa ?" tanya Ibu guru Rahayu . Menatap dengan tajam kepada mereka .
"Sedang mengisi soal ,Bu ," jawab keduanya bersamaan membuat seisi kelas tertawa .
Tidak lama kemudian semua siswa selesai mengerjakan dan mengumpulkan lembar jawaban ke meja guru . “Alhamdulillah selesai juga ," kata Ira merenggangkan kedua tangannya .
"Ra , jangan tinggi-tinggi bau ," celetuk Temon yang berada di sebelah .
“Biarin memang di sengaja kok ," sahut Ira sambil melakukan gerakan lain membuat Temon tidak berhenti melihat Ira .
“Ngapain melihat sampai segitunya ?" Ira menatap dengan kesal membelakangi Temon .
"Rambutmu bagus ,Ra ," kata Temon asal .
Ira semakin kesal di goda Temon menutup telinganya menggunakan kedua tangannya . "Jangan di tutup telinganya nanti gak dengar loh ," kata Temon mendekatkan tubuhnya ke Ira .
Ira menoleh dan hampir saja wajah keduanya bersentuhan , Ira mendorong wajah Temon menjauh menggunakan tangannya . Temon memegang tangan Ira dengan kuat lalu mendekatkan wajahnya hampir tanpa jarak membuat Ira mengalihkan wajahnya ke arah lain .
"Lepasin , Mon . Sakit ," Ira mencoba melepaskan cengkeraman tangan Temon .
"Mon , lepasin nanti Ira nangis , memangnya kamu bisa nenangin ?" tanya Dwi .
"Wah Temon sekarang mulai berani pegang tangan Ira ,cieee ," kata Kia melihat sikap Temon yang tidak biasa pada Ira .
"Mon , jadiin aja gas pol ," sahut yang lain memberi dukungan pada Temon , padahal Temon hanya berniat menjahili Ira saja tanpa ada maksud lain .
"Aku takut sama bapaknya ," kata Temon melepaskan tangannya dan kembali duduk pandangannya tak lepas dari Ira . Ira melebarkan matanya karena terkejut menurutnya perkataan Temon serius . Namun di sisi lain hatinya merasa sedih karena Temon menyebut kata bapak membuat matanya terasa panas dan hatinya berontak namun bibirnya kelu untuk berucap .
"Bapak maafkan anakmu ini yang belum bisa membuatmu bahagia ," batin Ira sedih . Ana teman duduk di sampingnya melihat Ira heran .
"Eh benar , Ira menangis jangan di bercanda lagi dong kasihan . Kamu sih Mon bikin Ira sedih kasihan tahu ," kata Ana menenangkan Ira .
"Aku tidak apa-apa kok ," kata Ira melihat Ana yang nampak khawatir .
"Kamu jangan sedih memang Temon kata-katanya kasar jangan di ambil hati ya ," kata Ana .
"Iya , terimakasih sudah membelaku ," sahut Ira . Pada saat jam terakhir Ira tidak bisa konsentrasi , ia terus saja bergumam dalam diam dan rasa sesak di dadanya .
Muak , kesal , kecewa ,marah dan benci itulah yang Ira rasakan saat ini . Ia selalu saja jadi bahan lelucon semua teman-temannya apa maksud mereka semua sehingga ia yang selalu jadi tempat pelampiasan mereka .
Semakin lama didiamkan semakin parah , melawan dengan kata-kata hanya buang-buang tenaga . Tapi kalau tidak melawan mereka semakin panas dengan lelucon buatan mereka .
Dari awal masuk sekolah hingga sekarang kelas dua tidak henti-hentinya jadi bahan bercandaan , membuat Ira tidak habis pikir . Padahal kemarin-kemarin sudah jarang tapi ke sini mulai lagi ." Kayak bocah kecil saja ," kata Ira dengan suara keras sengaja ia lontarkan agar teman sekelas mendengar.
Akhirnya semua diam bersamaan dengan guru masuk membawa soal tes semester dan membagikan ke seluruh siswa .
Di jam terakhir tidak ada yang namanya panggil memanggil , contekan atau bisik-bisik , Ira merasa tenang dan damai karena tidak ada yang mengganggu .
Bel tanda pelajaran hari ini selesai semua siswa mengumpulkan jawaban di meja guru dan pulang . Ira berjalan santai saat pulang karena selama tes semester pulang lebih awal jadi tidak terburu-buru sampai rumah dimana masih banyak waktu buat bersantai ria .
“Semoga jawabanku benar dan mendapat nilai bagus meskipun belum mampu bersaing dengan yang lebih pintar ," gumam Ira dengan bersemangat .
"Yah ngomong sendiri jawab sendiri , gila kali nih bocah ," celetuk seseorang dari belakang mendengar suara Ira pelan . Ira menoleh lalu dengan sewot berjalan agak lebih cepat agar segera sampai di tempat angkutan umum siap menunggu anak sekolah pulang sekolah .
“Ra , jangan cepat-cepat nanti jatuh bangun sendiri loh ," katanya sambil berteriak . Ira tidak mempedulikan teriakan temannya justru semakin mempercepat jalannya . Akhirnya sampai juga di ujung jalan , Ira melihat angkutan umum sudah menunggu dengan setia , langsung masuk ke dalam dan duduk dengan nyaman sambil menghembuskan napas dengan kasar .
“Semoga tidak lama nge temnya ," batin Ira . Hari ini ia merasa sangat kesal dengan ulah teman-temannya .
"Heh , main ninggalin aja ," kata Tyas melihat Ira sudah duduk di dalam angkutan umum .
"Maaf aku buru-buru tadi , sebel ada yang jahil melulu bikin orang kesal saja ," kata Ira dengan wajah kesal .
"Tidak usah dipikirin ," Tyas menenangkan Ira .
"Lama-lama kesal , marah juga kali di katain yang enggak-enggak," sewot Ira .
"Kalau kamu tidak suka jangan ditanggapi nanti mereka semakin ngelunjak ," kata Tyas dengan santai .