"Ya Allah. Ijin aku memiliki calon suami setampan pria yang ada sebelahku ini," ucap Rani dengan suara yang cukup keras membuat seorang Khalid tersenyum samar karena ia paham dengan bahasa Rani.
"Aamiin ya Allah kabulkan doa bidadari ini karena aku sendiri yang akan menjadikan dirinya sebagai istriku," lirih Khalid mengaminkan doa Rani lalu mengikuti langkah Rani yang ingin keluar dari lingkaran tawaf.
Sedetik Cinta di tanah nabi
Dia hadir tanpa permisi
Mengisi relung menyesap lambat
Ku tolak ia ku takut murkaNya
Yang ada ia menyusup hadir mendiami jiwa..
Aku terdiam menikmati lezatnya.Merasakan nuansa yang tak ingin usai
Waktu berlalu tanpa pamit
Sedetik hadirmu mengusir lara..ku takut sepi menyapa jua seperti gelap tak pernah iba tuk hadirkan malam..
Aku takut melepaskan detik cinta tertinggal mimpi ...ku ingin miliki dia karena ku damba... hadir mu singkat hilang tak dapat kutahan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Cinta Yang Luar Biasa
Suara percintaan terdengar syahdu diantara desahan kenikmatan dengan rintihan kecil menambah gairah. Sepasang pengantin yang menuangkan rasa rindu mereka dengan ekspresi nafas suci yang berhembus tenang namun sangat memuaskan. Senyum keduanya terukir indah melukiskan kata rindu yang telah terwujud dari doa yang menggantung di pintu langit.
Harapan yang selalu tersemai dari doa itu terwujud kini dari penyatuan tubuh yang bermandikan keringat ditengah nyala pendingin ruangan yang sejuk.
Yah, kini keduanya telah berada di suatu negara tepatnya jantung Eropa. Budapest Hungaria di mana salah satu tersedia villa pribadi persembunyian Khalid yang ia bangun entah untuk siapa saat itu.
Ia hanya mencintai alam sekitarnya yang tenang dan bersih jauh dari keramaian dunia yang menawarkan kenikmatan dengan berbagai aroma masakan bahkan aroma tubuh manusia dengan berbagai parfum termahal.
Khalid memilih wanitanya sendiri yang ditentukan Allah untuk menemaninya menantang dunia. Wanita yang dibentuk dari rasa sakit dan kesepian tapi bisa mengalahkan luka ditengah kesunyian nya. Rani beruntung mendapatkan pria hebat yang memiliki nama untuk menjadikannya raja dalam misi menyelamatkan umat manusia.
Khalid meraih tubuh jenjang itu mendekapnya dengan selimut agar tidak begitu kedinginan. Tubuh mereka dibiarkan tetap polos hanya ingin merasakan sentuhan kulit yang mampu mengalirkan aliran listrik di mana gairah mereka akan kembali bangkit. Mereka tidak butuh baju atau kain apapun karena mereka masih butuh dipuaskan satu sama lain.
"Sayang. Aku lapar...," pinta Rani karena tenaganya sudah terkuras habis.
"Astaghfirullah. Maafkan aku sayang. Aku lupa kalau perut kita belum terisi. Khalid melirik jam di dinding kamarnya yang ternyata sudah pukul 10 pagi. Itu berarti mereka melakukan percintaan panas usai menunaikan sholat subuh.
"Tidak apa. Tubuh kita lebih banyak membutuhkan sentuhan dan ingin dipuaskan dulu hingga kita merasakan kekenyangan karenanya," balas Rani agar Khalid tidak terlalu merasa bersalah padanya.
"Yah, benar sekali karena kamu terlalu lezat untuk ku nikmati. Tunggu sebentar aku akan hubungi pelayan di ruang dapur untuk membawakan makanan untuk kita." Khalid mengambil gagang telepon dan meminta pelayan untuk menyiapkan makanan untuk mereka.
"Rani. Kamu mau kita di mana? Di kamar atau di taman atau di ruang makan?" tawar Khalid.
"Apakah kamu sudah selesai dengan diriku, sayang? Kalau masih butuh, kita bisa makan di sini saja," balas Rani.
"Masya Allah. Dalam keadaan lapar pun kamu masih memikirkan kebutuhan batinku. Alhamdulillah aku diberikan istri yang sangat Sholeha oleh Allah," ucap Khalid merasa bangga karena mendapatkan penghormatan dari Rani.
"Tidak ada yang lebih aku sukai di dunia ini kecuali mendapatkan ridho suamiku setelah ku utamakan kewajibanku padamu, sayang," balas Rani lalu mengecup bibir suaminya.
Rupanya Khalid tidak ingin dikecup saja. Ia menahan leher Rani agar sesapan bibir mereka lebih dalam. Ciuman itu terlepas ketika suara ketukan pintu yang merupakan pelayan Khalid.
"Sayang. Tentukan di mana kamu ingin makan?" tanya Khalid.
"Di taman saja. Aku ingin melihat pemandangan di sini," pinta Rani.
"Ok. Tunggu sebentar. Siapkan dirimu secantik mungkin karena pemandangan terindahku adalah kecantikan istri ku," ucap Khalid sambil mengedipkan matanya dan Rani hanya tersipu malu.
"Aisshh....! Senyumnya manis sekalii," batin Rani memuja ketampanan suaminya.
Khalid menemui pelayanannya dengan memakai lagi piyama tidurnya. Pintu dibuka. Khalid memberitahukan apa saja yang harus mereka siapkan di taman nanti dan setelah itu Khalid meminta agar para pelayan meninggalkan villa nya dan mereka bisa berjalan-jalan di luar sana. Khalid ingin Rani mengenakan pakaian seksi saat bersamanya ketika mereka menelusuri villa miliknya.
"Bagaimana dengan piring kotor nya tuan?" tanya pelayan itu.
"Biarkan kami mengurusnya. Kami ingin menikmati kebahagiaan kami sebagai suami istri," ucap Khalid.
"Baik tuan." Kepala pelayan itu kembali ke ruang dapur. Khalid menyusul Rani untuk bisa mandi bersama.
...----------------...
Walaupun sudah menjelang siang, udara dipuncak bukit itu tetap terasa sejuk. Rani meraup udara sebanyak mungkin untuk mengisi ruang paru-parunya.
"Apakah kamu ingin olahraga?" tanya Khalid sambil menarik kursi untuk Rani duduk.
"Besok pagi saja. Aku ingin kita jogging. entar sore aku minta ijin mau melakukan yoga," ucap Rani.
Khalid mulai paham dengan kebiasaan Rani. Rupanya wanita ini senang yoga ketimbang olahraga lainnya. Rani menatap hidangan makan mereka dari yang ringan hingga berat. Karena sudah lapar, Rani lansung menyuapkan makan ke mulutnya sementara Khalid lebih senang menikmati kopinya terlebih dahulu lalu memakan burger.
Sedangkan Rani lebih senang makan nasi. Mungkin perut Asia yang tidak jauh-jauh dengan nasi. Tapi nasi yang Rani makan adalah nasi kebuli. Rani yang lahap dan Khalid yang sibuk memperhatikan mulut Rani yang tetap teratur dalam mengunyah makanannya. Menyadari kalau dirinya diperhatikan Rani mengangkat wajahnya.
"Berhentilah menatapku sayang? Aku bisa tersedak karena menahan malu," ucap Rani.
"Aku sudah melihat dan menikmati semuanya. Kenapa harus malu?" goda Khalid lalu menyodorkan gelas ke Rani agar Rani segera minum.
Benar saja Rani akhirnya tersedak dan ia lantas menegak minumannya. Air yang mengalir ke tenggorokan Rani terlihat jelas oleh Khalid di mana leher Rani yang jenjang dan sangat mulus membuatnya kembali tergoda.
"Bagaimana bisa aku mengijinkan mu berhenti hanya melihat lehermu saja naf*su kembali bangkit. Ingin rasanya mereka bercinta di situ tapi sangat riskan untuk keduanya bercinta di alam terbuka.
"Kamu ingin kita ke kota untuk belanja? Di rumah ini tidak ada pakaian wanita, sayang dan aku tahu kamu tidak bawa baju banyak," ucap Khalid.
"Emangnya boleh kita jalan-jalan?" lagi-lagi Rani merasa sangat suprise dari tawaran suaminya.
"Kamu kira aku akan menjadikan kamu tawanan ranjang ku? Tidak sayang. Aku ingin kamu selalu bahagia dan nyaman bersamaku walaupun aku sangat candu pada tubuhmu," timpal Khalid.
"Baiklah. Kita berangkat usai sholat dhuhur saja. Sudah tanggung waktu sholatnya." Rani melihat jam di ponselnya.
"Baiklah. Sekarang habiskan makananmu sayang dan kita bawa piring kotornya di dalam biar dicuci dulu baru kita berangkat," ucap Khalid.
"Biar aku yang cuci piringnya, sayang," ucap Rani.
"Bukan kamu yang nyuci tapi mesin cuci piring yang akan membantu kita membereskan piring kotor ini," ucap Khalid lalu memindahkan semua piring kotor ke kereta makanan.
Rani tersenyum bahagia melihat Khalid begitu peduli dengan tenaganya. Keduanya membersihkan sisa makanan di piring ke tempat sampah lalu mengatur rapi di rak mesin cuci piring. Menekan tombol cuci dan meninggalkan mesin itu bekerja sendiri.
Rani memakan buah sambil jalan ke arah kamarnya. Khalid paham dengan pekerjaan Rani yang selalu makan sambil jalan karena kesibukannya sebagai dokter jadi kebiasaan itu terbawa oleh gadis itu saat bersamanya sekarang.
Ponsel Khalid berbunyi pesan masuk di mana pesan itu dari ibunya. Khalid memilih untuk tidak membacanya agar tidak terganggu dengan ocehan ibunya. Ia ingin menikmati suasana bulan madunya bersama sang istri.