Pernikahan yang batal membuat Namira harus menikah dengan sepupunya. Untuk menjaga nama baik keluarganya dan juga pesantren Namira tidak punya pilihan lain.
Bian, yang merupakan sepupu Namira dan juga teman masa kecilnya harus mengikuti kemauan ibunya yang memang sangat menginginkan Namira sebagai calon menantunya sejak dulu.
Karena sudah lama tidak bertemu membuat pertemuan mereka sedikit canggung dan apalagi dihadapkan pada pernikahan. Tetapi bagaimanapun keduanya pernah menghabiskan waktu di masa kecil.
Namira dan Bian sama-sama memiliki pasangan di masa lalu. Bian memiliki kekasih yang tidak direstui oleh ibunya dan sementara Namira yang memiliki calon suami dan seharusnya menikah tetapi digantikan oleh Bian. Karena perzinaan yang dilakukan calon suaminya menjelang 1 hari pernikahannya.
Bagaimana Namira menjalani pernikahannya bersama Bian yang tidak dia cintai dan sebaliknya dengan Bian.
Jangan lupa untuk membaca dari bab 1 sampai bab akhir dan jangan suka menabung Bab....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32 Rujuk
Namira dan Bian yang duduk di salah satu bangku yang memiliki tempat berteduh di tengah derasnya hujan. Namira sekarang sedang memakai jaket Bian dan keadaannya terlihat sudah jauh lebih tenang.
Jika tadi mereka berdua berpelukan dan ternyata setelah pelukan itu selesai kembali lagi pasangan seharusnya masih sah menjadi suami istri itu kembali canggung dengan duduk hanya bersebelahan dengan bahu bersentuhan.
"Masih dingin?" tanya Bian menoleh kearah Namira yang membuat Namira menganggukkan kepala.
"Jika hujannya sedikit reda maka kita akan kembali pulang," ucap Bian. Namira hanya menganggukkan kepala.
"Kamu belum menceritakan kepadaku, kenapa kamu bisa berada di sini?" tanya Bian.
"Tadi Namira hanya membeli bahan makanan untuk besok ke supermarket. Namira merasa sangat dekat dan tidak perlu menaiki grab. Tetapi Namira bertemu dengan Mas Ferdi," ucapnya tampak sangat hati-hati berbicara dan yang benar saja ketika mendengar nama Ferdi ekspresi wajah Bian langsung berubah.
"Kakak jangan salah paham dulu. Namira Kita berjanji untuk bertemu dengannya, tiba-tiba saja dia muncul di hadapan Namira dan kembali ingin membahas masalah hubungan kami. Tetapi apapun yang di
katakan tidak mengubah keputusan Namira," ucap Namira menjelaskan agar Bian tidak salah paham.
"Keputusan! Memang apa keputusan kamu?" tanya Bian.
"Namira memutuskan atau tidak melanjutkan hubungan lagi dengan Mas Ferdi. Walau semua yang terjadi adalah kesalahan beliau atau tidak. Namira menganggap semua itu adalah teguran dari Allah yang mungkin saja memang tidak menyukai hubungan kami, karena kami menikah karena sudah ada rasa sebelumnya," ucap Namira.
"Kenapa harus mengakhiri hubungan kalian dan bukankah kamu sangat bersemangat sekali jika kembali menjalin hubungan bersamanya?" tanya Bian yang memang sepengetahuannya wanita yang dia nikahi itu sangat mencintai Ferdi.
"Namira juga tidak tahu kenapa Allah dengan cepat menghilangkan rasa itu. Namira menyadari jika hubungan itu selama ini tidak sehat dan seharusnya tidak dilakukan. Mas Ferdi tidak terima dengan keputusan Namira dan mengikuti Namira yang membuat Namira tiba-tiba saja berjalan ke arah yang Namira tidak tahu dan tersesat di tempat ini," jawabnya.
"Namira juga kaget saat Kak Bian datang tiba-tiba memeluk Namira. Namira pikir itu adalah dia," ucap Namira.
Bian menarik nafas panjang yang tiba-tiba saja merangkul bahu Namira yang membuat Namira cukup kaget dengan menelan salivanya. Tadinya dia menganggap pelukan dari Bian mungkin khilaf karena melihat keadaan yang ketakutan.
"Sudahlah lupakan saja tentang apa yang dia lakukan. Jika dian mengganggu kamu kembali, maka aku akan menyelesaikannya," ucap Bian.
Namira menganggukkan kepala pelan. Bian juga menggenggam tangan Namira yang sangat dingin.
"Kak Bian. Apa tidak dosa jika kita seperti ini?" tanyanya dengan sangat hati-hati.
Bian melepaskan rangkulan itu dan melihat ke arah Namira. Namira menjadi gugup dan juga merasa bersalah karena sudah mengatakan hal seperti itu yang takut jika Bian tersinggung.
"Maafkan aku Namira, kamu harus menjadi korban atas obsesi Mama," ucap Bian.
Namira tidak bisa berkata apa-apa.
"Aku juga tidak tahu jika semua adalah rencana Mama. Mama sengaja merusak hubungan kalian berdua agar kita menikah. Aku merasa sangat bersalah yang tidak mengetahui hal sebesar itu dan seharusnya aku bisa mencegahnya," ucap Bian.
"Kenapa. Kak Bian baru mengatakannya sekarang dan kenapa tidak berusaha jujur dengan Namira," ucapnya.
"Aku salah, seharusnya bisa menyelesaikan semua ini secara dewasa dan bukan bertindak gegabah seperti ini. Maafkan aku," ucap Bian menyadari kesalahannya.
"Kakak tidak bersalah. Tante Farah yang mengambil semua tindakan itu. Tapi Namira sedikit kecewa kepada Kakak. Namira menerima jika Kakak marah karena Namira bertemu dengan laki-laki lain tanpa sepengetahuan oleh Kakak. Tetapi Namira pikir akan mendapat kesempatan untuk memperbaikinya dan ternyata Kakak memilih untuk mengakhirinya," ucapnya.
Bian mengambil tangan Namira dan menggenggam tangan itu.
"Itu adalah kesalahan besar dan fatal yang telah aku lakukan. Maafkan aku Namira," ucap Bian.
"Namira sudah memaafkan semua itu," jawab Namira.
"Namira maukah kamu rujuk kembali denganku?" tanya Bian yang membuat Namira menelan ludah.
Setelah keduanya saling terbuka satu sama lain yang ternyata Bian mendapatkan jalan untuk mengajak istrinya untuk rujuk.
"Apa kak Ilham mengatakan sesuatu!" tanyanya mungkin saja berpikiran jika Ilham mengatakan bahwa dirinya sebenarnya ingin rujuk dan hanya saja tidak berani mengatakannya kepada Bian.
"Di luar Ilham mengatakan apapun. Aku tetap memiliki keinginan untuk rujuk dengan kamu," jawab Bian.
"Jika Kak Bian memberi Namira kesempatan untuk memperbaiki diri, belajar dari kesalahan dalam pernikahan yang telah Namira abaikan. Namira ingin rujuk agar bisa memperbaiki semuanya," jawabnya dengan mata berkaca-kaca yang membuat Bian tersenyum.
Dari bahasa tubuh keduanya memang sudah terlihat bahwa keduanya masih menginginkan pernikahan mereka dilanjutkan hanya saja ada gengsi diantara keduanya.
"Kita sudah ditakdirkan untuk menikah dan Allah yang memberi kesempatan untuk kita. Kita perbaiki bersama-sama pernikahan ini," ucap Bian yang membuat Namira menganggukkan kepala.
Keduanya terlihat sama-sama terharu dengan tersenyum yang sangat tulus dari wajah keduanya. Bian sudah dapat dipastikan begitu sangat mencintai Namira dan entahlah Namira apakah juga memiliki perasaan itu atau masih belajar.
***
Setelah hujan selesai yang akhirnya pasangan suami istri itu kembali pulang ke Apartement.
Walau sudah sepakat untuk rujuk tetapi tetap saja keduanya masih sangat canggung satu sama lain.
"Hmmm. Kak Bian akan menginap di sini?" tanya Namira.
"Bukankah kita berdua sudah rujuk dan itu artinya tidak masalah jika tinggal satu atap tanpa ada siapapun," jawab Bian.
"Benar! Tapi...."
"Jika kamu belum terbiasa dan merasa sedikit asing, tidak apa-apa. Aku tidur di luar saja dan kamu di kamar yang terpenting aku bisa merasa tenang karena kamu berada di rumah ini," ucap Bian.
"Baiklah!" sahut Namira.
"Kalau begitu. Namira mau ke kamar dulu," ucapnya dengan sangat gugup yang berlalu dari hadapan suaminya.
"Namira!" langkahnya tiba-tiba saja terhenti dan membalikkan tubuh.
"Kenapa?" tanya Namira.
"Hmmm, kamu kecapean atau ingin tidur langsung?" tanya Bian.
"Tidak terlalu," jawab Namira.
"Bagaimana kalau kita jalan-jalan keluar!" ajak Bian yang sangat ragu mengajak istrinya itu yang takut ditolak.
"Malam-malam seperti ini?" tanya Namira.
"Baru jam 9 dan aku tadi melihat di sosial media dan festival taman malam di dekat sini," ucap Bian dengan menggaruk kepalanya menggunakan satu jarinya yang padahal istrinya sendiri tetapi mengajaknya untuk kencan saja sudah seperti mengajak anak jenderal.
"Boleh. Namira jika ingin melihat hal-hal seperti itu," jawabnya yang ternyata sangat cepat setuju.
"Kalau begitu kita langsung gerak saja," ajak Bian.
"Hmmmm, Namira boleh tidak ganti baju dulu. Masa iya mau keluar harus dengan pakaian seperti ini," ucapnya yang sangat menghargai ajakan suaminya itu.
Pakaiannya sebenarnya tidak ada masalah sangat sopan dan juga layak untuk diajak jalan-jalan. Hanya saja tadi sedikit basah dan juga terlihat kusut. Namira sangat menghargai ajakan itu.
"Baiklah," jawab Bian yang membuat kamera menganggukan kepala dan langsung buru-buru menuju kamarnya agar Bian tidak terlalu menunggu lama.
Bian tiba-tiba saja tersenyum dengan suasana hatinya benar-benar sangat bahagia. Ternyata Allah mengabulkan doanya untuk membangun jembatan pembicaraan diantara mereka berdua agar dia bisa menyampaikan keinginannya untuk rujuk kembali.
Bersambung.....
duhh zahra jgn sampe gagal ya petnikahanmu ilham pria baik dan ga bakal mengungkit kisahmu yg telah di perkosa si ferdi