NovelToon NovelToon
PENDEKAR IBLIS

PENDEKAR IBLIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Spiritual / Balas Dendam / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: zhar

"Dendam bukan jalan keluar. Tapi bagiku, itu satu-satunya jalan pulang"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zhar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Angin yang sangat dahsyat membuat Raka terbelalak. Ia tak menyangka, serangan yang masih tergolong dasar itu sudah sedemikian mematikan. Tanpa pikir panjang, Raka segera meningkatkan jurus Putri Bulan ke tingkat menengah, berusaha menghindari serangan Datuk Pengemis Nyawa yang semakin membabi buta. Bersamaan dengan menderunya tongkat lawan, tampak pula bayang-bayang angin hitam yang menyisakan aroma menyengat.

"Ini racun..." geramnya dalam hati. Ia segera menahan napas, mengerahkan hawa murni dari dadanya, mengumpulkan racun yang sudah terhirup ke bawah pusar, lalu menghembuskannya keluar dengan paksa.

Melihat lawannya masih segar bugar dan mampu terus menghindari serangannya, Datuk Pengemis Nyawa semakin kalap. Padahal, racun yang keluar dari Akar Kayu Jati Hitam itu adalah ciptaan Racun Barat racun mematikan yang sanggup menghancurkan seluruh saraf dan otot dalam tubuh siapa pun yang menghirupnya.

"Berarti Pendekar Iblis ini benar-benar bukan orang sembarangan," pikirnya, mulai menyadari kesalahan besar karena telah meremehkan lawannya.

Raka melompat ke sisi tebing, mencari udara segar yang mengalir dari celah-celah cahaya di dinding karang. Namun, Pengemis Nyawa tak memberi ampun. Ia terus mengejar, tongkat anehnya mengayun liar.

Raka melompat ke samping.

BLARRR!

Tembok gua bergetar hebat, disusul runtuhnya beberapa bagian atap gua. Semua orang refleks mundur untuk menghindari batu-batu yang berjatuhan. Mereka sama-sama terkejut, baru menyadari betapa rapuhnya struktur gua itu.

“Apakah kau ingin kita sama-sama terkubur di dalam gua ini, Pendekar Iblis…?” hardik Pengemis Nyawa.

“Asalkan kau mati, aku tidak akan menyesal ikut mati bersamamu…” balas Pendekar Iblis dengan geram, sambil mencabut Kayu Cendana yang sejak tadi terselip di pinggangnya. Seketika itu juga, gua yang sebelumnya bau lembap mendadak dipenuhi harum khas kayu cendana.

Pendekar Iblis terpaksa mengeluarkan senjata, sebab mustahil baginya menghadapi Pengemis Nyawa dalam jarak sedekat ini tanpa perlindungan senjata. Sejak awal, dia hanya bisa menghindar dari serangan Tongkat Pengemis Nyawa.

Menangkis tongkat itu dengan tangan kosong bukan pilihan. Tongkat itu terbukti mampu menghancurkan batu besar yang terkena pukulan nyasar jika mengenainya langsung, bisa-bisa tangannya hancur.

Namun, Datuk Pengemis Nyawa yang telah diberi tahu oleh Pendekar Pedang Naga tak mudah terkecoh. Ia segera menutup hidungnya dengan kain, waspada terhadap kemungkinan racun yang tersebar bersama harum kayu cendana milik Raka.

“Dasar iblis… kau coba mengecoh musuhmu dengan aroma cendana beracun ini…” geram Pengemis Nyawa.

"Kau juga menggunakan racun dari tongkat bututmu itu..." sahut Raka.

Di luar gua, tepatnya di tebing batu, pertempuran antara Bintang Kusuma dan Si Buta Sadis berlangsung dengan sengit. Ledakan demi ledakan terdengar di berbagai penjuru.

Bintang Kusuma terbelalak menyaksikan kehebatan lawannya seorang pria buta bersenjata bambu kuning. Pendengaran musuh itu begitu tajam, membuat Bintang semakin penasaran.

Dengan cepat, ia melemparkan senjata rahasianya tiga cakram berbentuk bintang.

WEESSS… WEESSSSS… WEESSSS...

Tiga bintang melesat cepat, mengarah ke tiga titik mematikan di tubuh Si Buta Sadis.

Namun, dengan sigap Si Buta Sadis memutar tongkatnya.

TRANG... TRANG... TRANG...

Tiga bintang terpental kuat bahkan salah satunya menancap di batu cadas.

Lemparan Bintang memang hebat dan cepat. Namun dia semakin terbelalak. Nafasnya kini tersengal, tubuhnya kehabisan tenaga. Hampir seluruh kemampuannya telah ia kerahkan, namun Si Buta Sadis justru menyambut semua serangan itu dengan tenang.

Keringat dingin mengucur deras. Ia sadar, meminta bantuan bukanlah pilihan karena yang lain pun sedang menghadapi musuh tangguh masing-masing.

Teringat akan calon istrinya, Putri Racun Barat yang jelita…

Mungkinkah dia akan berakhir di sini…?

"Bagaimana, Bintang Kusuma…? Apakah kehebatanmu hanya sampai di sini?" ujar Buta Sadis tenang, mendengar napas musuhnya yang sudah ngos-ngosan.

"Kalau kau sudah enggan menyerang, biar kuakhiri pertempuran ini… dengan merampas nyawamu!

Hiaaaaaattttt!"

Buta Sadis langsung melenting tinggi sambil memutar tongkatnya. Dengan sisa-sisa tenaga, Bintang Kusuma bersiap menyambut serangan itu. Ia tidak akan membiarkan Buta Sadis merampas napasnya ada seorang dara cantik yang menunggunya pulang.

Di tempat lain, tepatnya di samping Rawa Lintah, pertempuran antara Kirana dan Pengemis Laknat berlangsung semakin sengit. Beberapa lintah terburai isi perutnya akibat terinjak atau terkena serangan yang nyasar, hingga air rawa dan tepinya dipenuhi darah termasuk darah dari lengan Pengemis Laknat.

Pengemis Laknat mengibaskan tongkat bermata besi berbentuk bulan sabit ke arah tubuh Kirana. Kirana berkelit ke samping, menangkis serangan itu dengan pedangnya, lalu menyodokkan ujung senjata ke lengan Pengemis Laknat.

Pengemis Laknat terbelalak tak menyangka akan serangan sehebat itu.

Dengan cepat, dia melepaskan genggamannya pada tongkat takut terbabat oleh pedang Kirana.

TRAAAAANG!

Tongkat itu jatuh menghantam tanah. Pengemis Laknat mundur tiga langkah. Namun melihat musuhnya kini tak bersenjata, tak lantas membuat serangan Kirana surut. Nafsu membunuhnya menggelegak, teringat pada murid Pengemis Laknat, Boma, yang nyaris memperkosanya.

"Hiaaaaat…!"

Kirana terus membabatkan pedangnya, membuat Pengemis Laknat yang kini tanpa senjata semakin kalang kabut menghindar.

CRAAAAS!

Bahu kanan Pengemis Laknat kembali terbabat. Ia meringis menahan sakit, mendekap lukanya yang mengucurkan darah segar. Wajahnya pias, ngeri menyaksikan kehebatan tokoh muda yang kini berdiri di hadapannya. Betapa bodohnya ia telah sempat meremehkannya. Pantas saja Kirana menjadi orang kesayangan Kyai Banjar Banyu Bening.

Saking terperangah, Pengemis Laknat tak menyadari tubuh Kirana telah melenting tinggi ke udara.

"PEDANG BULAN MENUKIK GUNUNG!"

teriak Kirana.

Tubuhnya berputar cepat bak gasing, pedang terhunus siap menebas dari udara.

1
Hendra Yana
terimakasih
Hendra Yana
up lagi dong
Hendra Yana
lanjut
Hendra Yana
lanjut up nya
Hendra Yana
lanjut
Hendra Yana
mantap
Hendra Yana
di tunggu up selanjutnya
Hendra Yana
up
Hendra Yana
di tunggu up selanjutnya
Hendra Yana
mantap
Hendra Yana
kaya bkl seru nih
lanjut dong
Hendra Yana
semangat
Das ril
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!