NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Perempuan Malang

Terjerat Cinta Perempuan Malang

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Fafacho

Zahra, seorang perempuan sederhana yang hidupnya penuh keterbatasan, terpaksa menerima pinangan seorang perwira tentara berpangkat Letnan Satu—Samudera Hasta Alvendra. Pernikahan itu bukan karena cinta, melainkan karena uang. Zahra dibayar untuk menjadi istri Samudera demi menyelamatkan keluarganya dari kehancuran ekonomi akibat kebangkrutan perusahaan orang tuanya.

Namun, tanpa Zahra sadari, pernikahan itu hanyalah awal dari permainan balas dendam yang kelam. Samudera bukan pria biasa—dia adalah mantan kekasih adik Zahra, Zera. Luka masa lalu yang ditinggalkan Zera karena pengkhianatannya, tak hanya melukai hati Samudera, tapi juga menghancurkan keluarga laki-laki itu.

Kini, Samudera ingin menuntut balas. Zahra menjadi pion dalam rencana dendamnya. Tapi di tengah badai kepalsuan dan rasa sakit, benih-benih cinta mulai tumbuh—membingungkan hati keduanya. Mampukah cinta menyembuhkan luka lama, atau justru semakin memperdalam jurang kehancuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafacho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20.

Samudera diam di ruangannya, dia mengingat bagaimana Zahra menangis tadi. sungguh dia tak menyangka akan sesakit ini melihat perempuan itu menangis.

Dan sebuah fakta dia temukan, ternyata suami dari Zera adalah mantan kekasih Zahra. Pria itu di rebut oleh Zera.

"Zera ternyata kau sebegitu murahannya, sudah merusak hubunganku dengan kakakku dan ternyata kau juga merebut pacar kakakmu" gumam Samudera mengepalkan tangannya di atas meja.

Samudera kembali terdiam, dia melamun.

"berarti aku salah, aishh" rutuknya pada diri sendiri. Yups niatnya ingin menyakiti Zera lewat Zahra. Malah Zahra adalah orang yang di sakiti oleh Zera juga, jadi Zera mana perduli kalau Zahra ia sakiti.

"kenapa aku sebodoh ini. argghh" Samudera geram sendiri dengan sikapnya. Dia sudah memasukkan orang yang tidak bersalah kedalam dendamnya.

"apa yang harus aku lakukan" bingungnya sekarang. Niatnya ingin balas dendam pada Zera dengan menikahi Zahra tapi malah seperti ini, dan dia sudah terlanjur menikah dengan Zahra. kalau membalas dendam dengan perempuan yang tidak tahu salahnya dimana, maka ia akan merasa bersalah seumur hidup.

. .......................

Zahra kini tengah berada di kamarnya, ia baru saja bangun tidur. Matanya begitu susah untuk ia buka karena bengap, efek menangis dari tadi.

menangis karena begitu sesak dadanya dengan sikap ayahnya padanya. Ayahnya begitu berpihak pada Zera sedari dulu, ayahnya begitu pilih kasih padanya. padahal ia dan kakaknya yang selama ini sebagai tulang punggung keluarga.

"kenapa ayah jahat sekali padaku, aku juga anak ayah" lirih Zahra. Dia perlahan bangkit dari tempat tidur, rasanya ia ingin keluar untuk jalan-jalan sejenak.

"apa aku keliling jogja sebentar" batin Zahra, dia diam sejenak di tepi tempat tidur berpikir apakah ia harus membersihkan pikirannya saat ini.

"iya, aku seperti nya harus merefresh pikiranku" putus Zahra. Dia langsung berdiri dari duduknya dan berjalan menuju lemari untuk berganti baju.

Dia akan keliling Jogja sebelum suaminya pulang, dia tak tahu kalau Samudera pulang nanti bakal mengijinkannya atau tidak. Makanya sebelum pria itu pulang ia harus keluar lebih dulu agar pikirannya plong dan Samudera tak mempertanyakan kenapa matanya bengkak.

Sebelum membuka lemari pakaiannya, Zahra terdiam kembali.

"tapi aku jawab apa sama om tentara yang jaga di pos depan? " bingung Zahra. Pasti setiap keluar dia harus lapor dengan tentara yang berjaga di pos gerbang batalyon.

Zahra menghela napas, tangannya masih menggantung di gagang lemari. Pikirannya beradu antara keinginan untuk keluar sejenak dan kecanggungan menghadapi pertanyaan dari prajurit penjaga di gerbang.

"Aku bisa bilang mau beli sesuatu ke minimarket... atau sekadar jalan-jalan sebentar," pikir Zahra sambil menggigit bibir bawahnya.

Ia kemudian menarik pintu lemari, memilih setelan kasual yang sederhana: celana jeans longgar dan blus lengan panjang berwarna lembut serta hijabnya. Setelah berganti pakaian dan merapikan hijabnya, Zahra memeriksa penampilannya di cermin. Meski matanya masih sembab, ia berusaha menyamarkannya dengan bedak tipis.

Setelah siap, ia mengambil tas kecil dan ponselnya, lalu melangkah pelan keluar rumah. Langit Jogja agak mendung, tapi Zahra merasa udara sejuknya cukup menenangkan.

Saat ia tiba di depan gerbang kompleks batalyon, seorang prajurit muda berpangkat Prada sedang berjaga. Dia berdiri tegak saat melihat Zahra.

“Selamat siang, Bu,” sapanya sopan.

Zahra tersenyum kecil, mencoba tampak tenang. “Siang, bang... saya mau keluar sebentar ya, jalan-jalan keliling Jogja.”

Prada itu tampak sedikit ragu. “Ehm, Bu... biasanya kami lapor dulu ke Lettu kalau istri keluar gerbang...”

Zahra cepat menyela, dengan senyum ramah. “Mas Samudera masih di kantor kan? Saya cuma sebentar kok, enggak lama. Nanti saya juga langsung pulang.”

Prajurit itu terdiam sejenak, lalu akhirnya mengangguk. “Baik, Bu. Hati-hati ya.”

“Terima kasih, bang”

Zahra melangkah keluar dengan perasaan sedikit lega. Ia menelusuri jalanan Jogja dengan naik angkutan umum yang lewat depan batalyon. Dia duduk di dekat pintu sehingga Angin yang menerpa wajahnya sedikit banyak mengurangi sesak di dadanya. Ia melewati Malioboro, menyusuri jalanan Kotabaru, hingga akhirnya berhenti di tepi jalan dekat Tugu Jogja.

Zahra turun dari angkutan umum itu, duduk di bangku taman pinggir jalan. Ia menatap lalu lalang orang dengan perasaan hampa yang perlahan berubah jadi tenang.

“Kadang aku lupa... Jogja selalu bisa jadi rumah buat yang patah hati,” gumamnya lirih. Dia bilang begitu karena sering melihat posting konten tentang Jogja yang cukup tenang.

Sambil menatap langit yang mulai cerah, Zahra menatap jam tangannya. “Mungkin aku bisa mampir ke toko buku atau beli es kopi susu kesukaanku... sebelum pulang.” pikir Zahra.

.................

Samudera baru saja pulang lebih awal dari biasanya karena sedari tadi ia terus memikirkan soal Zahra. entah mengapa pikirannya begitu tidak tenang. Saat pria itu masuk kedalam rumah, rumah tampak sepi dan dia mendapati rumah dalam keadaan kosong.

“Zahra?” panggilnya sambil melongok ke dalam.

Tak ada jawaban.

Samudera berjalan menuju kamar utama yang dj tempati oleh Zahra. Tapi perempuan itu juga tidak ada,

"kemana dia, kenapa tidak ada di rumah" bingung nya.

Dia mengerutkan kening, lalu berjalan keluar. Saat dia berdiri di teras rumah tak sengaja ia melihat Prada Musa, dia langsung memanggil Musa. bertanya dimana istrinya karena Musa shift siang dimana menjaga pos batalyon, Samudera langsung bertanya pada prajurit muda tersebut.

“Prada Musa sebentar?” panggil Samudera.

"siap ndan" Musa yang merasa terpanggil langsung berjalan mendekat kearah Samudera yang juga berjalan mendekatinya.

"kamu tahu istri saya? dia tadi kelihatan keluar dari Yon nggak? " tanya Samudera.

Prajurit itu tampak gugup. “Lettu... eh maksud saya, Bu Zahra tadi izin keluar ndan... katanya mau jalan-jalan sebentar.” jawab Prada Musa.

Alis Samudera langsung bertaut. Hatinya was-was.

“Dia keluar sendiri atau dengan orang. mau jalan kemana dia bilangnya?”

“Iya, ndan. Bu Zahra keluar sendiri, tadi bilangnya mau beli apa gitu di mini market.Tapi..tapi sampai sekarang belum kembali ndan.” jawab Prada Musa dengan ragu-ragu.

"kamu ini kenapa nggak nelpon saya, aturan ijin sama saya dulu".

" siap salah ndan," Prada Musa sedikit menunduk merasa salah.

"ya sudah sana" ucap Samudera sedikit frustasi.

"kalau begitu saya permisi dulu ndan"

Samudera mengangguk pelan, tapi sorot matanya gelap. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia kembali ke rumah dan mengambil ponselnya.

"kemana dia, kenapa nggak bilang mau keluar" gumam Samudera, dia merasa gelisah sendiri karena Zahra keluar batalyon dengan kondisi sedih.

.........................

Samudera tidak tenang, dia mondar-mandir karena magrib Zahra juga belum pulang. bahkan ponsel perempuan itu tidak aktif.

"sebenarnya dia kemana, dari siang sampai jam segini belum pulang juga" Samudera sedari tadi menahan diri untuk tidak perduli pada Zahra tapi semakin dia tidak perduli rasa perduli itu malah muncul.

kesabaran Samudera habis, dia langsung menyambar kunci mobil di nakas meja. Mobil baru yang baru saja datang tadi.

Dia dengan langkah cepat berjalan menuju pintu rumahnya dan langsung membuka pintu rumah dinas itu.

Saat akan keluar dia di kejutkan dengan Zahra yang sudah duduk di kursi depan rumah dinas itu.

Samudera sedikit terkejut, dia seketika menjadi emosi.

Zahra yang sadar dengan kehadiran Samudera langsung melihat kearah pria itu yang menatapnya tajam.

Samudera mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras saat melihat Zahra duduk diam di kursi depan rumah, seolah tak terjadi apa-apa. Emosinya yang sejak tadi ia tahan akhirnya pecah.

“Kamu dari mana saja, hah?!” bentaknya, suaranya menggelegar memenuhi halaman depan rumah dinas itu.

Zahra tersentak. Ia menunduk, tak berani menatap mata suaminya yang kini penuh kemarahan.

“saya tanya, kamu dari mana?! Dari siang sampai sekarang belum pulang, ponsel mati! Kamu pikir saya nggak khawatir?!” Samudera mendekat dengan sorot mata menusuk. Tangannya mengepal di sisi tubuh.

Zahra menelan ludah, mencoba bicara. “Aku… cuma jalan-jalan, Mas...”

“Jalan-jalan?! Tanpa izin?! Tanpa kabar?! Ini markas tentara, bukan tempat kamu keluar masuk sesuka hati!” seru Samudera. Nafasnya memburu, menahan amarah.

Zahra menggigit bibir bawahnya. Suaranya lirih, hampir tak terdengar. “Aku cuma butuh... udara segar, Mas... aku—”

“Udara segar? Sampai tidak tahu waktu begini? Sampai saya harus bolak-balik seperti orang gila menunggumu pulang?!” Samudera menepis kata-katanya dengan sinis. “Kamu pikir kamu siapa? Istri tentara harus tahu aturan!”

Zahra berdiri perlahan, menunduk. “Maaf... aku nggak maksud buat Mas khawatir…kalau begitu aku masuk dulu mas. Aku capek”

Dia melangkah hendak masuk ke dalam, tapi Samudera menahan lengannya.

“Jangan coba-coba lari dari pembicaraan saya belum selesai bicara!” ucap Samudera tajam, mencengkeram lengan Zahra cukup kuat hingga perempuan itu menoleh dengan wajah kaget.

Zahra terdiam. Matanya mulai berkaca, bukan karena takut semata, tapi karena dadanya semakin sesak.

“Aku cuma... pengin tenang, Mas… sedang tidak ingin di ganggu siapapun semua ini membuat ku sesak,” ucap Zahra lirih, mencoba memberi penjelasan meski suaranya nyaris tercekat.

Tapi Samudera yang masih terbakar amarah tak langsung luluh.

“saya tidak perduli dengan suasana hatimu. saya tidak memaklumi hal itu, kau pikir di lingkungan militer kau bisa seenaknya.Kalau ada tentara yang melihat mu keluar sangat lama apa kata mereka soal saya” tukas Samudera

Zahra diam. Dia menggigit bibir, menahan air matanya jatuh.

Samudera menatap perempuan itu. Wajahnya kusut, matanya sembab, dan tubuhnya tampak lelah.

Dan untuk pertama kalinya, Samudera sadar, mungkin dia terlalu keras.

Tapi harga dirinya belum mau mengalah.

“Masuk. Kita belum selesai,” katanya dingin, lalu melepas cengkeramannya pelan.

Zahra melangkah masuk dengan pelan. Samudera mengekor di belakang, tapi dalam dadanya, pertarungan baru dimulai. Antara rasa bersalah dan gengsi.

Bukannya dia tak mengerti perasaan Zahra tapi perempuan itu juga harus paham aturan sebagai istri tentara meskipun pernikahan mereka hanya pernikahan di atas kertas. Tapi kehormatan nya tetap harus di jaga, apa kata rekan-rekan dan atasannya kalau istrinya bersikap seenaknya sendiri.

***

1
Ma Em
Samudra atau Hasta kamu jgn balas dendam dgn Zahra karena Zahra tdk tau bahwa kamu mantannya Zera, kalau itu kamu lakukan Samudra pasti akan menyesal karena sdh menyakiti orang yg salah.
Ma Em
Sabar Zahra sebentar lagi Samudra akan bucin sama kamu dan akan takut kehilanganmu pastinya.
Ma Em
Samudra kamu jgn terlalu menekan Zahra kasihan Zahra di keluarga nya dia selalu disisih kan sekarang sama suami selalu di bentak dan disalahkan.
Ma Em
Makanya Samudra kamu jgn terlalu keras dgn Zahra sdh dirumah Zahra tdk pernah merasakan kasih sayang dan sekarang punya suami juga malah yg ada hanya selalu menyalahkan nanti kalau Zahra sdh pergi meninggalkan kamu baru kamu menyesal Samudra
Ma Em
Semoga Samudra bisa segera menerima Zahra sebagai istri yg sesungguhnya.
Ma Em
Zahra kamu yg sabar kalau emang Zahra merasa tdk dianggap dan tdk dihargai sdh jgn memaksakan diri lebih baik menjauh dari Samudra pasti Samudra akan menyesal karena sdh menyia nyiakan istri yg baik seperti Zahra.
Ma Em
Samudra kamu pasti akan menyesal setelah Zahra pergi meninggalkan kamu.
Ma Em
Semoga Samudra baik2 saja sama Zahra jgn sampai menyakitinya dan berubah mencintai Zahra.
SJR
Assalamu'alaikum, mampir thor saling suportnya 🙏
Ma Em
Semoga Samudra segera mencintai Zahra dan jadi bucin tdk mau jauh dari Zahra jgn sampai Zahra disakiti sama Samudra.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!