Setelah menikah selama 7 tahun, Erwin tetap saja dingin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arum Dalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ingin bercerai
Dilan tiba-tiba menginjak rem.
"Kamu..." Mata Dilan terbelalak menatap ke arah Clara.
Clara lantas menggelengkan kepalanya, "Aku baik-baik saja."
Wajah Clara tampak tenang, "Hanya saja, tidak masalah kalau kamu anggap aku menyalahgunakan wewenang, tapi aku tidak setuju dia masuk perusahaan kita."
Raut wajah Dilan berubah serius.
Tanpa ragu dia langsung menyetujuinya, "tidak masalah. Aku setuju keputusanmu itu."
Clara tertegun sejenak.
"Tapi kalau seperti ini, kamu akan kehilangan seorang jenius."
Dilan tertawa sembari menggelengkan kepalanya.
"Bisa dibilang dia memang jenius dalam algoritma, tapi dibandingkan denganmu, dia masih kalah jauh," Kata Dilan santai sambari melirik Clara.
Clara sedikit terkejut mendengarnya.
Dia merasa Dilan terlalu berlebihan.
Dylan sepertinya tahu apa yang sedang dipikirkan Clara, "Aku bicara apa adanya."
Kembali Clara terkejut, dia tidak menyangka Dilan akan berkata seperti itu.
" ngomong-ngomong, dia sudah wawancara lama, tapi kenapa belum masuk kerja?"
"Dia bilang ada urusan yang harus dikerjakan. untuk detailnya, aku tidak bertanya," Jawab Dilan menggelengkan kepalanya.
Setelah menempuh perjalanan selama belasan menit, mereka berdua tiba di tempat tujuan.
Clara masih tampak memikirkan sesuatu.
"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Dilan penasaran.
"Aku merasa heran, Kenapa dia ingin bergabung di perusahaan kita,"
Perusahaan mereka memang berkembang dengan cukup baik.
Namun, ada begitu banyak perusahaan besar lainnya di dalam negeri yang lebih berpotensi.
Seharusnya, dengan latar belakang keluarga dan pendidikannya, Vanessa punya banyak pilihan.
Clara adalah pemegang saham terbesar di perusahaan.
Namun, karena beberapa alasan tertentu, identitasnya sebagai pemilik saham tidak pernah diumumkan ke publik.
Harusnya Vanessa tidak tahu jika Clara memiliki hubungan dengan perusahaan itu.
Jadi, alasan Vanessa pasti bukan karena Clara.
Dilan tampak memainkan dagunya seolah berpikir.
Tiba-tiba dia tertawa, "saat wawancara, dia sempat menyebut tentang pemrograman perusahaan kita. Dia bilang sangat tertarik dengan "Cepi."
"Cepi" adalah bahasa pemrograman yang Clara rancang bersama timnya saat berusia 17 tahun.
Pada zaman itu, banyak orang yang meremehkan dan menganggapnya biasa saja.
Namun, seiring berjalannya waktu, "Cepi" justru menjadi benteng pertahanan terkuat perusahaan mereka.
Dalam beberapa tahun terakhir, industri teknologi telah mengakui betapa hebatnya sistem itu.
Tidak sedikit tim profesional mencoba membongkar dan menganalisa, tapi hasilnya nihil.
Saat ini, "Cepi" telah menjadi sesuatu yang sulit dijangkau oleh persaingan industri.
Tidak diragukan lagi, alasan Vanessa masuk ke perusahaannya adalah karena bahasa pemrograman itu.
"Bisa dibilang, dalam dua atau tiga tahun terakhir, banyak talenta hebat yang bergabung ke perusahaan kita karena "Cepi," " Ungkap Dilan.
Clara tidak menyangka akan terjadi seperti itu.
Dylan menetap Clara sambil mengusap kepalanya dengan lembut.
"Makanya Sudah kubilang sejak awal, kalau kamu itu lebih hebat dari dia, dan itu bukan cuma omong kosong saja,"
Sebagai senior yang paling mengenalnya, mana mungkin dirinya tidak tahu betapa jeniusnya Clara dalam hal ini.
Bagaimanapun, sebelum kemunculan Clara, dirinyalah yang selalu disebut-sebut sebagai seorang jenius.
saat mereka tiba, tempat jamuan diadakan sudah hampir penuh dengan tamu undangan.
Malam ini, Clara terlihat cantik dan luar biasa.
Tidak heran, begitu masuk langsung menarik perhatian banyak orang.
Tuan rumah dan Dilan memiliki hubungan yang cukup dekat.
Saat melihat mereka, tuan rumah menyambut dengan senyuman.
Tepat disaat hendak menyapa mereka, tiba-tiba pintu masuk kembali terbuka, tamu lainpun juga tiba.
cepat2lah clara pergi jauh2 dari kedua manusia tdk tau diri itu..
keberadaannya tidak dianggap sama suami dan anakmu....