Helen terkejut bukan main, ketika pria asing masuk ke kamar hotelnya. Dia sedang tidak dalam keadaan sadar, entah apa yang diberikan oleh Nicklas Bernando suaminya padanya.
"Kamu dan suamimu ingin seorang anak kan? aku akan membantumu!" ujar pria itu dengan tatapan mengerikan.
Bak sambaran petir di siang hari, Helen tidak menyangka, kalau suaminya akan berbuat seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Nicklas Mengetahui Kebenarannya 2
Nicklas masih bingung, dia masih berusaha mengingat apa yang terjadi di gedung seni 4 tahun lalu saat kebakaran. Saat itu dia terluka, satu kakinya tertimpa benda yang begitu berat, sampai nyaris tidak bisa berjalan.
Asap dan debu yang ada saat itu membuat matanya tidak bisa melihat dengan jelas. Namun, di tengah kepanikan itu, di saat semua orang sibuk menyelamatkan diri mereka masing-masing. Ada seseorang yang membantunya. Seorang wanita.
Meski matanya tak bisa melihat jelas, tapi saat dia menyentuh pinggang wanita itu terasa begitu ramping. Dan aroma parfum itu, jelas sekali. Aroma khas yang masih bisa dia ingat sampai sekarang. Karena aroma parfum mahal itu bisa membuatnya tenang di tengah kepanikan.
Setelah keluar dari gedung, wanita itu membawanya pada petugas penyelamat, dan selanjutnya dia di bawa ke rumah sakit.
Nicklas benar-benar tak melihatnya, karena asap, wanita itu juga tidak bicara, hanya terus berusaha membawa Nicklas keluar dari gedung.
Hanya aroma parfum itu saja yang dia ingat. Dan setelah keluar dari rumah sakit, dia bertemu dengan Moza, ketika menggalang dana untuk korban gedung seni yang terbakar. Saat itulah dia mengenali aroma parfum itu. Moza mengatakan dia memang berada di gedung seni pada malam kebakaran itu. Nicklas langsung yakin, Moza telah menyelamatkannya. Nicklas mendekati Moza, dan hubungan mereka berlanjut sampai saat ini.
Namun jika Moza pingsan saat itu, bagaimana dia bisa menyelamatkan Nicklas.
"Kamu yakin?" tanya Nicklas pada Vita sekali lagi.
Vita malah jadi heran. Tapi dia menganggukkan kepalanya lagi.
"Iya kak, kak Moza pingsan. Dia diselamatkan oleh para tim penyelamat, bersama dia, ada beberapa orang temannya juga pingsan disana. Katanya, mereka sama sama sekali tidak bisa keluar dari sana, begitu banyak asap..."
"Vita, apa Moza pernah mengatakan padamu kalau dia menyelamatkan seseorang saat kebakaran itu?" tanya Nicklas menyela.
Vita mengangkat kedua alisnya. Menurutnya pertanyaan Nicklas itu sama sekali tidak butuh jawaban. Vita sudah bilang Moza pingsan. Bagaimana masih sempat menyelamatkan orang.
"Kak Nicklas, kak Moza itu pingsan. Dia pingsan karena tidak bisa keluar dari ruangan di lantai tiga itu. Bagaimana bisa dia menyelamatkan orang?" ujar Vita yang semakin membuat Nicklas merasa resah dan kecewa.
Nicklas terdiam, dia mengusap kepalanya perlahan.
Salahnya juga, kenapa hanya mengandalkan pertanyaan, apakah Moza berada di gedung seni pada malam kebakaran itu, dan parfum miliknya yang aromanya sangat familiar, sudah menyatakan kalau yang menyelamatkan dirinya adalah Moza.
Nicklas merasa sekarang semuanya sangat janggal.
"Kak Nicklas, tidak mau masuk?" tanya Vita lagi.
Nicklas melihat ke arah ruangan rawat Moza. Disana masih ada Belinda. Wanita itu pasti akan mengamuk lagi padanya.
"Vita, aku ada urusan. Jika butuh biaya, atau persetujuan apapun. Jika itu baik untuk Moza. Lakukan saja. Kirim semua tagihannya padaku!" kata Nicklas yang langsung di angguki oleh Vita.
Setelah mengatakan hal itu, Nicklas segera berjalan dengan terburu-buru keluar dari rumah sakit.
Pikirannya masih sangat kacau. Dia masih sangat terkejut dengan apa yang baru dia dengar. Salahnya juga, dia tidak menyelidiki lagi setelah Moza mengakui kalau berada di gedung itu pada malam kebakaran. Parfum mahal itu, dia salah. Dia pikir hanya satu wanita saja yang punya parfum seperti itu.
Nicklas mengusap kepalanya. Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Johan.
"Cari anggota tim penyelamat yang membawaku ke rumah sakit empat tahun lalu!"
Setelah mengatakan itu, Nicklas segera menutup panggilan telepon dengan Johan. Dan entah kenapa, saat dia masuk ke dalam mobilnya, dia merasa ingin sekali pergi ke butik Helen.
Nicklas pun melajukan kendaraannya menuju ke butik Helen. Setelah beberapa saat Nicklas sampai disana. Butik itu sangat ramai, bahkan mobil yang terparkir di sekitarnya adalah mobil-mobil mahal, yang hanya di miliki orang kelas atas dan para pejabat.
Nicklas keluar dari dalam mobil, tidak disangka juga. Mantan sekertarisnya itu, yang sekarang menjadi istrinya hanya sebatas status itu, punya kemampuan seperti ini.
Nicklas masuk ke dalam butik, butik itu hanya dua lantai. Tapi cukup luas. Ada setidaknya tiga ruangan di setiap lantai yang begitu besar dan memang di dekorasi dengan begitu anggun dan elegan.
Pekerja di butik itu juga sangat banyak. Wajar saja, saat dia mengirimkan uang bulanan untuk Helen kemarin, Helen tidak bicara apa-apa padanya. Penghasilannya pasti sudah lebih banyak dari yang bulanan yang dia kirimkan.
"Selamat siang tuan Nicklas!" sapa Ayu, asisten Helen yang memang mengenali Nicklas sebagai suami bosnya.
"Dimana nyonya?" tanya Nicklas.
Ayu agak kaget, biasanya Nicklas panggil bosnya dengan nama. Atau dengan sapaan 'wanita itu' belum pernah memanggil dengan sapaan nyonya seperti sekarang.
"Dimana Nyonya?" ulang Nicklas.
"Hah, maaf tuan. Nyonya ada di lantai dua. Mendesign pesanan klien!" jawab Ayu yang sempat kaget.
Dan tanpa bicara lagi, Nicklas segera menuju ke lantai dua butik itu. Meski hanya pernah datang satu kali, tapi Nicklas sudah tahu, dimana ruangan kerja Helen. Saat pembukaan butik, dia dipaksa ibunya datang dan berkeliling.
Ceklek
"Ayu, tolong periksa stok kain sutra di gudang. Pesanan nyonya Fero, semuanya menggunakan kain sutra" kata Helen yang berpikir kalau yang membuka pintu itu adalah Ayu.
Sedangkan dia sedang sibuk mendesign gaun dan membelakangi pintu.
Melihat Helen yang tengah sibuk, dan menggunakan dress yang menurutnya sangat anggun. Nicklas sedikit terpana. Kenapa selama ini, dia tidak pernah menyadari, kalau istrinya juga wanita yang begitu ramping dan cantik.
Nicklas hanya mengikuti nalurinya saja, pinggang ramping itu membuatnya ingin menyentuhnya.
Dan tanpa disadari Helen. Nicklas sudah berada di belakangnya, mengangkat tangannya dan memeluk pinggang Helen.
Mata Helen melebar, dekapan ini bukan Dre. Helen segera berbalik dan menarik dirinya menjauh dari Nicklas.
"Kamu! kenapa kamu disini?"
Nicklas melihat ke arah tangannya yang tadi memeluk pinggang Helen. Begitu ramping, sama seperti saat dia menyentuh wanita yang menyelamatkannya saat itu.
Nicklas kemudian ingat, saat di luar negeri. Di acara lelang amal malam itu, dia ingat kalau Helen juga memiliki botol parfum yang sama. Yang wanginya sama dengan milik Moza. Helen bilang itu sudah bertahun-tahun. Karena itu parfum mahal, dia hanya menggunakannya saat acara penting saja.
Mata Nicklas membulat, dia mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Helen yang masih terlihat kesal padanya.
"Helen, empat tahun lalu. Malam tanggal 31, apa kamu berada di gedung seni Wallnut?" tanya Nicklas dengan tatapan aneh pada Helen.
***
Bersambung...