Cinta, benarkah cinta itu ada? kalau ya, kenapa kamu selalu mempermainkan perasaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Hari ini adalah hari ketujuh dimana Jiwa masih tidak sadarkan diri namun kondisi kesehatan nya mulai membaik, meskipun belum sadarkan diri. terlihat dari wajah nya yang tidak pucat lagi dan juga bibirnya sudah kembali seperti dulu sangat segar dan ranum dan Dion pun selalu diberi tahu oleh dokter yang menangani nya itu bahwa saat ini mungkin kesembuhan Jiwa belum seratus persen, tapi setidaknya Jiwa tidak akan lagi mimisan ataupun mengalami gejala lainnya kecuali tubuhnya akan mengalami lemas untuk beberapa waktu karena syarafnya terganggu dan hampir rusak.
Kini Devan dan istrinya sudah kembali ke tanah air begitu pula dengan ustadzah Salamah yang akhirnya merasa lega, sebelum dia kembali wanita paruh baya tersebut pun berbisik di kuping Jiwa berpamitan sekaligus mendoakan nya agar cepat sembuh dan kembali pulang.
Sementara Dion saat ini masih setia menemani istrinya di ruang rawat inap tersebut, dia sadar bahwa semua yang terjadi pada istrinya berawal dari kesalahan nya yang tidak bisa menerima pernikahan nya dengan Kasandra, dan jika ternyata memiliki anak dari Kasandra akan membuat hidup Jiwa selamat maka Dion akan melakukan hal itu secepatnya.
Tidak peduli dia akan menyakiti hati istri tercintanya karena itu dia lakukan untuk menyelamatkan hubungan nya dengan Jiwa.
Sementara itu kabar Jiwa yang sakit karena diracuni telah sampai pada Alvino yang saat ini nekat menyusul Jiwa ke Amerika sesuai petunjuk dari ustazah salamah dan juga Devan yang sudah memberitahu nya saat pria itu bertanya-tanya dimana keberadaan Jiwa.
Duda tanpa anak itu masih sangat mencintai Jiwa meskipun saat ini dia terus berusaha menahan diri untuk tidak memaksa Jiwa kembali ke sisinya.
Dia menelan rasa pahit dan kepedihan nya sendiri dari cinta yang tak tergapai, andaikan saja waktu itu Jiwa tidak salah faham mungkin sampai saat ini dia adalah pria yang paling berbahagia dengan memiliki istri cantik yang baik hati dan selalu membuat dia tidak bisa jauh dari cintanya itu.
"Maaf aku tidak bisa menjaga dan melindungi mu babe, andaikan saja aku tau bahwa hidup mu berada di dalam bahaya mungkin saat itu aku akan merebut mu darinya tidak peduli kau menangis memohon untuk dilepaskan daripada aku harus mendengar kabar buruk ini."ucap Alvino yang kini mendapatkan dukungan dari Devan untuk kembali merebut Jiwa dari pria yang menurut Devan tidak benar-benar menjaga Jiwa yang sudah seperti adiknya sendiri.
Sementara dokter Abraham sudah memperingatkan Jiwa saat itu bahwa ia dalam bahaya karena sakit yang diderita Jiwa tidak main-main, bukan berarti dia mengiyakan diagnosa awal dari gejala penyakit Jiwa. Tapi dia menemukan sesuatu dari darah yang keluar dari hidung Jiwa.
Abraham mungkin orang asing bagi jiwa, tapi kebaikan nya melebihi orang terdekatnya bahkan dia meng gratis kan biaya perawatan Jiwa saat itu.
Sementara Jiwa sendiri kini sudah sadarkan diri meskipun keadaan seperti yang dikatakan oleh dokter yang merawatnya. dia butuh bantuan untuk melakukan hal apapun termasuk bangkit saat akan minum, dan saat akan pergi ke toilet.
Dia bisa bergerak namun tubuhnya terlanjur lemas, entah itu dari epek obat atau pun efek koma seperti dulu.
Namun Dion tidak sedikitpun terbebani dengan itu justru dia suka istrinya bergantung padanya hanya saja dia tidak ingin melihat istrinya sakit. Dia ingin Jiwa bergantung padanya saat dia sehat dan selamanya.
"Babe makan dulu."ucap Dion.
"Tidak yang aku tidak lapar."ucap Jiwa.
"Tapi kamu tetap harus makan babe sedikit saja ok."ucap Dion.
Jiwa pun tidak bisa menolak lagi, dia tidak ingin Dion terbebani dengan itu.
Meskipun hanya tiga suap bubur setidaknya Dion bisa lega dan Jiwa tidak merasa bersalah pada pria yang sudah mengorbankan waktu nya untuk dirinya.
"Jam berapa ini, apa aku sudah boleh pulang? Aku bosan di rumah sakit terus."ucap Jiwa.
"Mau jalan-jalan hmm...?"tanya Dion.
"Tidak aku hanya ingin pulang yank, aku tidak ingin disini rasanya tidak nyaman dengan bau obat-obatan aku ingin hidup normal."ucap Jiwa.
"Tunggu beberapa hari lagi babe, aku harus pastikan kondisi mu sudah bisa dibawa pulang atau tidak."ucap Dion.
"Tapi aku ingin pulang Yank aku ingin tidur nyenyak di rumah ku sendiri."ucap Jiwa yang terus merengek.
"Baik-baik tunggu sebentar aku temui dokter dulu."ucap Dion yang kini terlihat dilema karena ada hal yang tengah ia pikirkan saat ini, jika nanti mereka kembali pulang ke tanah air mereka apa mereka bisa melewati cobaan berat yang sudah pasti akan menyakiti Jiwa.
Dion tidak mungkin berkata jujur tentang apa yang harus dia lakukan untuk bisa menyelamatkan nyawa Jiwa dan sang mommy nantinya. Dia juga tidak mungkin merahasiakan itu untuk selamanya jika suatu saat nanti Kasandra benar-benar mengandung anak nya.
Sambil bertanya pada dokter, Dion pun sambil mengabari sang mommy lewat pesan singkat bahwa saat ini dia masih berada di dalam perjalanan bisnisnya.
Sementara itu di perjalanan Alvino kini tengah terlelap dalam tidurnya setelah lama memikirkan langkah apa yang akan dia ambil nantinya.
Dan di rumah sakit Jiwa yang sudah diijinkan pulang pun kini tengah berada di dalam penjara menuju kediaman Dion yang ada di negara tersebut sebelum mereka kembali ke tanah air sampai kondisi Jiwa benar-benar bisa pulih total.
Dan dengan begitu juga Dion bisa melakukan semua nya dengan aman sambil memikirkan langkah kedepannya nanti untuk mencegah perpisahan diantara didinya dengan Jiwa.
Sepanjang perjalanan Jiwa terus menatap lurus kedepan gedung-gedung pencakar langit yang mereka lewati dan juga deretan perumahan elit yang salah satunya kini mereka masuki.
"Selamat datang di rumah kita babe, mulai sekarang kita akan tinggal disini."ucap Dion dengan lembut.
"Bagaimana bisa Yank, aku tadi minta kita pulang ke rumah ku. Tapi kenapa justru malah kesini."ucap Jiwa.
"Aku harus mengurus bisnis ku babe, jadi mohon bersabar lah. sementara waktu kamu bisa beradaptasi dengan suasana di rumah ini."ucap Dion yang akhirnya tidak bisa disetujui oleh Jiwa dengan terpaksa.
"Aku ingin mandi Yank, tubuh ini rasanya sudah tidak nyaman."ucap Jiwa.
"Baiklah tapi tunggu sebentar aku harus memastikan semuanya sudah siap."ucap Dion yang kini membawa istrinya menuju kamar utama.
Jiwa duduk di kursi roda karena saat ini tubuhnya masih sangat lemas. Dion sendiri memastikan bahwa kamar mereka berikut kamar mandi sudah disiapkan untuk saat ini.
"Apa ini rumah keluarga mu?"tanya Dilara.
"Tidak ini rumah pribadi ku."balas Dion dengan tegas.
*****
Sementara itu di rumah sakit yang dituju oleh Alvino saat ini pria itu hanya bisa menatap kosong kearah lain karena dia mendapati Jiwa sudah tidak ada lagi disana.
Alvin tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini apa dia harus pulang ke tanah air atau mencari keberadaan Jiwa di tempat lain, karena mengingat bahwa saat ini keadaan Jiwa belum sepenuhnya membaik.
Alvin pun mencoba menghubungi nomor Dion meskipun sebenarnya dia tidak suka dengan itu, tapi tidak ada jawaban mungkin karena Dion sedang berada di dalam perjalanan atau memang sengaja diabaikan.
Alvin pun terpaksa harus mencari hotel terlebih dahulu untuk beristirahat sebelum nantinya dia memutuskan untuk kembali pulang atau menetap di sana.
Jiwa sendiri kini sudah berendam di dalam bathtub-e ditemani oleh suaminya yang sedang tadi membantu membersihkan tubuhnya meskipun Dion tidak mandi atau berendam bersama Jiwa.
Dia hanya ingin merawat istrinya itu sepenuhnya, setelah merasa jauh lebih baik Jiwa pun akhirnya kembali ke bad room dalam gendongan Dion yang kini tersenyum manis padanya.
"Terimakasih yank, aku tidak bisa membalas semua kebaikan mu. Semoga tuhan membalas nya dengan kebahagiaan mu yang berlipat ganda nanti."ucap Jiwa.
"Apa yang kamu katakan babe, ini bukan kebaikan tapi kewajiban. Dan satu lagi yaitu cinta."ucap Dion tegas.
Dion pun langsung bergegas mendudukkan istrinya di kursi depan meja rias dan langsung mengeringkan rambut Jiwa dengan hairdryer.
Jiwa pun tersenyum pada Leon yang sesekali mendaratkan kecupan di puncak kepala nya itu."Masih basah Yank."ucap Jiwa.
"Belum selesai babe, aku sangat bahagia karena melihat mu berangsur membaik."ucap Dion dengan lembut.
"Semua berkat kerja keras mu."ucap Jiwa.
Setelah selesai mengeringkan rambutnya dan juga menggunakan body lotion Jiwa kembali ke atas ranjang dengan bantuan Dion yang kini membawa baju untuk Dilara gunakan.
"Babe piyama atau dress?"tanya Dion saat memperlihatkan kedua jenis pakaian tersebut.
"Piyama saja."ucap Jiwa.
Jiwa pun meraih piyama tersebut beserta pakaian dalam ny, dan menggunakan itu semua dengan bantuan Dion.
"Yank aku bisa sendiri."ucap Jiwa.
"Aku tau babe tapi kamu harus banyak istirahat dan tidak boleh banyak bergerak sebelum benar-benar pulih."ucap Dion pelan namun penuh ketegasan.
"Hmm... baiklah."balas Jiwa.
Setelah Jiwa berpakaian dan duduk bersandar pada head board barulah Dion masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum mengecek pekerjaannya.
Dion yang kini berada di dalam kamar mandi sempat terdiam saat melihat panggilan tak terjawab juga pesan dari Alvino yang menanyakan keberadaan mereka saat ini.
Dion tidak tahu apa maksud pria itu menanyakan keberadaan istrinya saat ini, dia pun membalas pesan tersebut.
Dion bilang bahwa semua baik-baik saja dan Alvino tidak perlu repot-repot memikirkan keadaan istrinya dan bertanya dimana posisi mereka saat ini.
Setelah membalas pesan tersebut Dion bergegas mandi dan tidak lama dia sudah keluar dari dalam kamar mandi dan dia tersenyum pada Jiwa yang menoleh kearahnya.
"Jangan melamun babe, maaf aku sedikit lama mandinya."ucap Dion.
"Aku hanya memikirkan bagaimana kedepannya hidup ini."ucap Jiwa.
"Kenapa seperti itu?"ucap Dion.
"Hidup ku terasa begitu hampa."ucap Jiwa jujur.
"Aku disini bersama mu, lalu apa lagi yang kurang babe kamu tinggal menikmati hidup ini karena aku akan terus bekerja keras agar bisa membahagiakan mu."ucap Dion.
"Hmm... entahlah."ucap Jiwa yang kini terdiam di tempatnya.
Dion pun menghampiri nya dan membawa Jiwa kedalam dekapannya."Andaikan saja kamu hanya milikku."lirih Jiwa.
"Aku memang hanya milikmu babe, dan jangan pernah pedulikan yang lainnya jika pun ada sesuatu yang menyakiti hatimu nantinya itu adalah caraku untuk menyelamatkan mu."ucap Dion yang kini membuat Jiwa terdiam sambil berusaha untuk mencerna ucapan nya.
"Sudah jangan terlalu dipikirkan yang terpenting yang harus kamu ketahui adalah aku hanya mencintaimu dan aku hanya mencintai satu wanita setelah mommy ku, yaitu dirimu."ucap Dion.
"Terimakasih semoga saja aku bisa bertahan disisimu sampai akhir nanti dan kalaupun tidak semoga kamu tetap bahagia."ucap Jiwa yang kini membuat Dion menatap nya dengan tatapan mata yang sulit untuk diartikan.
"Aku tidak akan pernah melepaskan mu sampai aku mati."ucap Dion yang kini pergi meninggalkan Jiwa di dalam kamar mereka.
Dion merasa sangat kesal karena Jiwa sudah tidak memberikan kepastian dari rasa cintanya itu, Jiwa selalu mengalah pada kemungkinan yang akan terjadi kedepannya nanti, dan Dion tidak suka itu.
Jiwa pun hanya menghela nafas panjang, salah kah jika ia menyerahkan semua pada takdir di hari mendatang. jika bisa dia pun ingin menguasai Dion sendirian tapi Jiwa tau semua itu tidak akan pernah mungkin. Karena Kasandra juga istrinya.
Jiwa tidak tau apa yang terjadi padanya beberapa bulan lalu adalah perbuatan Kasandra, dia hanya tau bahwa dia sembuh dari virus berbahaya. Dia tidak tau asal-usul virus tersebut.
Sementara itu Kasandra sendiri kini tengah dibuat frustasi karena Dion menghilang tanpa pamit, dan Ayudia memberitahu nya bahwa Dion sedang berada di luar negeri untuk perjalanan bisnisnya.
Ayudia sendiri pun tidak tahu dimana putranya berada saat ini, namun suaminya memberitahu nya tentang Dion yang tengah berusaha untuk mengobati istri pertama nya.
Ada hal yang tidak pernah Ayudia ketahui selama ini tentang kenapa Dion bisa berhubungan dengan Jiwa tanpa hambatan dan sangat lancar hingga mereka menikah. Semua itu karena Diego mendukung putra keduanya itu untuk menikah dengan wanita yang sangat ia cintai dan memperjuangkan cintanya hingga saat ini karena Diego pernah berada di posisi itu.
Sementara untuk pernikahan itu tetap dirahasiakan meskipun secara resmi, itu karena Diego menghargai istrinya. Dia tidak ingin istrinya bersedih karena hubungan nya dengan sahabat nya yang sudah seperti keluarga baginya hancur karena Dion menolak pernikahan itu.
Sejauh ini peran Diego sungguh sangat besar dalam kehidupan putra keduanya itu, hanya saja Diego tidak bisa memberikan dukungan secara terang-terangan saat ini karena dia tidak ingin istrinya kecewa dan hubungannya juga dengan sahabat istrinya itu hancur.
Dion sendiri masih tidak tahu itu meskipun terkadang sang daddy selalu menyinggung masalah yang terjadi pada dirinya. Karena dia berfikir bahwa saat ini yang tau dia menikah dengan Jiwa hanya sang mommy saja.
Diego juga bukan tidak tahu dengan apa yang terjadi pada Jiwa, tapi dia hanya ingin semua berjalan secara natural meskipun dia sendiri juga tidak pernah membenarkan perbuatan Kasandra yang jelas dia sudah berbuat semaksimal mungkin untuk membuat semuanya baik-baik saja.