Hai semua,,,author kembali lagi nih dengan cerita baru.
Sebuah pernikahan terjadi di masa lalu, walau pernikahan dini namun tetap sah karena sang ayah si gadis yang menikahkan.
Kehidupan terus berputar dan saat si gadis dewasa sang suamipun ingin meresmikan pernikahannya.
Namun bagaimana jadinya jika pernikahan mereka terlupakan oleh sang gadis ,,,
Penasaran ???!! Yuk dibaca ,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 》》DIMANA PAPANYA ?!
Otak Andhini masih bekerja keras mencari alasan sebelum Zelena dan Disha tiba. Namun bahasa yang tepat sebagai penjelasan tak jua ia temukan. Menjelaskan dengan kata-kata teramat sulit bagi Andhini. Lebih baik menunggu keduanya tiba baru kemudian menjawab setiap pertanyaan bunda Riana.
“Bund, Dhini ijin ke kamar ,,,” Akhirnya Andhini menemukan alasan untuk menghindar walau hanya sekejap. Selain itu Ia memang sangat merindukan kamarnya.
“Tentu sayang, nanti bunda panggil kalo Zelena tiba,” Bunda Riana tak lagi mencecar Andhini dengan pertanyaan. Walaupun banyak hal yang akan ia tanyakan.
Perlahan Andhini membuka pintu kamarnya. Ia menatap setiap sudut kamar yang dulu menjadi tempat favoritnya. Tak ada yang berubah. Semua masih sama saat ia tinggalkan. Sepertinya bunda selalu merapikan kamar ini. Tak ada debu sedikitpun kala Andhini menyentuh meja belajarnya. Benar-benar bersih.
Andhini mendekati tempat tidurnya lalu membaringkan tubuh langsingnya. Kasurnya masih seempuk dulu. Perlahan rasa kantuk menyapanya hingga tanpa sadar ia terlelap mengarungi alam bawah sadar.
Entah hingga berapa lama ia terlelap. Yang jelas seketika kesadarannya kembali saat suara deru mobil memasuki halaman rumah bunda Riana. Andhini setengah berlari keluar kamar. Ia yakin yang datang adalah Zelena atau bang Niko.
Dugaannya ternyata benar, mobil bang Niko dan Zelena datang bersamaan. Senyuman menghiasi wajah cantik Andhini namun hal itu tak berlangsung lama ketika menyusul sebuah mobil mewah di belakang mobil bang Niko. Andhini mengenali mobil tersebut karena beberapa jam yang lalu mereka bertemu.
“Bundaaaa ,,,” Suara khas anak kecil berteriak menarik atensi kedua pria dewasa lalu dengan kompaknya kedua pria itu menatap Andhini.
Disha berlari memeluk Andhini sementara bunda Riana membeku di depan pintu menatap punggung Andhini yang kini menyamakan tingginya dengan gadis kecil itu.
Untungnya bunda Riana tak memiliki riwayat penyakit jantung.
“Sayang, anak bunda apa kabar ?!” Andhini mencium pucuk kepala putrinya yang sedang memeluknya. Mengabaikan tatapan kedua pria yang kini berdiri sempurna di depannya.
“Bang, ajak Zelena masuk dong,,, masa calon istri datang dianggurin ,,,” Andhini lagi-lagi tak memperdulikan tatapan keduanya. Ia berbalik dan berjalan menuju pintu namun tatapan bunda Riana membuatnya meringis.
“Jangan menatapku seperti itu bund. Gak ada yang salah, putriku lahir dari sebuah pernikahan,” Ucapan ambigu Andhini membuat semua orang semakin bertanya-tanya kecuali Zelena tentunya karena sahabatnya itu sudah menceritakan semua kisah hidupnya.
Nyeeesss
Hati Satria mencelos mendengar kata-kata Andhini. Dengan kecantikan Andhini dan kemandiriannya pastilah banyak pria yang mengantri. Empat tahun bukanlah waktu yang singkat apalagi sejak awal Andhini tidak menerima pernikahan mereka. Wajah gadis kecil itupun sama persis dengan Andhini sehingga Satria tidak memiliki keberanian untuk mengklaim anak itu sebagai putrinya.
“Duduk dan jelaskan nak, jangan bikin bunda jantungan,,,” Bunda Riana menatap nanar putri bungsunya.
“Memang benar bund, ini putriku dan dia lahir tidak seperti yang bunda pikirkan,” Andhini tau apa yang dipikirkan bunda dan sang abang. Andhini belum berani mengakui jika Disha adalah anak Satria. Andhini takut jika pria itu merebut anak yang sudah ia lahirkan dengan susah payah tanpa keluarga yang mendampingi
“Lalu papanya dimana ?!” Kali ini bang Niko yang bersuara sedangkan Satria masih mematung mencerna setiap kata yang diucapkan oleh istri yang belum ia talak sampai detik ini.
“Tanya dia aja, bang ,,, kalo Dhini yang jawab takutnya abang gak percaya”. Andhini menatap bang Niko dengan malas. Bisa-bisanya bang Niko meragukan adiknya sendiri.
“Hai cantik ,,, kenalkan uncle abang bundanya Disha ,,,” Niko memperkenalkan diri sambil jongkok di depan Andhini karena posisi Disha berada di pangkuan adiknya itu.
“Hai juga uncle,,, apa itu abang, uncle ?!” Dengan polosnya Disha bertanya dengan wajah penasaran sehingga terlihat menggemaskan. Wajar jika Disha bertanya karena untuk pertama kalinya ia mendengar kata abang. Disha adalah tipe anak yang ingin tahunya sangat besar sehingga apapun yang pertama kali ia lihat atau dengar maka pasti akan bertanya hingga mengerti.
“Abang artinya saudara yang lebih tua, sayang ,,,” Niko berusaha menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti namun ia salah karena pertanyaan Disha akan terus bermunculan di setiap jawaban yang diberikan.
“Tapi uncle belum tua, masih tampan ,,,” Disha menatap setiap inci wajah Niko dengan memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.
“Dhin, kenapa anakmu kayak gini ,,, kapan aku bertanya kalo dianya aja yang selalu bertanya ,,,” Niko mengusap wajahnya frustrasi, Zelena yang sejak tadi hanya diam memperhatikan interaksi keluarga sahabatnya tanpa sadar terkekeh.
“Sayang, bertanyanya nanti aja ya, sekarang jawab pertanyaan uncle ,,,” Kepala Disha mengangguk mendengar ucapan Andhini.
“Disha punya papa ?!” Niko tak membuang-buang waktu, ia langsung bertanya agar rasa penasarannya tak semakin menjadi-jadi.
“Punya,” Jawaban singkat gadis kecil itu seolah membuat dunia Satria runtuh. Tubuhnya mendadak oleng, untungnya ia berdiri dekat kursi sehingga bisa mendudukkan dirinya dengan aman.
“Dhin, kamu menikah disana ?! Satria belum menceraikanmu lho !!” Suara bunda Riana naik satu oktaf sehingga membuat Disha menangis ketakutan.
“Tolong pelan-pelan, bund ,,, putriku ketakutan ,,,” Mata Andhini berkaca-kaca melihat putrinya menangis ketakutan. Disha tumbuh dalam pengasuhan Tiwi yang lembut sehingga gadis kecil itu tak sekalipun mendengar suara keras dan kasar.
Andhini berdiri dan berjalan keluar rumah sambil menenangkan putrinya. Ia tak mungkin tetap berada di dalam ruangan yang dipenuhi emosi. Disha memang memiliki sepasang suami istri yang dengan rela di panggil papa dan mama oleh Disha. Sedangkan pada Andhini yang melahirkannya dipanggilnya bunda.
Satria memegang dadanya yang terasa sesak. Entah mengapa melihat gadis kecil itu menangis membuat hatinya semakin sakit.
“Sabar bund, jangan emosi ,,,” Entah sejak kapan Zelena berada di dekat bunda Riana. Zelena tidak tega melihat bunda Riana yang kini menangis. Namun iapun tak memiliki hak untuk menceritakan yang sebenarnya.
Seketika bunda Riana memeluk Zelena sambil menangis tersedu-sedu. Sungguh ia merasa kecewa dengan kelakuan putri yang sangat ia sayangi. Rasa bahagia karena putrinya telah kembali kini menguar tak bersisa.
“Dhin, kita harus bicara ,,,” Bang Niko menyusul Andhini yang kini tengah berusaha menghentikan tangis putrinya.
“Apa lagi yang harus dibicarakan, bukankah pikiran abang sama dengan bunda ?!” Kekesalan Andhini juga sudah memuncak.
“Jangan salah paham, Dhin ,,, jujur abang percaya tapi wajar kan jika abang juga sedikit curiga,,,” Niko ingat saat Andhini menelepon dan menanyakan perihal perceraiannya.
“Ck, aku gak yakin abang bisa dipercaya, buktinya aja abang datang dengan pria itu,” Andhini menatap sengit abang kesayangannya.
“Gak seperti itu Dhin, tadi Satria ke kantor abang dan cerita jika kamu ada di Indonesia dan perusahaanmu bekerjasama dengan perusahaan Satria. Dan saat itu pesanmu masuk, mana kutau kalo dia mengikutiku,” Jujur Niko sambil menatap Andhini dalam agar adiknya percaya dengan apa yang ia katakan.
🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓
Selamat Siang Readers ,,,,
Up dua bab cukup ya untuk hari ini
Selamat menikmati
^^^Makassar, 6 Juni 2025^^^
^^^(10 Dzulhijjah 1446 H)^^^
cantik cerdas dan mandiri ❤️❤️❤️