Sebuah kisah tentang seorang yang telah dikutuk menjadi Tua sejak lahir. Dimana segala yang melekat dalam dirinya mengandung misteri di balik apa yang membuatnya berbeda.....
Novel Doris Hart 2 ini merupakan kelanjutan kisah dari Doris Hart yang pertama.
Kutukan, Sihir dan Cinta selalu berkecimpung di dalam kehidupannya.....
Dapatkah Doris hidup dengan Uzda Masson seorang yang telah membuatnya berubah menjadi sosok manusia yang sesuai dengan usianya seperti sekarang ini?
Uzda yang di cintai nya belum pernah dapat bersama dengan Doris karena banyak hal yang menghalangi keduanya. Apakah itu? dan bagaimana kah Doris menghadapi nya?
Baca kisahnya sampai tamat! tinggalkan jejak kalian yang membaca kisah ini dengan cara dukung author melalui vote, nilai, like, subscribe, follow dan komentar.
Disarankan untuk membaca Doris Hart yang pertama dulu ya 😊
happy reading 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehadiran L'AGIE
Bunga-bunga berjajar rapi, tanah yang ada di sekitarnya masih terlihat basah, bukti bahwa bunga itu baru ditanam. Pagar di sekitar bunga itu juga berjajar rapi melindungi bunga. Seorang yang tengah memperindah halaman rumah yang ditumpanginya, keluar sambil membawa barang yang akan di perdagangkan, milik tuan rumah yang telah menerimanya tinggal dirumah itu, setelah Sang Raja yang di temui di malam perpisahan dengan Jenderal Chloe itu memohonkan pada si tuan rumah untuk menampungnya.
Dia berjalan menyusuri jalan yang di kanan kirinya banyak orang-orang berlalu lalang, melakukan hal yang sama dengan yang dilakukannya, dia pun tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya yang dalam itu.
Saat dia lewati rumah yang tepat disampingnya adalah tempat persinggahan Raja yang baginya seperti kakeknya itu pun, dia langsung membelok menuju persinggahan Raja. Dan terlihat olehnya, Rajanya sedang membuat pedang. Memukulkan besi pada pedang di atas api yang ada di dalam tungku besar.
"Assalamualaikum...."
Doris menoleh, setelah tahu siapa yang datang, dia pun tersenyum. Dan menjawab, "Waalaikumsalam..." lalu berhenti sejenak dari pekerjaannya.
"Mau berdagang?" tanyanya.
L'agie mengangguk, "Ya, Raja..."
"Bagaimana..."
"Saya senang hidup sebagai orang pribumi di hutan."
"Ya... Sepertinya para penduduk pun begitu... karena mereka selalu mendapat ilmu baru dari setiap yang kau lakukan dan kau ucapkan."
Mendengarnya L'agie langsung tergelak. "Hahahaha!!! Memang apa yang mereka tirukan dari setiap yang ku lakukan dan ku ucapkan, wahai Raja?!" ucap L'agie, mencoba merendah.
Sedangkan Doris semakin menatap serius, melihat Rajanya seperti itu, L'agie langsung terdiam.
"Saya melihat keanehan yang membuatku senang dari para penduduk disini..." Doris diam sejenak, dua terawang awan putih di atas sana. Lalu dia melanjutkan, "Saat dia Minggu yang lalu... Lima hari setelah kau hadir di hutan ini... Ada pertengkaran hebat di dua rumah yang bertetangga, namun saat itu juga, salah satu dari keluarga yang sedang bertengkar itu menengahi dan berkata, "Istighfar! Istighfar! Dan kau tahu apa yang mereka ucapkan juga?" tanya Doris pada L'agie.
L'agie pun menggeleng. Dan Doris melanjutkan, "Setelah bersama-sama mereka beristighfar, orang yang telah menengahi itu berkata lagi, "Itulah yang diucapkan L'agie... Seorang wanita penghuni baru hutan ini, saat aku memarahinya karena telah menjatuhkan pedangku. Sedang diriku setelah mendengarnya pun langsung lemas dan meminta maaf padanya hingga membuatnya heran. "Saat itu aku langsung tersenyum, dan mereka tidak melanjutkan pertengkaran dan saling bermaafan tanpa aku membuat mereka bersaudara dari antara kedua belah pihak itu... Sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Saw... membuat bersaudara antara kaum Muhajirin dan Anshar...."
Doris tatap L'agie sayu, "Dan... Karena kehadiranmu juga, hutan Montrose yang berada di dalam ke atheisme an ini pun perlahan di sirami oleh cipratan Islam dari sikapmu L'agie... Allah memang Maha Besar! Telah membuatmu tinggal disini, membantuku mengislamkan penduduk hutan ini..." ucap Doris.
L'agie mengusap air matanya yang tanpa terasa membasahi pipinya, lalu dia membalik badan, membelakangi Raja dan berkata, "Saya ... Saya sudah terlambat sepertinya, Raja! Saya berangkat dulu!" ucapnya, sambil berjalan menjauh.
"Tunggu dulu, L'agie!" ucap Doris. Membuat L'agie pun menoleh lagi, "Ya, Raja?!"
"Apakah kau menangis?" tanya Doris, hatinya khawatir.
"Tidak, Raja. Saya hanya terharu..." ucap L'agie.
Doris pun tersenyum, "Assalamualaikum!" ucap Doris, saat L'agie semakin menjauh.
Dan terdengar oleh Doris suara lembut L'agie, "Waalaikumsalam..." dia baru ingat, kalau dia lupa ucapkan salam.
...****************...